27. Mysterious Guy

1.7K 281 26
                                    

Nana berdiri bersandar pada wastafel kamar mandinya seraya mengusap pelan gaun tidur yang akan Haesoo kenakan nanti. Saat ini, gadis itu tengah membersihkan diri di kamar mandi sesuai dengan anjurannya.

Pria itu menatap pintu kamar mandi yang semi transparan itu dengan tatapan nanar. Jika saja tidak di suasana seperti ini, menunggu Haesoo mungkin adalah hal yang paling mendebarkan baginya. Namun, yang ia rasakan saat ini justru hanya resah.

Seolah setiap detiknya, jika ia lengah, mungkin saja Haesoo akan celaka.

Suara kunci pintu terbuka membuat Nana mendongak. Pintu kamar mandi itu terbuka dan menampilkan Haesoo yang hanya terbalut sehelai handuk dan rambut panjangnya yang basah.

Nana meletakkan gaun itu di wastafel kemudian menegakkan tubuhnya. Ia menghampiri Haesoo dan mengusap lembut wajah lembab sang gadis.

Tatapan mereka bertemu. Sama-sama hanya menyiratkan kepedihan.

Pria itu dengan lembut menarik handuk yang melilit tubuh mungil Haesoo hingga gadis itu telanjang. Dengan penuh kehati-hatian, ia mengenakan busana yang telah ia siapkan, mulai dari busana dalam hingga gaun tidur.

Ia berjalan ke belakang tubuh Haesoo kemudian memasangkan kancing di belakang tubuh Haesoo dengan gerakan yang sangat pelan. Ia begitu menikmati setiap detiknya bersama Haesoo setelah sebelumnya dibuat kacau oleh Jeno.

Setelah selesai mengancingkan semuanya, lengannya beranjak untuk mendekap gadis itu dari belakang. Aroma manis sampo yang menguar dari kepala Haesoo membuatnya tenang sekaligus sakit di ulu hatinya.

Haesoo mengusap lengan besar Nana yang melingkar pada pundaknya. Ia menikmati sensasi yang dihasilkan oleh jemarinya yang dingin ketika bersentuhan langsung dengan kulit Nana yang panas.

Tak ada komunikasi terjalin secara verbal di sana. Hanya ada sentuhan fisik yang menyalurkan perasaan yang hanya dapat dipahami oleh keduanya.

Dua-duanya merasakan sakit dan perasaan resah yang sama. Hanya saja keduanya tidak mampu untuk saling meredakannya.

Tidak sebelum semua masalah berakhir.

"Nana."

"Hm?"

Telapak tangan Haesoo bergerak untuk menggapai wajah Nana di belakangnya. Diusapnya rahang yang kasar oleh rambut kasar yang mulai tumbuh.

"Kau adalah orang baik dan sangat kuat. Kau mengajariku menjadi wanita yang tangguh dengan melatihku menembak dan uji kekuatan. Kau ingin menjadikanku wanita yang kuat sepertimu, 'kan?" tanyanya dengan lembut. Kepalanya mendongak, menatap Nana yang ternyata sudah lebih dulu menundukkan wajahnya.

Pria itu mengangguk kecil tanpa mengubah raut wajah datarnya. "Tentu saja. Kau adalah wanita terhebat yang pernah saya kenal. Saya tidak yakin gadis lain akan bertahan sepertimu yang kembali padaku."

Nana menangkap tangan Haesoo yang bertengger di rahangnya kemudian bergerak mengecupnya. Aroma manis yang hampir sama dengan aroma di rambut Haesoo membuatnya tertarik untuk menghirupnya dalam.

Dengan seperti itu, ia merasa bahwa semua yang ada di diri Haesoo hanya lah miliknya.

Haesoo menyandarkan kepalanya di dada bidang Nana kemudian memejamkan matanya.

"Kau tahu, Nana? Definisi kuat yang kau anut selama ini sepertinya yang membuatmu menjadi salah selama ini. Kau membunuh orang meskipun hanya masalah sepele. Jujur, pertama kali aku kecewa padamu adalah saat aku melihatmu membunuh Felix."

Ucapan Haesoo membuat Nana sempat kehilangan ritme napasnya. Ia menatap lamat-lamat manik mata Haesoo dari atas, menunggu gadis itu untuk melanjutkannya.

MASTER OF MINE - Nakamoto Yuta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang