"tak inginkah kau melihat wajah anakmu?"

Benar. Sugik tak tahu isterinya tengah mengandung, ia sudah lama tak menjenguk dirinya jadi apakah bijak pilihannya kali ini.

"ku taruh uang itu di bawah dipan isterimu, pergunakan untuk membayar semua hutangmu tak hanya itu aku bersumpah kepadamu selama aku masih hidup akan ku jamin semuanya—tak akan ada yang bisa menyentuhmu"

Gemetar. Sugik bisa merasakan seluruh bedannya gemetar hebat, air mata itu keluar di ikuti tangisan sesenggukan waktu di mana Sugik menatap wajah Karsa Atmojo lalu berkata dengan suara bergetar "KULO ABDI NJENENGAN MULAI SAK NIKI" (AKU ADALAH ABDIMU MULAI SAAT INI)

Karsa tersenyum, ia melihat Tamin yang baru saja melangkah masuk, kedua orang itu mengangguk seakan satu hal yang mereka inginkan sudah ada di dalam genggaman tangan.

"sekarang akan ku bawa kau ke hadapan tuan-mu yang lama, Sabdo Kuncoro"

Seperti yang Sugik duga sebelumnya, tuan Sabdo ada di tempat ini lantas apa yang mereka lakukan kepada beliau.

"tapi sebelum itu" Karsa menatap Tamin "keluarkan darah makhluk jahanam itu dari tubuhnya—aku ingin ia menjadi bersih lagi karena sekarang dia milik'kita" kata Karsa sembari melangkah keluar.


***
Di atas dipan kayu kedua tangan dan kaki Sugik di ikat dengan daun ranjat, tubuh Sugik terlentang tanpa sehelai benang pun saat lelaki bernama Tamin itu melihat dirinya dengan pandangan yang sama—pandangan menggelikan.

Ia menyiram tubuh Sugik dengan air berisi kembang, tak tahu apa yang dia lakukan setelahnya karena ia terlihat seperti memantrai Sugik dengan bahasa-bahasa yang tak pernah ia dengar sebelumnya saat tiba-tiba ia melompat ke atas dipan lalu mencekik leher Sugik, memijat-mijat pangkal leher saat tiba-tiba dari dalam tubuh Sugik menggeliat sesuatu yang membuat tubuh-nya mengejang tanpa alasan, Sugik merasakan sentakan yang awalnya tak terasa tiba-tiba mengerjap begitu menyakitkan saat ia perlahan-lahan memuntahkan isi perutnya, cairan hitam itu keluar dari dalam mulut.

Sugik terus menerus memuntahkan cairan hitam itu saat sesuatu yang menggumpal menyeruak keluar, daging hitam yang di cengkram oleh Tamin terhempas keluar cepat-cepat mbah Tamin mengambil gumpalan hitam itu menghempaskannya ke atas lantai. Sugik tak pernah tahu bahwa di dalam tubunya ia memiliki hal-gila seperti itu.

Tamin menatap Sugik kali ini pandangannya berubah, ia tak lagi memandang Sugik dengan ekspresi geli sebaliknya ia bisa melihat lengkungan senyum di bibirnya. "maaf bila aku melihatmu seperti tadi—sebenarnya aku hanya merasa jijik dengan apa yang kau telan"

"apa maksudmu—"

"darah kambing hitam itu benar-benar busuk membuatmu menjadi abdi paksa dari Kuncoro sinting itu tapi lupakan kau sudah bebas dari cengkraman lelaki bejad itu" Tamin melemparkan pakaian Sugik melepaskan satu persatu ikatan tersebut sebelum melangkah keluar menuju pintu, Ia berhenti sejenak menoleh pada Sugik lalu berkata "tuan-mu Sabdo sudah menunggu-mu"

**
di balik sebuah pintu Sugik melangkah perlahan-lahan saat di hadapannya ia melihat sebuah ruangan yang begitu megah dengan meja panjang dan kursi berjejer di sampingnya, Sugik tak pernah melihat ini sebelumnya, benar-benar pertama kali dalam hidupnya ia melihat semua ini, siapa  sebenarnya pemilik rumah ini, bila Kuncoro memiliki rumah besar dan megah maka tempat ini mungkin dua kali-nya.

Di antara kursi-kursi yang ada di balik meja panjang itu Sugik bisa melihat tuan Sabdo tengah duduk memandang seorang lelaki tua plontos yang ada di hadapannya, tak tahu siapa dan apa yang tengah mereka bicarakan Sugik mendekati tuan Sabdo, Sugik juga baru tersadar bahwa di belakang lelaki tua plontos itu berdiri seorang wanita bersanggul tengah memegang parang.

JANUR IRENGWhere stories live. Discover now