-3-

20.4K 3.9K 369
                                    

🌷🌷🌷

"Kamu yakin pergi sendiri?"

Aku mengangguk setelah mengecek isi bagasi belakang, lalu menutupnya. Ryan berdiri di samping mobil miliknya sembari menatapku.

"Aku tahu di mana tempatnya, jangan khawatir," kataku sambil menepuk lengannya pelan. "Aku pergi dulu, merangkainya seperti sample yang kita kirim, dan kembali," tambahku lalu masuk dan duduk di belakang kemudi.

"Kalau ada yang kurang, segera hubungi aku."

"Tadi pagi kamu sudah mengirim semua yang aku butuhin ke sana, jadi kamu bisa fokus jaga toko."

"Oke, hati-hati," pesan Ryan sekali lagi sebelum aku akhirnya menginjak gas meninggalkan toko.

Butuh sekitar setengah jam untuk tiba di tempat tujuan. Suasananya lumayan ramai, seorang pria menghampiriku yang baru mengeluarkan box terbuka yang di dalamnya terisi perlengkapan yang akan kupakai. Sepertinya Farid, begitu dia mengenalkan diri, memang sudah menunggu kedatanganku.

"Kita langsung ke atas ya Mbak, soalnya yang dipakai buat pemotretan pertama di lantai dua."

"Oke," sahutku.

"Biar saya bantu," tambahnya sambil mengambil alih boxku.

Suasana di lantai dua nggak seramai lantai satu dan lantai dasar. Tapi ada beberapa kru pemotretan sedang sibuk mengeset kamera dan sebagainya.

"Mbak bikin di sini bisa?" tanyanya sambil meletakkan barang bawaanku di meja panjang. Sepertinya ini tempat untuk meeting, karena mejanya cukup panjang dan lebar, ada sekitar 12 kursi di sekitarnya. Barang yang tadi pagi dikirim Ryan juga sudah tertata rapi di tempat yang sama.

"Bisa," jawabku.

"Apa nanti ada model untuk pemotretannya?" tanyaku basa-basi.

"Paling bos besar aja sih Mbak, selebihnya foto ruangan di lantai ini, sama nanti di bawah."

Seminggu lalu seseorang menelepon toko, dan minta dibuatkan rangkaian bunga untuk keperluan pemotretan, dan Ryan menyanggupi.

Cekatan, aku segera mengambil bunga aster putih untuk mulai kurangkai, karena pemotretan pertama dilakukan di ruang kerja pemilik tempat ini. Aku membuat dua rangkai bunga sederhana. Untuk rangkaian pertama aku hanya memotong tangkai aster dengan kemiringan 45 derajat, lalu meletakkannya dalam glass bud vase yang bagian lehernya nggak terlalu panjang tapi juga nggak terlalu pendek. Sengaja aku hanya memakai aster putih, karena pesan yang kuterima si bos suka hal-hal sederhana. Rangkaian kedua aku memakai bunga anyelir yang kupotong dengan kemiringan sama bagian batangnya dan kuletakkan di bubble vase, vas kaca berbentuk gelembung.

Hilir mudik orang-orang di sekitar sama sekali nggak mengganggu pekerjaan, meski sebenarnya aku lebih suka suasana yang lebih tenang. Tapi aku harus menyesuaikan diri, terutama kalau pesanannya merangkai bunga di luar toko.

"Apa yang buat ruangan bos sudah Mbak?" tanya Farid yang baru saja menghampiriku.

"Hampir," kataku sambil meliriknya dan tersenyum.

Begitu sudah benar-benar selesai, Farid mengantar sekaligus membantuku membawa salah satu vas berisi bunga anyelir untuk diletakkan di ruangan.

"Permisi Pak," ucap Farid setelah sebelumnya mengetuk pintu yang tertutup rapat.

Ruangan begitu tenang, jauh berbeda dengan kondisi di luar, dan ada dua pria sedang mengobrol waktu kami masuk.

"Oh, apa ini yang akan dipakai buat pemotretan di sini?" tanya salah satu dari mereka.

ASIA (Tidak Lengkap, Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang