Lamaran

7 3 0
                                    

Deringan ponsel membangunkanku. Tanganku meraih ponsel di atas nakas. kubuka dan kuliat, tiga pangilan tak terjawab dari fahri. kutatap nama fahri lama sambil memikir, apakah aku sejahat ini? bukannya aku masa bodo dengan fahri dekat dengan siapa, apa hak ku atas fahri, aku dan dia hanya berteman, tapi dia membuatku sangat nyaman. Apa yang harus aku lakukan, ingin rasanya aku menelfonnya balik, tapi ego ku lebih besar. kusimpan kembali ponselku dan bergegas mengambil whudu untuk menunaikan sholat shubuh.

Setelah sholat, aku menjalankan rutinitas pagiku seperti biasanya.
Kuturun menuju dapur. kuliat ibuku yang sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi buat kami.

"Ibu buat sarapan banyak sekali, dirumah inikan hanya kita bertiga bu, Afifah kan lagi dirumah nenek, jangan bilang ibu lupa"

"Ibu emang udah tua tapi ingatan ibu nggk tua, keluarga Fauzan akan kemari sebentar lagi"ujar ibu yang membuatku terkejut.

"Sepagi ini? buat apa bu"

"Kepo banget sih anak ibu, mending kamu segera mandi"sambil mendorongku.

"iya iya, kaka bisa jalan sendiri kok bu"ketusku yang membuat ibuku tertawa kecil. Keluarga kak Fauzan akan kemari sepagi ini, tapi untuk apa ya. otakku terus memikirkan hal itu.
Setelah rapi ku rebahkan badanku di kasurku yang empuk.

"kakak segera turun ya"suara ibu terdengar dari balik pintu.

"Iya bu bentar lagi"baru saja aku tiduran sudah disuruh kebawah lagi.

Aku menuruni tangga dengan malas dan menuju ruang tamu. Aku melihat ayah, ibu dan keluarga kak faudzan menatapku senyum namun kak faudzan masih saja menundukkan pandangannya.

Aku duduk di sebelah ibuku. Aku masih bingung ada apa ini.

"Kedatangan umi, abi dan faudzan kesini untuk pamit, faudzan akan kembali melanjutkan study-nya di Mesir sedangkan Umi dan Abi akan pindah ke jogja"ujar Umi fatimah.

"Tapi sebelum pindah, Fauzan mau khitbah nak Afra, Apa nak Afra berkenan?"ujar Umi fatimah yang membuatku terkejut, duh mimpi apa aku semalam bisa di khitbah kak fauzan, ingin terbang rasanya.

"Tapi umi, Afra masih mau lanjutin tahap Ko-asisten"

"Iya nak, Fauzan juga masih kuliah 2 tahun lagi, kalau tidak salah koas-nya sekitar 2 tahun juga kan, nah setelah lulus kalian bisa nentuin tanggal pernikahannya"jelas umi fatimah lembut yang kubalas anggukan. Duh tidak sabar nunggu dua tahun yang akan datang.

"Tapi Abi minta untuk kalian berdua, selama dua tahu itu , tidak ada yang saling nelfonan atau ngirim pesan, abi nggk mau ada zina sebelum ada ikatan halal"wah ketat banget, tapi tidak apalah masih bisa ngirim doa.

"In sya Allah Abi"kompak kami berdua.

"hmm kalau gitu, kami pamit ya sejam lagi penerbangan fauzan, doain biar nak fauzan sampai dengan selamat disana dan bisa tidur malam ini"ujar umi Fatimah yang membuat kami tertawa kecil. Dari dulu umi memang suka jailin kak fauzan, jika mereka bertemu bukan seperti ibu dan anak melainkan teman.

"eh iya um, Fii amaanillah"ujar ibu.

Setelah keluarga fauzan pergi, aku segera memasuki kamarku. aku takut ayah juga akan menjailiku mending aku kabur duluan.

Aku merebahkan badanku dikasur. kutatap langit langit kamarku sambil tersenyum kegirangan. Selangkah lagi aku akan menjadi istri kak faudzan, ya Allah terimah kasih, doa yang selama ini kupanjatkan akhirnya engkau kabulkan terima kasih ya Allah.






#Assalamu alaikum
#Gimana nih kabar kalian semoga sehat selalu
#semoga kalian suka
#stay home
#jangan lupa vote anda comment

Ketetapan HatiWhere stories live. Discover now