EEN.

3.4K 302 13
                                    

Johnny berbicara dengan atasannya melalui sambungan telepon lawas dibelakang rumah sakit, itu karena ponselnya tertinggal di ruang perawatan dan Johnny hampir menyumpah atas keteledorannya. Jaehyun mungkin akan memenggal kepalanya jika pria gila cinta itu tak mendapatkan keinginannya.

"Bagaimana dengan kondisi mayat itu, kau sudah selesai dengannya?" Jelas begitu telepon itu terhubung suara mengintimidasi seperti biasanya terdengar, gondol bulat telepon di telinganya berdecit karat.

Johnny menghela napasnya, "sudah sesuai dengan perintahmu, tapi jujur saja Jung kali ini kau berlebihan. Membuatnya mati saja tak cukup? Apa kau harus menyiksa mayat itu lebih parah lagi?" Tanya Johnny lebih emosi dari sebelumnya meski sudah berusaha ditahan.

Diujung sana Jaehyun tertawa hampir terpingkal dengan nada suara Johnny yang membentak, Jaehyun memegangi perutnya yang bergerak mengikuti tawanya. Wajahnya kembali dikuasai roman dingin nan tajam, sudut bibirnya tertarik meremehkan.

"Sejak kapan kau peduli Suh?" Balasnya.

"Terserah padamu, kau memang brengsek nomor satu Jung" telepon mereka terputus, Johnny lebih dulu meletakkan gagang telepon tua itu di tempatnya.

Pria tampan bermarga Suh itu mendesah lagi, kepalanya sakit mengingat hal yang telah ia lakukan selama ini pada mayat malang tersebut. Johnny bukan pria baik hati seperti kisah pangeran, dia buruk sekali dan Jung Jaehyun berhasil membuat segalanya semakin buruk sekarang.

"Kau sungguh malang Suh, mengabdikan dirimu pada Jaehyun dan perlahan menjadi manusia kejam. Untung saja kau tidak tamak akan cinta sebelah tangan" ujarnya lebih kepada diri sendiri, itu hiburan baginya, setidaknya untuk saat ini.

Ketika pertama kali ia mendengar tentang adanya seseorang yang terseret ombak ganas Jaehyun tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi sore itu, ia hendak melepaskan jangkar kapalnya kembali ke kota dimana seharusnya ia berada

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ketika pertama kali ia mendengar tentang adanya seseorang yang terseret ombak ganas Jaehyun tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi sore itu, ia hendak melepaskan jangkar kapalnya kembali ke kota dimana seharusnya ia berada. Hingga sesuatu yang keras menghantam dadanya jika saja semua orang dapat mendengarkannya, ia bersumpah suara di dadanya begitu keras dan menyakitkan seolah-olah ia akan mati saat itu juga.

Orang-orang mulai berkumpul di pesisir, mengerubuni sesosok pria berpakaian duka, tubuhnya remuk membiru disana-sini, kepalanya mungkin membentur sesuatu yang cukup keras hingga membuat luka terbuka di belakang kepalanya, darah merembes melewati helai rambutnya yang hitam kelam. Suara ambulance datang meraung tak lama setelahnya, orang-orang mengira sosok itu mungkin sudah menjadi bangkai sebab kondisinya begitu mengerikan.

Sosok itu dibawa pergi oleh ambulance, menjauh dari kerumunan penduduk desa yang kini mulai bergosip tentang kematian tak wajar seorang pendatang baru.

"Tuan, kami mendapat kabar bahwa seseorang terseret ombak besar beberapa saat lalu, korban sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Ku rasa, itu adalah orang yang tuan cari"

"Kau bercanda?"

"Tuan harus memastikan sendiri, mari kami sudah menyiapkan mobil untuk tuan tumpangi"

Hari ini adalah empat bulan lebih dua puluh sembilan hari Kim Jungwoo terbaring di ranjangnya yang sesak oleh kabel yang melilit tubuhnya, disisian ranjang juga sama menyebalkannya dengan yang ada ditubuhnya. Nebul mask diatas wajahnya bergerak pelan, memperlihatkan bagaimana tenangnya Jungwoo saat ia berusaha bertahan hidup dengan alat bantu disekitarnya. Jaehyun memandangi tubuh lemah itu dengan tatapan sedih, ia belum meninggalkan ruangan itu sejak semalam.

Jaehyun menarik dirinya, ia hampir saja menguap tadi. Jaehyun membuat secangkir kopi panas dengan mesin pembuat kopi otomatis yang berada diluar ruang VVIP tempat kekasihnya berada, sedikit kafein bisa sangat membantunya untuk tetap terjaga.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa penghuni di kamar 404 adalah manusia malang paling mengagumkan yang pernah ada, gosip mengenai dirinya yang menjalin kasih dengan miliyuner dunia itu sudah merebak sejak Jaehyun membeli delapan puluh persen saham yang ada di rumah sakit Saerrin beberapa bulan lalu. Tapi apa artinya semua kemewahan itu jika pasien itu sekarang hanya bisa tertidur diantara batas kematiannya.

Meski telah berkali-kali dikatakan bahwa mempertahankan Jungwoo sama saja dengan membiarkannya hidup dalam penderitaan tak berujung, namun Jaehyun seolah tuli dipikirnya suatu saat mungkin Jungwoo akan kembali sadar dan tersenyum kepadanya, atau mungkin Jungwoo akan mengucapkan betapa ia mencintai Jung Jaehyun dengan hati yang penuh.

Bukankah wajar bila ia berharap demikian, meski harus mengorbankan sedikit lebih banyak rasa sakit?

Ia sudah sejauh ini, dan kehilangan Jungwoo bukanlah akhir yang ia inginkan.

Ia sudah sejauh ini, dan kehilangan Jungwoo bukanlah akhir yang ia inginkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
INTIMIDATE VOL.2 ; FOOL [JAEWOO]Where stories live. Discover now