Chapter 9 : Gara-gara.

34 9 5
                                    

     "Udah pulang nih tuan putri yang baru jadian." Jonah abang Deana menyambut kepulangan Deana.

Deana bingung dengan ucapan abangnya, "baru jadian? Apaan sih."

"Pura-pura bingung, padahal buktinya terpapar nyata."

"Ngomong apa sih bang?" Deana menjadi tambah bingung.

"Yang di story ig," kata Jonah sambil menaik-turunkan alisnya dan tersenyum meledek.

Deana segera mengambil ponselnya, dan membuka aplikasi instagramnya.

Betapa terkejutnya Deana ketika dia melihat di story ignya terpampang foto Blake, yang dia foto tadi ketika makan disebuah rumah makan.

Deana segera berlari menaiki tangga menuju kamarnya, meninggalkan Jonah.

"Ciee, adek gue udah gede!" Teriak Jonah sambil tertawa.

Saat masuk didalam kamar, Deana segera membanting tubuhnya ke atas kasur sambil memegang ponselnya.

"Nih orang kenapa sih, untung ganteng," Deana menggerutu sendiri.

Deana berniat untuk menghubungi Blake memalui dm. Namun dalam fitur itu, tertulis ada 14 pesan yang masuk. Ternyata itu semua dari teman sekelas Deana.

"Tuh kan semuanya pada bilang cie," kata Deana sambil melihat-lihat pesan dari teman-temannya.

Deana lantas mencari akun bernama Blake. Lalu menghubunginya.

"BLAKEEEEEEEE!" Deana berteriak.

Blake nampak masih menyetir mobilnya, "kenapa De? Kangen ya? Kan baru aja kita pisah."

"Lu kan yang storiin foto lu tadi di instagram gue?!"

"Oh itu? Sori gak sengaja."

"Ish, malesin deh. Gue kan malu diledekin abang."

"Sama abang sendiri kok malu."

"Marah nih gue."

"Bilang aja kok kalo lu seneng."

Deana langsung mematikan panggilannya. Dia tersadar, untuk apa dia marah segitunya? Lagipula, Blake sedang menyetir, bukankah itu akan menggangu konsentrasinya?.

Deana hanya ingin memastikan saja.
Sebenarnya dia sangat bahagia. Tapi terlalu cepat rasanya bila orang yang baru dikenalnya kemaren, tiba-tiba sangat dekat seakan-akan sudah lama berkenalan.

Deana tidak ingin mengambil pusing, dia mau turun kebawah. Ingin bertemu dengan mamanya.

Ketika Deana melihat Mamanya sedang menonton televisi di ruang tengah, mata Deana menangkap objek yang sangat malas untuk Deana lihat saat ini.

Jonah, saat ini berada di sofa dekat Mamanya.

"Males deh ada buaya," ucap Deana dan lantas ingin kembali ke kamarnya.

"Eh apaan lo? Ngatain gue ya?" Jonah membalas ucapan Deana.

"Kedengeran ya?"

"Gue punya telinga, masih berfungsi dengan baik. Nggak kayak punya lo."

"Kenapa si Jo?" tanya Mama.

"Itu Ma, Deana ngatain abang buaya," Jonah mengadu.

Mama pun menengok ke belakang, dilihat benar, putri kecilnya sedang berdiri layaknya patung.

"Kenapa, De?" tanya Mama.

"Hah? Kenapa Ma? Deana diem aja kok."

Mama pun geleng-geleng, tidak mengerti apa yang terjadi saat ini.

Author juga gak ngerti nih

Deana kembali berjalan menuju tangga dan hendak masuk kembali ke kamar.

"Deana udah pacaran loh, Ma." Terdengar suara Jonah yang sengaja berteriak, padahal Mamanya ada di dekatnya.

Deana terkejut, dia langsung turun dan menghampiri Jonah dan Mamanya.

"Heh lambe turah! Kalo gak tau apa-apa diem aja, gak usah nyebarin berita hoax!" Deana melempar sofa bantal ke arah Jonah yang sedang bermain ponselnya sambil tertawa meledek.

Ponsel Jonah pun terjatuh, "Hoax apa sih? Buktinya ada kok." Dia kembali tertawa sambil mengambil ponselnya.

"Deana pacaran? Sama siapa?"

"Sama Blake Ma," jawab Jonah segera.

"Enggak Ma, Deana enggak pacaran kok." Deana memelas kepada Mamanya.

"Enggak atau belum nih?" Mama bergurau sambil tersenyum mengejek.

"Ish Mama." Deana berusaha mehanan diri agar tidak tersenyum.

"Anak Mama ternyata udah gede ya. Mama bolehin kok kalo Deana pacaran." Mama tersenyum, "asal Deana bisa pertahanin prestasi di sekolah, dan nggak ngeganggu belajarnya Deana."

"Maa, Deana cuman temenan biasa kok. Enggak kepikiran sampe pacaran. Orang juga baru kenal."

"Akhirnya punya ipar," celetuk Jonah.

"Abangg!" Deana kembali melempar sofa bantal dan segera berlari menuju kamarnya.

Permission.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang