6. Ungkapan Hati Dilla

4 0 0
                                    

Happy Reading

---

Dilla melihat Rizki sedang bercanda dengan Marisa. Hati nya terasa tercabik-cabik dirinya yang notabene nya pacar Rizki tak terasa di anggap.

"Dill, Dilla " Diko membuyarkan tatapan Dilla.

"Ah apa?"

"Gua dari tadi ngomong Dill. Lo nya asik ngelamun" Jelas Diko.

"Maaf" Dilla tak mampu menampung air matanya lagi. Tetesan demi tetesan meluncur melewati pipi nya yang cukup berisi.

"Lo kenapa?" Pertanyaan Diko hanya di jawab gelengan oleh Dilla. Dilla beranjak dari tempat duduknya.

"Mau kemana?" Diko ikutan beranjak .

"Lo disitu aja gua ada perlu sebentar" setelah berbicara dengan Diko, Dilla melangkahkan kakinya menghampiri Rizki.

"Ki" Rizki yang sedang berbincang-bincang melihat kearah seseorang yang memanggilnya yang tak lain adalah Dilla.

"Kenapa?"

"Bisa ikut aku sebentar gak?" Tanya Dilla. Rizki mengerutkan kening nya seolah-olah bertanya 'kemana?'.

Dilla tidak menjawab pertanyaan bahasa tubuh itu, dirinya pergi menuju taman yang ada di rumah Gigi. Rizki mengikutinya dari belakang.

Dilla duduk di bangku yang ada di taman tersebut. Di taman tidak terlalu banyak orang. Karena Gigi merayakan nya di ruang keluarga yang cukup besar. Rizki pun duduk di sebelah Dilla.

"Aku kangen kita kaya gini ki. Duduk berdua tanpa ada nya orang ketiga. Memandangi langit yang sama , di tempat yang sama. Di bawah bulan kita melepas canda dan tawa bukan bertengkar hebat " Tak terasa air mata nya mencelos keluar. Dilla menyandarkan kepalanya di bahu Rizki dan tak ada penolakan.

"Kalo kamu pengen tau . Hati aku sakit ki , ngeliat kamu sama Marisa. Jalan dan makan bersama. Bahkan ke pesta Gigi yang notabene nya sahabat ku sendiri kamu bergandengan dengan Marisa" Ucap Dilla. Ia menatap langit malam dengan tatapan sendu, seakan-akan bulan sedang menertawakan dirinya yang lemah.

"Aku gak tau harus gimana lagi . Aku cuman pengen hubungan kita baik-baik aja tanpa ada orang ketiga" Ujar Dilla.

Rizki merenungi setiap bait kata yang Dilla keluarkan dari mulutnya. Dilla berdiri dari duduk nya ia pergi meninggalkan Rizki yang diam mematung. Katakan saja bahwa Rizki ini bodoh karena menyia-nyiakan Dilla.

---

Jalanan sepi dan hanya ada cahaya lampu-lampu jalan yang menyinari. Dilla menatap kosong kearah depan nya. Berjalan kaki menuju rumah, ponsel nya mati karena lowbat jadi tak dapat memesan taxi.

Tangan kanan nya menenteng sepatu. Ya sekarang Dilla berjalan tanpa alas kaki. Kaki nya terlalu pegal jika berjalan menggunakan height heals .

Suara gemuruh dari atas langit menandakan sebentar lagi akan hujan. setetes demi setetes air menuruni bumi yang di pijak.

Dilla yang sadar akan hujan segera mencari tempat berteduh. Di sisi lain Diko bingung mencari Dilla. Ponselnya tak aktif.

"Mit. Lo liat Dilla gak?"

"Vara? Bukan nya sama lo?" Tanya balik Gigi.

"Sumpah tadi gua gak di suruh duduk aja di situ" Ucap nya sambil menunjukan arah tempat yang ia duduki tadi.

Gigi memperhatikan sekitar nya , bola mata nya terhenti pada dua manusia yang sedang berbincang-bincang.

"Gawat!. Lo cepat cari Dilla, dia lagi gak baik-baik aja" Titah Gigi. Diko yang tak mengerti situasi pun bingung.

"Cepetan cari Dilla" Gigi mendorong Diko agar segera pergi meninggalkan rumah nya dan mencari Dilla.

Tanpa ba bi bu lagi Diko segera berlari keluar mengambil motornya diparkiran . Tak lupa memakai jaket nya yang ia tenteng dari tadi .

Diko bergegas menjalankan motornya, baru saja menjalankan beberapa meter tapi dirinya sudah diguyur hujan. Diko semakin kalang kabut dan mempercepat laju motornya.

Dilla yang masih dengan tatapan kosong nya tapi pikiran nya cukup seperti benang kusut.

Dilla mengambil kertas kosong di dalam tas kecil nya serta pulpen. Ia menuliskan kata demi kata yang nantinya ia akan tempel di buku diary miliknya. Dilla memang selalu menyediakan kertas kosong di tas nya jika ia kelupaan atau tidak muat membawa diary maka akan menggunakan kertas kosong .

Apa aku terlalu bodoh ? Sampai mencintai dia yang jelas menyukai orang lain? Terikat dalam kata pacaran . Aku memang mempunyai raga nya tapi tidak dengan hatinya.

- Ratu Varadilla -

Dilipat dengan rapih kertas itu lalu ia masukan ke tasnya lagi. Hujan masih belum reda. Cahaya lampu motor dari arah kanan menyorot wajah Dilla . Ia menutupi wajah nya agar tidak silau.

Sepertinya motor itu berdiri tepat didepan Dilla.

"Dilla" Panggil seseorang yang tak lain adalah Diko yang sedang mencari nya.

"Diko?"

"Lo gila apa. Jalan jauh banget mana ujan ini" Diko duduk di sebelah Dilla. Ia membuka jaket nya lalu memakaikannya kepada Dilla.

Suara hujan memecahkan suasana keheningan di malam itu. Hujan tak berhenti , pada akhir nya Diko mengantar Dilla pulang dengan menerobos deras nya hujan .

---

To be continue

Di ketik : 5 mei 2020
Di publish : 31 Desember 2020

Diary Varadilla [On Going]Kde žijí příběhy. Začni objevovat