Chapter 7

19 5 4
                                    

🎶Surrender - Natalie Taylor🎶

(Quinn's POV)

Lelaki tampan berambut blonde yang pergi untuk mencari bantuan untuk kekasihnya pada malam itu, nyatanya tidak kembali. Dia berbohong, dia mengingkari janjinya, dia meninggalkan gadisnya, hingga gadis malang itu lenyap begitu saja.
Padahal ia baru berjanji akan selalu menemani, namun kenyataannya? Ah, dasar laki laki.

Kini lelaki itu sedang berdiam diri didalam kamarnya, sudah cukup lama ia tak keluar meninggalkan ruangan ini sejak kejadian tragis tiga hari lalu.

Kalau menurut gue, lelaki ini adalah pecundang. Dengan tubuh tinggi nan tegap yang dimilikinya, apa tidak mungkin untuk memberi perlawanan pada wanita berjubah hitam pada malam itu walau hanya sedikit saja? ada apa dengan wanita itu hingga ia mau mau saja saat disuruh pergi?

Kakeknya mengetuk pintu, ya, kakek ini begitu menyayangi cucunya. Dia selalu datang hanya untuk sekedar membawakan makanan, sesekali juga membujuk cucunya agar mau keluar, namun tetap saja gagal.

Keras kepala, pecundang, bodoh.

3 kata yang menggambarkan lelaki ini. Padahal dia tampan, bahkan mempunyai kekuatan yang menurut gue itu mengagumkan.

Memangnya apa yang bisa ia lakukan jika hanya berdiam di dalam sini? apa segalanya akan berubah? tidak kan?

Malam ini, langit sedang dipenuhi awan, gumpalan awan yang bisa kapan saja menurunkan rintikan air hujan.

Lelaki itu berjalan menuju jendela yang ada dikamarnya.

Dia hanya diam, ditatapnya lurus jendela itu. Entah sedang apa, yang jelas, sekarang dia mulai menangis, lagi.

Hal seperti ini seolah sudah menjadi ritual baginya sejak kejadian malam itu.

Tangannya lalu bergerak, jari jarinya seolah menari nari, gue nggak tau dia sedang apa, ini pertama kalinya gue melihat dia seperti ini.

Dia memejamkan matanya, membisikkan sesuatu yang nggak bisa gue dengar dengan jelas. Samar samar, gue mendengar,

"Rosseanne, Rossie quartz, Quinn De Felix"

Wait, apa? Quinn? dia baru saja mengatakan Quinn?

Quinn, itu nama gue bukan? Bukannya ge-er, tapi kan memang benar?

Jendela yang tadinya bening, kini berubah menjadi warna putih, seperti dipenuhi salju, namun saat ini sedang tidak turun salju. Lagipula, mana bisa turun salju di daerah tropis?

Perlahan, cahaya cahaya kecil berwarna hijau mulai keluar dari bagian belakang lehernya.

But, wait. Lagi lagi, gue seperti nggak asing. Ini seperti, ini seperti yang dilakukan Kak Jeffiar. Ya! ini seperti 'pementasan drama' di kelas pada hari itu.

Tapi kenapa? kenapa bisa terbawa dalam mimpi? apa karena gue terlalu memikirkannya? tapi kenapa bukan Kak Jeffiar saja yang datang kedalam mimpi?

Cahaya cahaya kecil berwarna hijau tadi kini sedang menari nari, membentuk sebuah formasi hingga terbentuklah sebuah kristal, ini sangat indah, dan gue merasa seperti melihat bentuk kristal itu.

Lelaki itu kemudian meniupkan sesuatu pada formasi yang dibentuk oleh cahaya cahaya ajaib ciptaannya. Kristal yang semula berwarna hijau, kini berubah menjadi warna merah muda.

Kristal merah muda yang mengkilap.

Sekarang bentuk ini benar benar nggak asing lagi bagi gue. Itu adalah kristal yang sama seperti tanda lahir gue.

LullabyWhere stories live. Discover now