SEBUAH AKHIR

32 0 0
                                    

Aira mengusap kedua lengannya, menghalau dingin yang menyapu kulitnya.  Sesuai perjanjian dengan Wira. Gadis itu sudah lebih dulu tiba di sungai Nil, ia memilih duduk di pinggir sungai untuk melihat keindahan panorama di Kairo itu.

Sesekali senyum terbit dari bibir mungilnya,  melihat orang-orang sangat ramai dan ada juga burung-burung berterbangan. Ia bersyukur, karena bisa menikmati keindahan kota itu.

Dulu, ia tidak pernah berharap untuk bisa melanjutkan kuliahnya di Ibu kota Mesir itu. Namun karena demi mewujudkan mimpi Aiza, ia memberanikan diri.  Sama halnya seperti sekarang,  karena Aiza. Ia bisa jauh lebih mengenal sosok lelaki bernama Wira.

Seandainya saja Aiza masih hidup, ia yakin lamaran Wira kemarin pastilah untuk kakaknya itu.  Bahkan mungkin saja, Wira menganggap perkataannya itu seolah-olah ditujukan pada Aiza

Dia sudah menemukan jawaban atas pertanyaan Wira. Meski mungkin sedikit menyakitkan, tapi menolak lamaran Wira adalah hal yang baik untuk lelaki itu.

"Assamualaikum, Ra. Udah lama nunggunya?"

Wira langsung duduk di samping Aira dan membuat gadis itu menoleh. 

"Sekitar lima menitlah, Wir. Kamu nggak ngajak Reza?" Aira celingak-celinguk mencari Wira.

"Ini hal penting, hanya kita berdua. Aku nggak mau ngelibatin Reza dalam hal ini," ucap Wira.

"Jadi gimana? Kamu udah nemuin jawabannya?" Wira tidak ingin berbasa-basi. Lagipula waktunya tidak banyak. Ia ada janji untuk bertemu Prof. Ali.

Aira menarik napas, lalu menghembuskannya pelan. Wira yang mendengar deru napas gadis itu menaikkan alisnya.

"Kamu gugup?"

Aira terkekeh. "Nggak ada gadis yang nggak gugup jika ingin memberikan jawaban atas lamaran seorang lelaki."

"Kenapa harus gugup? Kan jawabannya juga udah pasti kamu nolak." Wira menerka.

Aira tercengang. Padahal ia belum mengatakan apa-apa, namun lelaki itu sudah mengetahui apa yang akan dikatakannya. Apa Wira cenayang?

"Kaget karena aku udah tau jawaban kamu?" Wira terlihat santai mengatakannya.

"Apa kamu sengaja ngelamar aku buat main-main doang? Kamu udah tahu jawabannya tanpa aku kasih tahu." Rasanya Aira ingin menangis sekarang.  Padahal seharusnya Wira lah yang menangis karena laki itu yang ditolak.

"Aku nggak main-main, Aira. Aku serius. Kamu mau tahu alasannya kenapa aku tiba-tiba melamarmu?"

Aira langsung mengangguk. Ia benar-benar penasaran sekarang.

"Aku sudah membaca surat Aiza. Dia memintaku untuk menjagamu, aku nggak tau kenapa Kakakmu itu memberikan tanggungjawab menjagamu padaku. Semudah itu, ia bahkan menyuruhku menikahimu. Katanya aku akan menemukan dia dalam dirimu," ungkap Wira.

"Jadi karena itu? Kenapa kamu menuruti keinginan Kakakku? Kalau aku mengiyakan lamaranmu. Pasti kamu akan menyesal, Wir," ucap Aira

Wira mendesah pelan. "Karena aku mencintai Aiza. Apapun yang bisa membuatnya bahagia akan aku lakukan."

"Meski kamu harus menikah dengan orang yang tidak kamu cintai?"

Wira mengangguk. "Mungkin sekarang belum, tapi kita nggak pernah tahu nantinya. Aku hanya ingin membuat Aiza bahagia meski ia tidak lagi di sisiku. Begitu caraku mencintainya dari bawah sini." Ia mendongak, memandang langit biru yang cerah.

Ia tersenyum membayangkan wajah Aiza yang juga tersenyum dari atas sana. 

Berbeda dengan Wira, Aira malah meneteskan air mata. Ia tidak menyangka jika rasa cinta lelaki itu pada kakaknya sangat besar.

"Kamu nangis? Santai aja Aira. Aku nggak akan kecewa karena kamu nolak aku. Aku hanya memberikanmu pilihan, diterima atau tidak. Semua pasti ada hikmahnya."

Aira cepat-cepat menghapus air matanya. "Wira, kalau aku tarik penolakanku dan menerimamu. Apa lamaranmu masih berlaku?"

Wira terdiam mendengar ucapan Aira. "Aku tidak pernah mengucapkan hal serius dua kali. Tapi untukmu, Aira Hilya, maukah kamu menjadi masa depanku?"

Aira tersenyum, lalu mengangguk. "Aku akan berusaha menjadi pendamping yang baik untukmu," ucapnya.

Wira tersenyum tulus,  begitu juga Aira. Keduanya langsung mengalihkan pandangan. Mereka sama-sama menikmati sejuknya angin berhembus.

Aku mencintaimu, Aiza!

Aku akan berbakti pada lelaki yang kamu cintai, Aiza!

Jodoh Untuk WiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang