17 ● LITTLE SCRATCH

Start from the beginning
                                    

"Hm" Alex menanggapi singkat. Rosa hanya bisa pasrah mengetahui suaminya tak antusias terhadapnya.

"Jadi gimana, kalian sudah usaha kan bikin pesanan kakek?" Tanya kakek Marwan lagi.

"Pesanan apa?" Alex bertanya heran sembari mengernyitkan dahi.

"Ya cicit lah, apalagi" seru kakek Marwan santai sambil menyuapkan potongan daging ke dalam mulutnya.

Alex dan Rosa langsung mendongak bersamaan. Untung saja kali ini Alex sedang tak menyeruput minuman atau menelan makanan yang bisa membuatnya tersedak.

"Aku kan udah bilang tunggu Rosa lulus dulu. Kamu juga setuju kan?" Alex melempar pertanyaan ke istrinya untuk mencari dukungan.

"Ah. oh... i iya kek. Rosa masih mau fokus sekolah" Jawab gadis itu gugup.

"Rosa masih ada satu tahun lagi buat selesaiin sekolah. Kalau ditengah jalan hamil bakal repot. Kakek gak kasihan sama dia, kalau nanti waktu ujian perutnya besar?" Alex terdengar lihai memberi alasan, solah benar-benar memikirkan kemungkinan tersebut.

"Tapi kakek gak tau sampai kapan umur kakek ini. Kakek udah sering sakit-sakit an sekarang. Pengen banget nimang cicit yang lucu-lucu Lex" rajuk kakek Marwan dengan wajah dimelas-melaskan.

Alex memutar bola mata jengah mendengar rengekan manja sang kakek. Sebaliknya, Rosa justru merasa bersimpati.

"Maaf ya Kek, sudah bikin kakek kecewa" sesal gadis itu.

"Hhhh" kakek marwan menghela nafas panjang.

"Tapi kalian janji begitu kamu lulus langsung program kasih cicit buat kakek?" Tagih Kakek Marwan sembari melirik cucu dan cucu mantunya bergantian.

Hening sejenak sebelum Alex dan Rosa sanggup menjawab. Rosa memilih diam karena tak ingin berjanji palsu pada sang kakek. Ia melemparkan pandangan pada Alex yang tampak berpikir.

"Gimana? Sanggup gak kamu Alex kabulkan permintaan kakek?"

Merasa ditantang kakek Marwan, Alex justru menyunggingkan senyum miring. Ia kemudian menjawab dengan santai.

"Sanggup. Kalau Rosa udah lulus, pasti aku kebut kasih cicit buat kakek" jawab Alex seolah tanpa beban. Dan saat itu juga Rosa merasakan pipinya langsung panas.

***

'Apaan sih mas alex becanda kayak gitu... kakek sendiri di php in' Rosa membatin heran sambil terus mengusap-usap piring yang teraliri air keran. Ia sedang mencuci piring di dapur dengan pikirannya yang berkelana. Ia tengah mengingat ucapan Alex tentang memberikan kakek marwan cicit. Bagaimana mau memberi keturunan kalau bertegur sapa saja jarang? kembali batinnya bertanya-tanya .

"Mikirin apa kamu?"

Lamunan gadis itu seketika buyar begitu dikagetkan oleh sebuah suara bariton yang familiar. Ia sontak menoleh ke arah sumber suara dan mendapati sang suami telah berada disampingnya.

"Mm-mas ngapain disini?" Tanya Rosa gelagapan. Ia sedikit gugup karena tubuh tegap Alex tiba-tiba saja sudah begitu dekat dengannya. Entah sejak kapan bahkan ia tak sadar.

"Kamu lupa ini rumah siapa?" Ketus Alex.

Rosa meringis canggung " eh.. maksudnya... Mas ngapain ke dapur? mau bantuin?" Tanya Rosa bermaksud setengah bercanda.

"Enggak. Itu kan tugas kamu"

Senyum simpul Rosa langsung menghilang setelah mendengar ucapan Alex. Ia tau ia hanyalah orang asing yang dipungut Alex hingga punya kewajiban harus ikut membantu beres-beres. Tanpa pria itu ingatkan pun Rosa sudah sadar diri.

MARITAREWhere stories live. Discover now