Ia tersenyum kepada Sugik menatap mata'nya lekat-lekat, Sugik bisa merasakan persona di dalam diri Karsa Atmojo nyaris menyerupai persona milik Arjo Kuncoro yang pernah ditunjukkan saat ia memanggil Bokolono hanya untuk menghabisi abdi perempuan yang tak mau melayaninya.

Ketakutan itu hanya beberapa saat karena setelahnya Karsa Atmojo tersenyum seakan menarik kengerian itu membiarkan intimidasi yang ia tunjukkan pada Sugik  lenyap, menguap begitu saja.

"aku yakin kau akan melakukan perintahku—karena bila kau tak melakukannya terpaksa kami harus melakukan sesuatu terhadapmu"

"sesuatu apa maksud anda nyonya?"

"perempuan yang cantik, di dalam kandungan isterimu hidup seorang anak perempuan yang cantik, aku tak bisa membayangkan bila malam ini sesuatu menimpa mereka berdua, sesuatu yang pernah kau lihat—sesuatu yang gemar memenggal kepala manusia hanya untuk nafsuku saat melihat ajal manusia"

"apa maksudmu yang sebenarnya?"

"isterimu tengah mengandung anak perempuan" ucap Karsa "apakah kau tidak tahu?"

Sugik tak menjawab, Ia hanya diam sembari memikirkan apakah benar berita yang baru ia dengar. "bagaimana kau tahu?"

"aku tahu juga bahwasannya kau begitu mencintai dirinya bahkan saat kau terpaksa harus meninggalkannya hanya karena hutang-hutang yang kau miliki" Karsa mendekati Sugik, "aku bisa melunasi semuanya"

"Kuncoro juga dapat melakukan itu" kata Sugik menantang wanita yang ada di depannya.

"benar, tapi aku bisa menjamin nyawamu"

"menjamin nyawaku—"

"kau tahu seperti apa Kuncoro hidup, kau pikir sampai kapan mereka membiarkan kau hidup, hanya tinggal menunggu giliran"

"aku masih tak mengerti kearah mana pembicaraan ini" tutup Sugik, mbah Karsa kini mengadahkan kepalanya ia tahu pembicaraan ini tak akan pernah ada ujungnya karena di hadapannya hanya seorang pemuda yang tak tahu apa-apa tentang dunia yang ada di sekelilingnya, Karsa menatap lelaki bernama Tamin tersebut mengangguk memberi tanda dan seperti yang Sugik bisa lihat lelaki itu mengerti, Ia mengangguk lalu meninggalkan mbah Karsa seorang diri bersama dengan Sugik, tepat ketika pintu di tutup Sugik merasakan perasaan ganjil itu lagi yang kali ini jauh lebih gila dari apa yang pernah ia rasakan sebelumnya.

"wong tuoku tau ngomong ojok sampe sanggulku di uculno nang ngarepe wong lanang amergo Bonorogo ambek Sengarturih iku seneng ndelok ndas menungso pedot tekan gulu nggelinding nang ngisor sikilku"

(orang tuaku pernah mengatakan jangan sampai sanggulku di lepas di depan seorang lelaki karena Bonorogo dan Sengarturih itu suka melihat kepala yang lepas dari leher menggelinding di bawah kakiku)

Denting suara tusuk konde yang terjatuh terpelanting di atas lantai membuat Sugik tak dapat berbicara, dalam waktu sesaat Ia melihat semuanya, semua saat-saat dirinya menatap kematian-kematian itu Sugik tak pernah mengerti, kepingan-kepingan yang pernah ia lihat sebelumnya seperti tergenapi oleh mata Karsa Atmojo kini Sugik terduduk sebelum bersimpuh tunduk di bawah kaki Karsa Atmojo.

"apa yang ku tunjukkan kepadamu adalah jawaban yang kau cari—Bayu Saseno melindungimu karena dia ada di pihakku lebih tepatnya pihak kami dan sekarang bagaimana denganmu? pihak mana yang akan kau pilih"

Sugik tak menjawab, ia masih diam mematung di bawah kaki Karsa Atmojo memikirkan segala konsekuensi pilihan, mana yang harus ia pilih—ini bukan tentang dendam atau nafsu melainkan skenario besar di mana apapun yang ia pilih akan berujung pada maut. hanya saja seberapa cepat maut itu akan datang menjemput dirinya.

JANUR IRENGWhere stories live. Discover now