satu

24 0 1
                                    

Buku-buku, pensil, bungkus cemilan dan plastik permen. Semua berserakan dilantai. Alina wilson yang terbiasa dipanggil "lin" atau "alin" tertidur di kasur dengan sangat nyenyak. Handphone nya pun mengeluarkan bunyi lonceng, menandakan adanya notifikasi yang masuk.

Dengan lelah alina mengambil handphone yang terletak di meja lalu menghidupkannya. Seketika mata alina membesar

"Maaa! Paaa!"

Alina keluar dari kamarnya lalu dengan cepet menuruni tangga. Ia pergi ke ruang televisi dan melihat kedua orang tuanya sedang menonton tv

"Apa sih dek? Pagi pagi udah teriak aja, nanti kedengaran tetangga gimana?"

Papanya alina mengernyitkan dahinya lalu lanjut menonton tv

"Kenapa dek?"

Mama alina mematikan tv nya lalu menyuruh alina untuk duduk

"Alin diminta untuk wawancara di ellis ma!"

Alina dengan semangat menjelaskan hal hal itu kepada orang tuanya.

"Tetapi, jakarta itu kan lumayan jauh nak"

Komplain mamanya

"Tapi ma..."

"Jakarta itu kota yang besar, kamu nggak ada yang jaga. Kamu kan anak kami satu satunya, perempuan lagi"

Semangat alina menurun dia hanya bisa menundukkan kepalanya. Mama lalu memegang telapak tangannya. Alina melihat ke arah papanya dengab penuh harapan

"Papa pikirkan dulu, kamu mandi sana udah jam segini kok anak gadis belum mandi"

Wajah alina seketika cerah, senyumnya yang tadi hilang kembali. Walaupun ada kemungkinan tudak di setujui tapi ada kemungkinan juga di setujui. Dengan semangat alina berlari ke kamarnya untuk membersihkan tubuh dan bersiap siap. Setelah itu alina pun turun ke bawah dan langsung duduk di depan tv

"Dek...lin bantuin mama beliin garam di indomei!"

"Ok ma!"

Alina beranjak dari sofa dan memgambil uang Rp. 15.000,00 yang sudah mamanya letakkan di meja makan. Hari itu tidaklah panas, angin yang sejuk menyambut alina

"LIN!"

"Lu kenapa ra?"

Tiara mencoba menarik nafas dan menghembuskannya sambil menunduk

"Lu gw panggil dari tadi nggak denger?"

Alina menggaruk kepalanya bingung

"Nggak tuh"

"Yaudah deh, eh lu mau kemana?"

"Mama gw minta gw beliin garam di indomei"

"Gw ikut deh"

Alina mengangguk dan terus berjalan bersama tiara

"Eh ra, gw di minta untuk wawancara di ellis"

"Hah? Apa? Gimana? Gw nggak denger"

"Gw di minta untuk wawancara di ellis raa!"

"Jangan ngadi-ngadi lu ye, otak lu yang segitu mana bisa masuk ellis"

"Heh, mendingan gw, gw pernah juara di sekolah, lah lu? Ngerjain pr aja minta bantuan gw"

"Ck.."

Setelah membeli garam alina pun kembali ke rumahnya. Terlihat mama dan papanya sedang berdiskusi di ruang tamu

"Ma...udah dapet nih garamnya"

"Eh dek, sini dulu duduk"

Alina sempat bingung tapi kemudian diapun duduk di sofa depan mama dan papanya

Married a strangerWhere stories live. Discover now