Chapter 13 : Permission.

34 10 14
                                    

     Deana sedang merapikan rambutnya. Deana sangat ingin terlihat cantik hari ini. Padahal biasanya, dia tidak pernah mementingkan "apakah hari ini aku terlihat cantik?"

Dengan balutan baju casual, Deana terlihat 2x lebih cantik dari biasanya. Dia sangat tidak sabar ingin bertemu dengan Blake hari ini.

Setelah berpamitan dengan orangtuanya, Deana segera pergi keluar menuju halaman rumahnya.

Terlihat disana, sebuah mobil mewah berwarna hitam mengkilap, terparkir dengan rapi. Pemiliknya berada diluar, bersender dipintu mobilnya.

Deana tersenyum lebar kala melihat Blake, dengan tenangnya menunggu Deana.

"Mau kemana? Kok cantik banget?" tanya Blake.

Deana tersipu malu, dia hanya membalas ucapan Blake dengan senyuman.

Deana tidak sanggup melihat Blake menggunakan kaos polos berwarna hitamnya. Juga dengan arloji berwarna hitam yang selalu dipakainya ketika jalan-jalan dengan Deana.

Sungguh indah ciptaan Tuhan ini!

Deana dan Blake pun langsung pergi, menuju satu tempat yang sudah Blake rencanakan.

Sepanjang perjalanan, Blake menceritakan hal-hal yang dia kagumi dari seorang Deana. Deana hanya tertawa mendengar Blake yang tidak berhenti memujinya. Deana merasa sangat bahagia saat ini.

Tak terasa, mereka pun tiba disalah satu taman yang ada di kota mereka. Taman ini tidak banyak di ketahui orang. Lumayan sepi, namun taman ini sangat indah.

Banyak kursi-kursi lucu ada disana. Juga bunga-bunga yang sangat cantik pun ikut tumbuh disana. Bagaimana bisa, taman seindah itu tidak diketahui oleh banyak orang, termasuk Deana.

"Kok lo bisa tau ini taman?"

"Gue sering kesini bareng oma."

Deana menganggukan kepalanya, "Ini tempat yang paling bagus buat ngegambar diri oma lo."

Blake mengernyitkan dahinya, tidak paham maksud Deana.

"Tidak terlalu dikenal, namun sangat cantik bila kita tahu isinya," pungkas Deana.

Blake membalas ucapan Deana dengan senyumnya yang khas. Yang sering membuat Deana bergetar sesaat.

Mereka memilih salah satu kursi disana. Mereka pun duduk berhadap-hadapan.

Deana tidak berhenti memalingkan pandangannya pada bunga-bunga disekitarnya. Berbeda dengan Blake. Blake tidak berhenti memalingkan pandangannya pada Deana.

"De," kata Blake.

"Mm," sahut Deana tanpa memalingkan sedikit saja wajahnya.

"Cantik itu emang relatif, tapi lo itu beda bangettt."

Deana pun akhirnya memalingkan wajahnya. Menatap Blake yang sedari tadi menatapnya.

"Lo udah ngomong gitu sebanyak lima kali loh di mobil."

"Lo mau nggak senyum buat gue?"

Deana langsung memberikan senyumnya yang lebar, "gue udah senyum nih. Lo jangan mati ya."

"Kok mati?"

"Habisnya lo berlagak kayak mau mati gitu. Gue sering denger loh cerita tanda-tanda orang mau mati."

"Hei, gue baru kenal sama lo. Masa gue udah mau mati aja."

"Blake. Kita gak tau apa yang bakal terjadi nanti ataupun besok."

Blake menarik nafasnya. "Gak tau kenapa. Tiap kali gue liat elo. Rasanya gue pengen meninggal."

"Ish jangan gitu dong. Ntar kalo lo mati, malah gue yang dituduh ngebunuh elo," kata Deana sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.

Blake tertawa melihat tingkah konyol Deana. Blake pun juga menurunkan tangan Deana dari wajahnya.

Blake meraih salah satu tangan Deana, dan menggenggamnya.

"De, ijinin gue buat cinta sama elo."

Deana kaget, akhirnya terjadi. Saat-saat yang Deana tunggu sejak pertama kali mereka bertemu.

Author : Deana, lu lebay banget! Gue ngomong gini karna iri.

"Kita emang baru kenal, De. Tapi gue yakin, perasaan gue ini tulus, cuman buat lu. Sebenernya, gue gak tau De gimana caranya buat bilang. Karna selama ini gue gak pernah gini ke cewek manapun," tambah Blake.

Author : Menurut kalian, dari kata-kata Blake, dia termasuk fakboi gak sih? 😂

Jantung Deana berdegup lebih cepat dari biasanya. Bukan hanya karna Blake yang tidak berhenti menatapnya, namun juga karna ucapan Blake yang baru saja dia lontarkan.

Sorot mata Blake dengan jelas dapat Deana baca. Sorot mata yang penuh cinta yang tulus. Deana tidak mengira. Baru beberapa hari bertemu. Namun Blake sudah bisa menjatuhkan hatinya, dan mengungkapkan perasaannya pada Deana.

Blake saat ini sangat menunggu jawaban dari Deana.

Deana menarik nafasnya, lalu menghembuskannya dengan perlahan.

"Blake."

Blake menggenggam tangan Deana sedikit lebih erat. Lalu mengelusnya dengan lembut.

"Sometimes we get confused," Deana terdengar seperti bernyanyi. Lalu tersenyum menatap Blake.

Blake tahu apa yang diucapkan oleh Deana. Blake tersenyum lebar. Tidak sabar mendengar lanjutan ucapan Deana.

Deana menebak, Blake pasti tahu apa yang sedang dia lakukan. Tanpa aba-aba, Blake meneruskan ucapan Deana yang ternyata sebuah lirik lagu dari bandnya, New Hope Club.

"We never quite know what we want until the day we do. 'Cause we don't get to choose. You can't just run away from love when love comes chasing you.They say don't fall too hard or you'll just lose it all. They made these rules, they break them too,
The same as us." Blake berhenti bernyanyi.

"So we don't need permission for..." Deana diam sejenak.

"nothing," Deana melanjutkan penggalan lagunya.

Blake dan Deana pun tertawa lepas, namun genggaman Blake pada tangan Deana tidak ikut terlepas.

Mereka berdua sangat bahagia saat ini. Saat dimana mereka bersama-sama sadar, bahwa mereka sekarang,resmi berpacaran.

Author : Wah udah dipenghujung cerita nih. Tapi jangan sedih. Habis ini ada epilog loh. Markitung, mari kita tunggu 🙌🏻😂

Permission.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang