ADA APA DENGAN AIZA?

464 38 7
                                    

Jangan lupa komennya! Hal menyedihkan akan segera terjadi.

Menunggu—bukanlah sesuatu yang disukai Wira, bahkan bagi orang lain sekali pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menunggu—bukanlah sesuatu yang disukai Wira, bahkan bagi orang lain sekali pun. Tapi demi Aiza, lelaki itu rela menantikan kedatangan gadis yang sudah menaklukan hatinya dan mengubah perangai buruknya. Sesuai kesepakatan tadi, Wira sudah terlihat berdiri di parkiran mobil sembari tubuhnya ia senderkan di tiang penyangga tempat itu. Sesekali lelaki itu mengecek ponselnya dan melihat jam rolex yang terpasang di pergelangan tangannya.

Jika dihitung dari waktu berdirinya di parkiran itu, mungkin sudah sekitar 20 menit matanya menangkap siswa yang berlalu lalang di hadapannya. Ada yang pulang dan ada juga yang terlihat masuk kembali ke sekolah setelah membeli minuman di warung Pak Diman yang terletak di depan sekolahnya. Memang biasanya selepas bunyi bel pulang, beberapa siswa tidak langsung pulang, karena ada beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang melakukan aktivitas di jam pulang sekolah.

Wira menghela napas dan mengacak-acak rambutnya. Daripada ia terus menunggu seperti orang bodoh. Ia memutuskan untuk menelpon Aiza. "Ke mana sih Aiza?" dumelnya setelah ia menempelkan ponselnya di kuping. Hanya beberapa detik ia membuat panggilan pada nomor Aiza, terdengar suara operator yang menandakan bahwa ponsel gadis itu tidak dalam mode aktif.

Lelaki itu tidak putus asa, ia kembali membuat panggilan. Namun sayangnya meski sudah berulang kali ia mencobanya, tetap saja suara operator yang didengarnya.

"Wira!"

Seruan dari seseorang membuat Wira segera menolehkan wajahnya, ia memicingkan matanya saat melihat Reza berjalan ke arahnya dengan tersenyum semangat. "Lo belum pulang, Beb?" Lelaki yang masih mengenakan tongkat paska keluar dari rumah sakit itu pun langsung merangkul Wira. "Nungguin siapa? Gue yah?" terkanya percaya diri.

Wira mendengus dan melepaskan diri dari rangkulan sahabatnya itu. "Katanya kalau ada orang yang terlalu percaya diri, ntar kalau mati bisa jadi kuntilanak," kelakarnya.

Sontak saja hal itu membuat Reza tertawa, Wira memang lebih cakep dibanding dirinya. Tapi untuk masalah humor, lelaki kaku itu jauh dibawah Reza. "Lo kalau bercanda suka garing deh, nggak lucu tau!" Reza sudah menghentikkan tawanya.

"Gue serius, lo nungguin siapa?" tanya Reza lagi.

Wira tampak berpikir, matanya tetap sibuk pada siswa yang keluar masuk. Mungkin saja salah satunya adalah Aiza. "Lo masih satu kelas sama Aiza, kan?" Jadi semenjak ia kembali ke sekolahnya, Wira tidak lagi sekelas dengan Aiza dan Reza. Entah apa sebabnya ia dipindahkan.

"Iya, gue masih sekelas," jawab Reza. Lalu lelaki itu tersenyum dan berkata, " Sekarang gue dong sebangku sama Aiza."

Mendengar itu, wajah Wira seketika berubah menjadi tidak senang. Jelas saja, ia tidak suka jika ada lelaki yang dekat dengan gadisnya itu. Bahkan hal itu berlaku juga untuk sahabatnya, Sifatnya yang egois, memang belum bisa diubah. Apapun yang ia sangat sukai, orang lain tidak boleh menyukainya , berniat menyukainya pun Wira tidak akan suka.

Jodoh Untuk WiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang