⊱┊ kepergian eric

489 125 16
                                    

"kok nggak di lapangan pak?"

lia baru aja masuk ke ruang kelas 10 mipa 1 tempat dimana anak basket kumpul untuk ekskul hari ini. begitu juga dengan pembina dan dirinya pasti selaku manager basket.

"bukannya kamu nggak bisa hari ini?" pak seunghyub malah nanya balik. lia yang baru duduk di bangkunya langsung menjawab.

"bisa pak sepuluh menit aja. saya mau pergi habis ini. tapi pak, ini nggak latihan?" tanya lia lagi.

"hari ini sebentar aja. pergantian kapten basket,"

"hah???"

semua mata menatap lia. sedangkan lia langsung memutar kepala menatap satu persatu anak basket yang hadir di dalam ruangan.

lia nggak menemukan eric.

"pak... eric?"

"bapak juga nggak tau. kata wali kelasnya, eric harusnya pindah seminggu lagi tapi anaknya hari ini nggak ada kabar," jelas pak seunghyub.

ya memang. lia sendiri nggak ada dengar satu pun kabar dari eric. biasanya eric akan bawel menyuruhnya ikut kumpul ketika ekskul, kan.

mau nggak mau, pemilihan kapten basket harus dijalani. tanpa berlama-lama, mereka mengutus jaehyuk untuk menjadi kapten. walau awalnya jaehyuk nggak yakin, tapi pada akhirnya jaehyuk lah yang terpilih.

sudah sepuluh menit. itu tandanya lia harus pergi. orang tuanya sudah menunggu di depan sekolah. lia harus segera pergi.

"pak, saya izin pulang duluan ya," ujar lia sambil membereskan barangnya.

"iya silahkan. hati-hati!"

"baik pak. jaehyuk, selamat ya!" lia menyalimi pak seunghyub lalu menepuk pundak jaehyuk dan segera berjalan keluar.

lia langsung melihat mobil orang tuanya terparkir di depan sekolah. sang papa keluar, segera lia menghampiri.

"aku nggak mandi dulu nih pa?"

papa tersenyum, "nanti aja di rumah kakakmu,"

lia ikut tersenyum lalu masuk di belakang. mama juga duduk disebelah bangku kemudi.

"gimana dek sekolahnya hari ini?"

"kayak biasa,"

nggak sih. nggak ada eric. lanjut lia dalam hati.

"rumah kakak dimana, ma?" tanya lia antusias.

"nggak sabar kamu ya ke rumah baru kakak,"

"iya dong! akhirnya keinginan kakak bangun rumah tercapai juga. aku ikut seneng dong!"

mama dan papa tersenyum. merasa bangga pada anak-anak mereka. anak pertama mereka, atau kakaknya lia, akhirnya selesai membangun rumah impiannya. lia pernah bilang bahwa dirinya juga punya spirit untuk merealisasikan mimpi, sama seperti kakaknya.

anak-anak idaman para orang tua.

sekarang sekitar pukul setengah tiga. papa bilang, mereka membutuhkan waktu setidaknya lima jam untuk sampai. itu pun kalau nggak macet.

tapi beruntungnya mereka. jalanan seratus persen lancar. lima jam kemudian atau sekitar pukul sembilan malam mereka sampai di tujuan.

"kakak!" panggil lia histeris lalu berlari menghampiri kakaknya yang baru aja keluar.

"waduh kangen banget kayaknya?"

"nggak sih biasa aja," elak lia.

"juyeon..."

"ma, pa.." juyeon tersenyum lalu memeluk mama dan papanya bergantian.

"gimana rumahku?" tanya juyeon.

what if | lia, eric ✔️Där berättelser lever. Upptäck nu