-4-

19.5K 4.2K 555
                                    

Yang belum vote part sebelumnya, bisa kalik ya mundur bentar buat vote. Yang belum komentar ... nggak musti tiap part sih, tapi kalau kamu suka work ini, pingin tahu lanjutannya, ijinkan saya tahu lewat komentar kamu.

Selamat membaca 💋

🌷🌷🌷

"Kenapa diganti sih?" protes Ryan dari balik mesin kasir, sementara aku baru akan kembali duduk dan lanjut merangkai bunga.

"Pengen denger yang lain aja."

"Tapi lagu tadi lagi hits tahu!"

Aku nggak menyahut, tapi dalam hati berharap nanti atau besok, Ryan mendadak amnesia dan lupa sama lagu yang kata dia lagi hits tadi. Berhari-hari ini dia terus mengulang lagu itu.

Jujur saja, lagunya bagus, hanya saja suara vokalisnya yang bikin suasana hatiku nggak bagus. Meski sudah lewat bertahun-tahun, rasanya aku belum bisa benar-benar lupa bagaimana pengkhianatan yang dia lakukan. Apalagi melihat karirnya bisa kembali cemerlang setelah dia menjalani hukuman, lebih tepatnya rehabilitasi yang diajukan kuasa hukumnya sebagai ganti hukuman kurungan. Tipikal publik figur negeri ini, meski nggak semua begitu.

Bukannya aku nggak suka lihat orang sukses, hanya saja mengetahui hidupnya baik-baik saja, bahkan jauh lebih baik, bikin aku merasa bahwa selama ini aku nggak punya arti penting dalam hidupnya. Aku, yang menemaninya jauh sebelum dia meraih semua popularitasnya, lalu diam-diam dibuang karena nggak bisa memberi apa yang beberapa kali dia minta.

"Ryan!" seruku ketika tanpa kusadari Ryan sudah kembali memutar lagu yang sama. "Serius, aku bakalan banting-"

Kalimatku terhenti karena pintu terbuka, dan seorang customer- tunggu ... wajahnya familiar.

"Ada yang bisa kami bantu?" tanya Ryan ramah.

Oh, oke, dia yang sempat marah karena aku membuatkan buket dari bunga sisa untuk pacarnya. Pria yang kuingat namanya Tera itu sekilas melirikku, sebelum melihat ke Ryan.

"Saya butuh buket."

"Apa sudah tahu buket apa yang Mas inginkan?" tanya Ryan lagi, sementara aku kembali fokus dengan rangkaian bunga yang baru jadi setengah.

"Yang simple."

Simple, sepertinya itu satu kata favoritnya.

"Untuk siapa kalau saya boleh tahu?"

"Pacar."

"Oh, sebentar, Mbak Asia akan bantu Masnya buat milih."

Ryan terlanjur menyebut namaku, nggak mungkin aku pura-pura nggak dengar sementara di ruangan ini cuma ada kami bertiga.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanyaku akhirnya sambil menaruh apa yang lagi kukerjakan dan berdiri.

"Masnya mau buket buat pacarnya, tapi yang simple." Ryan mengulang apa yang sebenarnya sudah kudengar.

"Pacarnya suka bunga apa kira-kira?" Sekali lagi aku bertanya ke pria yang tengah menatapku tanpa ekspresi.

Kepalanya menggeleng, sementara bibirnya tertutup rapat. Baiklah, dia minta dipilihkan tapi nggak mau ngomong.

"Saya pilihkan Narcissus mau?" tawarku setelah mikir sebentar.

Dia sempat mengerutkan kening, dan aku paham, karena memang ekspresi pembeli kurang lebih sama kalau aku menyebutkan nama bunga ini sebagai buket.

"Arti bunga ini adalah harapan supaya orang yang mendapat bunga ini tidak berubah, dan tetap seperti apa adanya."

"Boleh," responnya setelah beberapa saat.

Begitu dapat jawaban, aku segera menuju ke tempat penyimpanan di ruang belakang. Ryan terdengar menawarkannya untuk duduk, dan ketika aku kembali, Mas Tera sudah duduk di tempat pelanggan biasanya melihatku merangkai bunga untuk mereka bawa. Perlengkapanku sudah ada di meja, sepertinya Ryan yang menyiapkan selagi aku ke belakang tadi.

"Apa ini bunga Narcissus?" tanya Mas Tera waktu aku duduk di seberangnya dan meletakkan beberapa tangkai bunga berwarna kuning.

"Iya," jawabku sembari tersenyum. "Nama lainnya daffodil, kalau di Jepang dikenal dengan nama Suisen, salah satu jenis bunga favorit untuk ikebana."

"Ikebana?"

"Seni merangkai bunga di Jepang. Bunga jenis ini mekar secara alami antara Maret sampai dengan April. Menjadi favorit karena bunganya bersih, kecil dan simetris."

Dia mengangguk pelan dengan pandangan tertuju pada bunga-bunga di meja. "Kalau yang putih ini?"

"Baby breath, salah satu jenis filler yang paling banyak dipakai, tapi juga bisa jadi buket sendiri." Aku menjelaskan sambil mulai memotong tangkai, dan merapikan beberapa bagian.

"Saya bikin buketnya hand tied ya?"

"Apa bisa bertahan lama?"

"Kalau style hand tied nggak bisa, karena nggak ada cadangan air di bawahnya. Kalau mau awet bisa pakai style nosegay, nanti untuk menutup oasenya bisa dililit pita."

"Seperti waktu itu?"

Aku sempat terdiam selama beberapa detik sebelum mengiyakan dengan anggukan.

Nggak ada percakapan setelahnya, aku fokus merangkai, dan pria di depanku ... entah, aku nggak sempat mencuri lihat ke arahnya. Aku hanya sempat mengalihkan pandangan sekilas ke arah pintu ketika terdengar Ryan menyapa pembeli lain yang baru masuk.

"Selesai," kataku sambil menyodorkan bunga rangkaianku ke Mas Tera.

"Terima kasih," ucapnya sambil mengamati buket di tangannya lalu berdiri.

"Oh ya," sambungnya setelah sempat melangkah ke arah kasir, tapi berhenti sambil nengok padaku. "Apa kamu bisa merangkai untuk keperluan pameran atau sejenisnya? Hanya dua atau tiga rangkaian mungkin?"

Aku sempat melirik ke Ryan, sekilas kepalanya mengangguk pelan. Nggak kaget, karena memang dia bukan tipe orang yang suka menolak tawaran.

"Bisa," jawabku akhirnya. "Tapi tolong dikabari paling lambat seminggu sebelumnya kalau memang jadi."

"Good."

Cuma itu responnya, lalu dia mengurus pembayaran ke Ryan, dan pergi begitu semua selesai.

"Nih, simpan nomornya," kata Ryan sambil menyodorkan sebuah kartu nama berwarna hitam, dengan tulisan warna keemasan.

Lentera Winatra, itu nama lengkap pria yang sekilas kulihat tersenyum sambil menatap buket ditangannya sebelum masuk mobil tadi.

🌷🌷🌷

Yup! Oh Sehun as Lentera Winatra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yup! Oh Sehun as Lentera Winatra

Regards,

-Na-

ASIA (Tidak Lengkap, Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang