12

300 106 6
                                    

Ulan memasuki rumahnya dengan perasaan yg tak karuan, sesekali ia memijat kepalanya pelan guna ngilangi rasa pusing yg hampir membuat kepalanya pecah.

Mengingat bagaimana cerita hidup manda yg cukup rumit dan menyesekkan, ditambah tangisan serta jeritan histeris manda semalem masih terngiang jelas di ingatanya.
Terputar dengan sendirinya seperti kaset rusak, terulang ulang tak jelas membuat kepalanya benar benar pusing.

"Inggat pulang?" Sapaan tak ramah yg terdengar membuat ulan menghentikan langkahnya

Ulan membalikan badanya, di lihatnya ayahnya yg berdiri tak jauh darinya dengan wajah tak bersahabat,,

"Ulan capek yah" jawab ulan pelan seraya kembali melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamar.

Ia benar² pusing dan capek, seberapa pun ia benci sama ayahnya, tetap saja dia menghormati ayahnya, untuk itu ulan lebih memilih menghindari amukan ayahnya dari pda harus debat yg ujung²nya memancing emosinya dan mengatakan hal² yang selama ini ia pendam sendiri.

"Ayah mau bicara" suara bariton itu tak menghentikan sedikitpun langkah ulan, ia benar² malas berdebat hal yg tidak penting dengan ayahnya

Ulan terus melangkah, di lihatnya bunda tersayangnya yg duduk di kursi roda dengan wajah yg sulit di baca.

"ULAN MAU DENGAR AYAH NGGAK?!!" teriak Rifal Aditama dengan keras seraya berjalan mendekati putri semata wayangnya

Ulan memejamkan matanya saat cekalan tangan laki² tersebut dapat ia rasakan di pergelangan tanganya.

"Ayah kenapa sih? Ulan capek, ulan nggak mau ribut" kata ulan melirik tak suka ke arah cekalan tangan rifal di pergelangan tanganya.

"Berani kamu ya!!" Teriak rifal seraya mengangkat tangan kanannya ke udara menampar pipi ulan dgn keras

Plakkk

Panas, perih, sakit hati , itu yang ulan rasakan saat kembali merasakan ganasnya telapak tangan milik ayahnya, iya ayahnya! Ayah kandungnya bahkan, tapi entah kenapa ia merasa seperti anak tiri.

Via meringis seraya menangis melihat suaminya kembali menampar putri semata wayangnya itu, ia benci dgan keadaannya yg hanya bisa duduk dan menangis, bahkan untuk berteriak saja mulutnya bisu, ia benar² benci dgan keadaannya yg membuat keluarganya hancur.

"Udahkan? udah puaskan? ulan capek" kata ulan dgan buliran air mata yg siap ngalir kapan saja, ia menghempaskan tangan ayahnya dengan kasar

"Mau kemana kau jalang? Hah!" Teriak rifal emosi seraya menarik kuat lengan ulan dan mendorongnya membuat ulan jatuh di lantai dengan kepala yg terbentur lantai.

Air matanya kembali menetes saat mendengar kata² jalang dari ayahnya sendiri, tidakah dia berpikir siapa yg lebih jalang antara dirinya atau kekasihnya?

Ulan bangun dengan perlahan, hingga lemparan beberapa foto kembali menampar wajahnya, ulan mengusap air matanya kasar,,
Ia benar² benci dengan ayahnya yg sangat bruntal.

"Lihat, mau jadi apa kamu? Hah? Buka²an di tempat umum, meluk² laki laki yg kamu sndiri nggak kenal, mau jadi apa? Hah? Rubah betina, iya!"
Teriak rifal seraya menghampiri ulan yg diam seraya menangis.

"Akkrhhh" pekik ulan saat rambutnya di tarik paksa oleh ayahnya

"Lihat! lihat!!" Teriak rifal seraya mengarahkan kepala ulan ke lantai di mana foto² itu bertebaran, membuat ulan berkali² mencium lantai krna ia tak bisa apa² selain tangis dalam diam.

Via nangis seraya menatap ke arah pembantunya yg ada di sampingnya, ia berusaha berbicara pada pembantunya itu agar mau membantu ulan yg terus di siksa oleh suaminya dengan keji,,
Namun apalah dayanya saat melihat pembantunya itu malag menunduk takut. Sekali lagi, via merasa seperti orang bodoh yg tak bisa apa², yg tak berguna, harusnya ia mati bukan malah hidup dan menyaksikan apa yg ada di depanya ti tambah ia hanya bisa diam tanpa bisa membantu putrinya yg kesakitan, sakit hati dan juga raga.

Ulan mendongak menatap ayahnya, ia tak perduli lagi dgan kepalanya yg rasanya sudah hancur, ia hanya menatap ke arah laki² yg benar² sudah tak prnh menganggapnya, mana ayahnya yg dulu? Ayahnya yg sangat perhatian? Ayahnya yg begitu peduli dengan ulan? ulan rindu kasih sayang seorang ayah

"Kalau ulan jadi JALANG kenapa? ayah mau bayar ulan? mau jadiin pelampiasan nafsu bejat ayah?" tanya ulan tenang seraya menangis menatap ke arah mata ayahnya yg memerah karna amarah.

Rifal melebarkan matanya saat mendengar kata² ulan yg seolah membantahnya, ia benci dengan pemberontakan, entah dari siapapun itu.

"Akkrrhhhh" teriak ulan saat tarikan di rambutnya mengetat dan ulan hanya bisa memejamkan matanya saat kepalanya sudah terombang ambing untuk kembali mencium lantai, Tapi........

"MASSSSS!!" teriakan itu..

Rifal serta ulan menoleh ke asal suara, rifal melepas rambut ulan perlahan saat memandang istrinya berteriak dan berdiri. sungguh keajaiban

Ulan menangis histeris melihat bundanya yg di nyatakan lumpuh total kini bisa berdiri, jangan lupakan jika bundanya juga berteriak menyelamatkan nya. Sekali lagi, tuhan benar² membuatnya bahagia.

Ulan berlari, sesekali ia jatuh tersungkur hingga yg terakhir kini ia kembali tersungkur di depan kaki bundanya, di peluknya kaki bundanya dgan sayang, air mata yg sedari tadi masih mengalir tanpa henti dari pelupuk matanya.

"Bundaa..hiks" panggil ulan seraya menangis

"Bun..ulan janji bakal cerita semua sama bunda, ulan enggak jadi jalang bun, ulan masih menjaga permintaan bunda, sumpah bun hiks" jelas ulan seraya menangis di kaki bundanya.

Ia tak mau bunda nya salah paham yg menganggapnya nggak bisa di percaya karna sudah mengobral tubuhnya asal, bukan itu bukan seperti itu. Foto itu di ambil kemarin yg lalu, dimana ia yg main di pantai dgan bikini miliknya yg paling minim, dan hingga kejadian di mana daniel datang tiba², itu yg sebenarnya bukan seperti apa yg di tuduhkan ayahnya.

"Mass.."

Suasana yg mulanya hening terpecahkan saat suara itu terdengar, suara yg tak lagi asing di telinga mereka, karna berbagai macam suara wanita itu pernah mereka dengar,,
Bukan hanya suara, bahkan desahanya itu mereka dengar dengan jelas.

Rifal menoleh ke asal suara yg sangat ia kenal, Yulia.
Wanita yg selalu menemani tidurnya dan memuaskan hasratnya saat dokter menyatakan bahwa istrinya lumpuh total.

Yuli menatap terkejut ke arah seorang wanita yg kini berdiri di depan kursi roda dengan seorang gadis yg nangis tersedu sedu di sampingnya,,

"Mbak vi..aa??" Ucap yuli sedikit tergagap melihat kakak nya yg bisa berdiri normal, dan menatapnya dengan penuh kekecewaan.

Via kecewa sama suaminya, ia juga kecewa sama adiknya yg tega memanfaatkan keadaannya, agar mereka bisa menghancurkan dirinya.

"Aku mau kalian keluar dari rumahku!" Perintah via pada rifal dan yuli adik kandungnya,
dengan linangan air mata.

"Bun,," panggil ulan mengingatkan bundanya agar tak gegabah.

Via hanya menggeleng dan mengelus pucuk kepala ulan lembut,

"Aku mau kita ce-rai mas!" Kata via tiba² menekan kata cerai dan kembali duduk di kursi rodanya dan di dorong masuk kekamar oleh bibi yg selama ini merawatnya.

"Put, tolong bantu bawa ayah dan tante keluar" kata ulan kepada putra yg dari dulu di tugaskan untuk menjaga dirinya dan bundanya.

______________________

T.b.c

Setiap kesulitan, pasti ada kemudahan:)

Laa tahzan
(Jangan bersedih)

My Lövė Êl (Ön Göing✔)Where stories live. Discover now