⊱┊sesuatu yang rumit

901 155 10
                                    

lia lesu banget hari ini setelah kemarin balik dari ruang guru. kemarin ketika jam istirahat lia dipanggil pak seunghyub untuk datang menemuinya. malau yang panggil pak seunghyub, apa lagi kalau bukan membahas nilai pjokia yang rata-rata di bawah kkm. lagi pula, wajar dapat di bawah kkm karena lia sendiri lah yang sengaja bolos ketika jam olahraga.

“jadi gimana, li?” tanya nancy ketika baru saja menidurkan tubuhnya di atas kasur lia.

“ah tau deh pusing gue,”

“turutin aja udah maunya Pak seunghyub. pusing gue juga kalo lama-lama berurusan sama dia,” usul seungeun.

“omong-omong, kita nggak tau pak seunghyub nyuruh lo ngapain buat nutupin nilai merah lo?” tanya yeji.

“ya gitu..” lia menenggelamkan kepalanya pada bantal.

mereka semua kembali sibuk dengan urusan masing-masing. nancy yang sedang tiduran sambil memakan kacang, yeji yang sedang menonton sesuatu di laptop, seungeun yang sedang mencari sesuatu di lemari lia dan seoyeon yang sejak tadi sibuk bercengkrama dengan kekasihnya via telepon.

seoyeon satu-satunya yang sedang duduk menghadap ke luar jendela. saat sedang asik-asiknya mengobrol, atensi gadis itu tiba-tiba terpaku pada seseorang yang membawa motor lengkap dengan helm serta jaket kulitnya.

“kayak nggak asing motornya..” gumamnya yang mendapat balasan dari seberang sana dengan heran.

“eh enggak by, aku ngomong sendiri. bentar ya, mau nanya lia,” seoyeon me-nonaktifkan suaranya lalu menoleh ke belakang memanggil lia.

“li, itu siapa dah depan rumah lo? kayak pernah liat motornya,” tanya seoyeon. keempatnya serentak mengintip ke luar sana, dan sama-sama berteriak ketika pria itu membuka helm yang menutupi kepalanya.

“eric??”

“kok bisa ada eric?”

“kenapa eric bisa ke rumah lo?”

“apa gue ada ketinggalan sesuatu?"

“lo nyembuiin apa lo hah?"

lia hanya diam ketika teman-temannya menodong begitu banyak pertanyaan. eric hanya duduk di atas motor namun pandangannya melihat ke arah rumah lia.

“siapa tau bukan ke sini, kali aja depan sana rumah temennya,”

“depan rumah lo itu? Maksud lo, tetangga baru lo yang baru nikah 6 bulan itu temennya eric? lo lupa apa gimana, waktu mereka pindahan kita lagi di sini terus ikut bantu-bantu,” lia merasa skakmat mendengar nancy.

ting!

notifikasi berbunyi dari ponsel lia yang ada di atas kasur. yeji buru-buru mengambilnya dan membuka notif tersebut.

chicken?” yeji mengerutkan keningnya.

“hah ayam?” seungeun melongok untuk melihat.

“gue di depan rumah lo. dari chicken,” seungeun membacakan isi pesannya.

lia mengusap wajahnya sebentar, “oke gue temuin dia dulu. nanti gue cerita, serius,” lia segera keluar kamar dan buru-buru menuruni tangga untuk menemui chicken tadi.

lia membuka gerbang untuk eric, bisa diliat teman-temannya sedang membelalakan mata di dalam kamarnya. eric mengikuti arah pandang lia ke jendela kamar gadis itu.

“lo lagi kumpul?” tanya eric.

lia menghela nafas, “kenapa nggak kabarin dulu mau ke sini?”

“kita nggak ada hubungan yang mengharuskan gue ngelakuin itu, kan?” eric tertawa.

“udah lah cepet, mau apa lo?”

“gueㅡ”

lia mengangkat sebelah tangan menghentikan eric yang baru saja ingin menjelaskan, “jangan bilang lo dateng mau bujuk gue soal manager basket?” tunjuknya.

eric tersenyum simpul, menepis tangan lia di depan wajahnya, “50/50,” jawabnya.

“hah?”

“tebakan lo ada benernya, ada enggaknya. bisa lo pikir 50 lagi benernya apa?” eric mendekatkan wajahnya dengan senyuman miring.

“nggak usah basa-basi, lo sadar diliatin temen-temen gue kan?”

eric melirik dimana keempat gadis itu masih setia memperhatikan mereka. sebelah tangannya terangkat untuk menepuk pundak lia yang tentunya langsung ditepis kasar oleh gadis itu.

“50 lagi, gue bukan sekedar bujuk. lo harus jadi manager, gue maksa,”

lia mau ketawa mendengarnya. bisa-bisanya seorang eric bicara sebegitu percaya dirinya. lia bukan tipikal perempuan yang mau jika disuruh-suruh. apa lagi kalau yang menyuruhnya adalah eric.

“gue tau lo bakal nolak. jadi, kenapa gue nggak paksa aja sekalian kan?” eric menaikkan sebelah alisnya.

“mau lo paksa gimana pun, gue nggak akan terima,” lia menyunggingkan senyumnya.

“lo serius nggak butuh nilai pak seunghyub?” eric maju selangkah mendekat ke arahnya.

lia buang muka, “urusan gue biar jadi urusan gue!”

“oke! tapi ini urusan gue untuk bujuk lo yang keras kepala!” eric menyentuh kepala lia dengan jari telunjuknya.

“lo pikir lo bisa?” lia mendongak meremehkan eric.

“makin lo tantang, makin seru. percaya gue bisa taklukin semuanya?” balas eric.

lama mereka saling berpandangan. lia dengan tatapan bencinya dan eric dengan tatapan meremehkannya. sampai akhirnya lia lebih dulu buang muka membuat eric mendengus geli.

“gue masuk ya tuan rumah,”

“heee ngapain lo?”

lia terlambat. eric lebih dulu lari masuk ke dalam rumahnya. yang mungkin saja sudah disambut di dalam.

“cowok gila!” umpat lia, mengambil langkah besar untuk masuk ke rumah.

“eh adek! kamu bener-bener ya punya pacar nggak bilang-bilang mama!”

rumit sudah.

tbc.

what if | lia, eric ✔️Where stories live. Discover now