Pertimbangan

3.2K 142 4
                                    

النكاحُ من سُنَّتِي ، فمن لم يعمل بسُنَّتِي فليس مِنِّي

"Nikah itu adalah sunnahku, maka siapa yang meninggalkan sunnahku maka ia bukan umatku."
(HR. Bukhari dan Muslim)

⭐🌟⭐

Langkahnya terhenti ketika netra hitam miliknya menangkap sebuah kejadian yang membuat dirinya menghela nafas samar serta beristigfar dalam hati.

"Ceroboh sekali," gumamnya. Kemudian gadis itu melangkah kembali menghampiri kedua perempuan berbeda umur itu yang sedang memunguti beberapa kertas yang menjadi korban atas kejadian teledor tersebut.

Safa berjongkok untuk ikut memungut kertas-kerta yang berserakan bagai daun kering tersebut. "Ada apa ini, Zia? Kamu melakukan kecerobohan apa lagi?"

Zia menoleh ketika baru menyadari kehadiran sang kakak di sana. Dialah pelaku dari kejadian yang membuat kertas-kertas ini berserak. "Aku tadi ndak sengaja nabrak Mbak ini. Lagi buru-buru."

Safa bangkit berdiri bersama Zia dan santriwati yang membawa kertas tersebut, ketika kertas sudah terkumpul. "Lain kali hati-hati. Ayo minta maaf," suruhnya pada Zia.

"Aku minta maaf ya, Mbak. Aku benar-benar tak sengaja," tutur Zia pada santriwati tersebut.

"Nggeh, Ning. Ndak apa-apa."

Gadis bejilbab instan tersebut menoleh ke arah Safa, "sudah kan, Mbak? Aku pamit dulu, Abi memanggil soalnya. Dah, assalamualaikum."

Safa menatap heran ke arah Zia yang berlalu dengan berlari. Benar kata uminya kalau mendidik seseorang menjadi lebih terarah itu sulit jika tanpa di sertai usaha. Zia sangat berbeda dengan Safa, gadis remaja sangat super aktif dan selalu bersikap tenang jika ada masalah di hadapannya.

Mata Safa kemudian terlaih pada santriwati di sampingnya, "maafkan Zia, ya? Kalau dia salah tolong tegur saja."

Santriwati itu mengangguk. "Saya pergi dulu, Ning kalau begitu. Mau mengantarkan kertas-kertas ini ke Ustadzah."

"Baiklah, silahkan."

Setelah kepergian santriwati tersebut, Safa melanjutkan perjalanannya ke perpustakaan yang menjadi tempat para santri mencari informasi tambahan.

Pesantren yang berdiri di tanah Jawa Timur tepat di kota Surabaya ini sangatlah berupaya memenuhi kebutuhan diri para santri ataupun pengetahuan sebaik mungkin. Al-Munawar bukanlah pesantren modern, akan tetapi pengajaran yang di berikan tidak kalah dengan pesantren modern lainnya. Terbukti banyaknya orang tua yang mempercayai tempat ini untuk mendidik anak-anaknya menjadi berilmu dan tentu saja beradab yang tinggi.

Sampai di ruangan penuh buku itu lantas Safa mencari salah satu buku yang akan di baca lalu duduk di kursi yang tersedia. Kebetulan hari ini tak ada jadwalnya mengajar, jadi seraya menunggu adzan zuhur tiba Safa akan menghabiskan waktu di sini.

Selang beberapa menit tepat di lembaran pertengahan, kegiatan Safa tersebut terhenti ketika mendengar namanya terpanggil oleh seseorang. Gadis itu menoleh ke arah samping, "waalaikumsalam. Ada apa Zia?"

"Di panggil Abi ke rumah. Penting katanya."

Safa pun menutup bukunya, lalu bangkit dari duduk. "Iya, Mbak akan ke sana." Ia pun melenggang ke rak buku yang tadi ia sambangi.

Setelah menyimpan buku tersebut Safa melenggang ke luar ruangan perpustakaan. Tidak perlu memakan waktu lama untuk ke rumahnya yang deket dengan ruang perpustakaan. Safa pun memasuki rumah dua lantainya itu seraya mengucapkan salam.

For My ImamWhere stories live. Discover now