=17=

200 35 21
                                    


Happy Reading___

***

Pagi ini, Rei sungguh-sungguh menepati perkatannya pada sang Ibu sewaktu sarapan tadi.  Dan sekarang, cowok yang dikenal angkuh itu sedang duduk manis diatas jok mogenya ditepi jalan, depan rumah Rissa.

Entah kenapa rasanya begitu gengsi untuk sekedar melangkah memasuki pekarangan berbataskan gerbang kayu itu. Seperti ada benda yang menggedor jantungnya hingga menilbulkan bunyi dag dig dug. Hampir 20 menit Rei menunggu dengan harap-harap cemas, tapi yang ditunggu tak kunjung keluar.

Hingga akhirnya Rei pun mengusap kasar wajahnya dan bergegas turun dari mogenya. Dengan terpaksa Ia pun memberanikan diri memasuki pekarangan rumah yang tampak sepi itu. Dan perlu diingat pula, sejak pertama kali Rei mendatangi tempat itu selalu saja terlihat bersih dan rapi. Tampaknya sipmilik rumah sangan hobby merawat setiap sudut rumahnya, hingga pekarangan pun tampak terrawat.

"Bunda... Rissa berangkat."

"Iya... hati-hati sayang."

"Assalaamualaikum."

"Waalaikumussalam.."

Interaksi anak dan ibu itu jelas terpampang nyata didepan mata. Seketika Reipun terpaku ditempatnya, padahal Ia belum sampai keteras itu.

Marta yang lebih dulu melihat keberadaan Rei langsung menyambutnya dengan ramah seperti biasa.

"Nak Rei..." Rei menanggapinya dengan tersenyum manis, sementara wanita paruh baya itu menghampirinya.

Segera Rei menyambut tangan Marta dan mengecup tangan itu lembut. Marta yang senang diperlakukan seperti itu membalas dengan mengusap puncak kepala Rei. Lain halnya dengan Rissa yang terpelongo melihat kedekatan mereka berdua.

"Rissa... sini. Ini Rei dateng buat jemput kamu. Kemarin dia bilang sama bunda mau ajak kamu berangkat sama pulang sekolah bareng." Jelas Marta.

Sontak Rissa pun hanya bisa membulatkan mata tak percaya. Karena Ia baru tau tentang rencana Rei.

"Tapi semalem bunda gak kasih tau Rissa soal itu." Protes Rissa.

"Udah.. gak perlu marah-marah sama Ibu loe." Tegur Rei dengan nada datarnya, tapi mampu membuat Marta tersenyum.

Sikapnya terkesan peduli dan penuh perhatian. Sejak awal mengenal sosok Rei, Marta memang berfirasat kalau Rei anak yang amat baik. Hanya saja sikapnya dengan Rissa dan anak seusianya saja yang mungkin terbilang acuh, seolah tak peduli.

"Yaudah.. terus mau sampe kapan berdiri disitu??"

Ucapan Rissa sontak membuat Marta dan Rei tersadar. Perhatian mereka tertuju pada Rissa yang mulai berjalan menuju moge milik Rei diluar pagar. Seketika itu sebuah senyum terbit diwajah tampan Rei, begitu juga dengan Marta yang ikut tersenyum.

"Saya permisi tante.." pamitnya, kembali mengecup punggung tangan Marta dan dibalas anggukan wanita itu.

Usai mengucap salam, Rei lantas berlari kecil menuju mogenya dan memakaikan helm pada kepala Rissa. Tapi kali ini wajah datar itu tampak menunjukkan ekspresi bahagia.

Rissa dibuat heran karenanya, sampai2 Ia membatin pada dirinya sendiri. 'Ini beneran Rei, atau bukan sih??'

Sementara Rei yang tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya banya bisa mengulum senyum sepanjang perjalanan. Entahlah. Sepertinya hati kerasnya selama ini mulai melunak, karena gadis ayu yang duduk dijok belakang mogenya.

"Apalah Cinta" /Lanjutan/ ENDWhere stories live. Discover now