Chapter 11 : Menuju Perform.

24 9 1
                                    

     "Tadi sebelum kita nonton, siapa sih?" tanya Blake.

Deana dan Blake baru saja selesai menonton film di bioskop. Dan kini mereka sudah berada diluar bioskop.

"Kok nanyanya baru sekarang?"

"Tadi gue takut lo nggak nyaman nonton."

Deana menatap Blake disampingnya, "sok sweet banget."

Deana dan Blake berjalan menuju parkiran. Mereka pun masuk kedalam mobil mewah milik Blake.

Deana menarik nafasnya, "itu tadi namanya Draco. Kakak kelas gue."

Blake menatap Deana, "terus? Lo diajakin jalan ya sama dia?"

"Kayaknya dia suka sama gue. Dia deketin gue mulu. Tadi sih dia ngajakin gue jalan. Gue gak tau cara buat nolak. Yaudah gue boongin dia."

"Boongin gimana?"

"Gue bilang gue mau bikin kue sama nyokap, padahal mah kagak."

"Jadi itu alasan kenapa lo ngajak gue jalan? Buat hindari dia?"

Deana mengangguk, "maaf ya, gue nggak bermaksud kok jadiin lo pelampiasan."

Blake hanya tersenyum, "kenapa lo gak mau diajakin jalan, gue liat dia kayaknya tipe kakak kelas yang disukai adek kelas deh," Blake tertawa kecil.

"Gak tau deh kenapa, gue gak mau aja sama dia." Deana hanya menatap ke arah depan.

"Kalau sama gue?"

Deana menoleh ke arah Blake dengan ekspresi bingungnya. Blake menjadi salah tingkah dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Jadi sekarang kita mau kemana?"

"Pulang aja deh, udah sore," Deana melihat arloji yang ada dipergelangan tangannya.

"Oke." Blake langsung menancapkan gas mobilnya.

Selama lima menit, setelah mereka pergi dari kawasan bioskop, Blake dan Deana hanya diam. Hanyut dalam pikiran masing-masing.

Blake memecahkan keheningan mereka, "tiga hari lagi band gue ada perform. Lo jadi kan ikutan?"

"Seriusan nih boleh?"

"Ya boleh lah."

"Tapi gue takut sama fans lo. Kan barbar."

"Enggak kok, fans gue baik-baik semua."

"Terus yang kemaren-kemaren?"

"Yang barbar cuman mereka, yang lain biasa aja kok." Blake berusaha meyakinkan Deana, "kalo lo mau, nonton dari samping panggung atau enggak dari backstage."

"Harus banget ya gue nonton?" tanya Deana sambil tertawa.

"Banget! Gue nggak bakal semangat kalo lo nggak nonton."

"Dih, bullshit doang."

"Kalo nggak mau, gue turunin lo ditengah jalan."

"Ada ya orang bisa ngancem gini?" Deana tersenyum.

Blake sesekali menatap Deana. "Lo jangan senyum dong, gue nggak fokus ini nyetirnya."

"Serba salah aja gue dimata lo."

"Cuman satu hal yang gak salah, De."

"Kalo lo ngomongin cinta, gue turunin lo ditengah jalan," Deana memberikan ekspresi pura-pura serius.

"Ini mobil gue woi, harusnya gue yang ngancem lo." Blake tertawa.

"Lo tuh kenapa si, ketawa mulu. Heran deh gue."

"Kalo masih bisa ketawa, kenapa enggak? Kita nggak tau De, besok masih bisa atau enggak kita tertawa. Mana ada yang tau soal hari esok."

"Gak usah sok-sok drama pengen mati. Kurangin dikit dong sinetron lu."

Blake hanya tersenyum sambil menyetir dan sesekali ia menatap Deana.

Deana kini terdiam, hanyut dalam kesenangannya hari ini. Sudah beberapa hari ini dia selalu merasa bahagia. Terlebih-lebih ketika dekat bersama Blake.

Walau baru kenal beberapa hari yang lalu, namun rasanya Deana sudah mengenal Blake berabad-abad yang lalu.

Author : waduh tua banget ya 😂

Permission.Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon