-6-

20.9K 3.7K 290
                                    

Surabaya Raya per hari ini (28.04.2020) resmi PSBB, patuhi anjuran pemerintah ya biar tim medis juga terbantu karena kepatuhan kalian, dan pandemik ini segera berakhir 💜

Selamat membaca 💋

🌷🌷🌷

"Bukan buket?"

Aku menggeleng tanpa melihat ke sumber suara yang barusan bertanya karena sibuk dengan rangkaian di depanku.

Meski nggak banyak bicara, tapi terus terang keberadaannya agak mengganggu konsentrasi.

"Seingat saya, waktu itu saya minta buket."

"Tapi Mas sempat bilang kalau semua Mas kembalikan ke saya kan?" tanyaku dengan tangan kanan memegang lem tembak, tangan kiri megang cotton flower yang tangkainya sudah kupotong pendek.

"Lebih baik Mas kembali ke butik, nanti kalau ini sudah jadi, langsung saya antar," lanjutku yang secara nggak langsung memang ingin mengusir dia biar bisa fokus.

Selesai mengurusi dekorasi, aku sengaja geser ke mini market yang letaknya selisih dua bangunan dari butik, buat numpang bikin dome flower, pengganti buket yang dipesan Mas Tera.

Aku butuh listrik, sekaligus tempat aman dan lumayan nyaman buat mengerjakan pesanan yang rencananya mau dibikin kejutan sama si pemesan.

"Dan itu juga bukan bunga segar."

Komentar barusan sukses bikin aku menghela napas panjang, lalu meletakkan lem tembak sebelum akhirnya menatap sosok pria yang sepertinya sengaja menunjukkan penampilan terbaiknya hari ini. Setelan yang aku yakin nggak murah harganya.

"Iya, seperti yang Mas lihat, ini semua dried flowers," timpalku yang bicara dengan rahang nyaris saling menekan. "Kenapa saya pilih ini, supaya lebih awet. Dan kenapa saya buat dome flower bukan buket, karena nantinya ini bisa dijadikan hiasan. Entah di dalam butik, atau di kamar Mbak Dila."

Penjelasan panjangku cuma direspon anggukan kecil dan kedikan bahu ringan.

Kalau saja nggak ingat dia salah satu client toko bunga kami, mungkin aku sudah beneran meledak. Tapi untungnya aku berhasil menahan diri di tengah letupan emosi.

Momen mendekor tadi sudah cukup sulit, rencana yang sudah kususun nyaris kacau karena asisten Mbak Dila terlalu banyak mengatur sekaligus protes ini dan itu. Padahal Mbak Dila sudah bilang semua diserahkan padaku.

Dia minta rangkaian yang simple, nggak terlalu banyak macam bunga, tapi asistennya nggak berhenti komentar saat lihat sebagian besar bunga yang kupakai adalah tulip ungu dan putih.

Sengaja kupilihkan itu, karena tulip ungu melambangkan penyambutan terhadap tamu istimewa yang disampaikan dengan kerendahan hati, sementara tulip putih melambangkan cinta pada pandangan pertama. Dengan harapan para tamu istimewa itu akan langsung jatuh cinta dengan produk-produk yang mereka lihat di butik.

Dan sekarang, perusak fokus itu digantikan oleh sosok Mas Tera. Sepertinya dia tahu keberadaanku dari Ryan, karena cuma Ryan yang kupamiti akan ke mana aku setelah tugas dekorasi selesai.

Ryan sendiri masih di butik karena menyelesaikan dekorasi yang menggunakan artificial flowers. Urusan ini pun aku bisa percayakan padanya.

"Bunga-bunga dalam buket juga bisa dijadikan hiasan. Tinggal dipindah ke vas."

"Tapi nggak selama dried flowers," sahutku coba menekan emosi yang kembali muncul setelah sempat reda sesaat.

"Sama aja, nanti nggak kepakai kan?"

ASIA (Tidak Lengkap, Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang