9. Nana

3.4K 514 64
                                    

Sepanjang hari tadi, Yuta benar-benar memberikan waktu bagi Haesoo untuk sendiri. Pria itu sama sekali tak menampakkan diri di penthouse-nya agar Haesoo dapat menjalani aktivitasnya dengan nyaman.

Namun, hal itu justru membuat Haesoo sedikit merasa bersalah. Ia seharusnya lebih bisa menjadi dewasa dengan memberikan Yuta waktu untuk membuktikan padanya tentang apa yang ia katakan.

Gadis itu justru kini merasa suntuk seharian tanpa kehadiran Yuta padahal dirinya masih butuh penjelasan lebih lanjut.

Hingga malam hari, ia sama sekali tak melihat batang hidung Yuta. Penjaga penthouse bilang jika Yuta pergi sejak siang tadi. Entah kemana.

Haesoo membaringkan dirinya ke ranjang dengan posisi miring. Ia menatap jendela yang sengaja tak ia tutup tirainya. Gedung tinggi di seberang sana sedikit banyak membuat dirinya melupakan ketidaktenangan hatinya.

Namun, sungguh ketenangan yang ia dapatkan tidak lah lama. Kedua matanya yang lelah itu mendadak membentuk bayangan Yuta di langit malam. Gadis itu menggeleng kecil demi menghilangkan bayangan itu.

Mungkin ini adalah efek dirinya yang lelah. Ya, yang ia butuhkan adalah tidur.

Tok. Tok. Tok.

Suara ketukan pintu di belakangnya itu membuat Haesoo kembali membuka matanya. Ia terdiam, tak berniat membukakan pintu tersebut dan mencari tahu siapa pelakunya.

Keheningan itu kemudian dipecah oleh suara kenop pintu yang diputar. Haesoo dapat mendengar suara pintu kamarnya dibuka.

"Sudah tidur, ya?"

Suara Yuta membuatnya menoleh ke belakang dengan cepat. Bukan imajinasi saja, Yuta benar-benar ada di ambang pintu dengan kaos hitamnya.

"Yuta." Ia segera bangkit dari posisinya dan duduk bersila di atas ranjang. Melihat wajah Yuta sangat berpengaruh pada tubuhnya. Ia menjadi begitu gugup.

Pria itu menggenggam erat kenop pintu tersebut. Ia tak mengerti apakah bertemu dengan Haesoo malam ini adalah ide yang baik atau buruk.

Namun, saat melihat wajah sang gadis di tengah kegelapan itu membuatnya tersenyum kecil. "Saya boleh masuk?"

Haesoo meremas selimut yang menutup kedua kakinya itu. Ia mengangguk kecil, mempersilakan pria itu untuk masuk ke dalam kamarnya.

Melihat cara Yuta menutup pintu di belakangnya kemudian berjalan perlahan menuju ke arahnya membuatnya meneguk ludahnya kasar. Bagaimana pun juga, Haesoo adalah seorang wanita yang berhak mengagumi keindahan seorang pria.

Dan semua hal sederhana yang dilakukan Yuta sangat indah di matanya.

Pria itu duduk di pinggir ranjang. Menatap gadis itu dengan tangan yang bertaut di atas pahanya. "Saya ingin meminta maaf jika saya terlalu banyak bicara tadi. Padahal saya seharusnya paham kau harus menerimanya sedikit demi sedikit," ucapnya dengan tulus.

Gadis itu mendongak, menatap bagaimana wajah Yuta begitu hangat menatapnya walaupun sedikit tertutupi oleh kegelapan di kamarnya. Pria itu terlihat begitu lembut di balik wajahnya yang dingin. Ia jadi yakin, Yuta adalah tipikal pria yang diidamkan oleh semua wanita di dunia ini.

"Masih marah?"

Haesoo menggeleng kemudian kembali menunduk. Tak berani membalas tatapan Yuta yang sangat menusuk itu. "Aku hanya terkejut. Itu saja."

"Maafkan saya."

Kepalanya kembali mendongak, menatap Yuta yang kini menatap kedua tangannya yang bertaut. Ia mengambil napas panjang sebelum kemudian berujar, "Bisakah kau ceritakan semuanya padaku? Aku akan mendengarkannya."

MASTER OF MINE - Nakamoto Yuta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang