[ 17 ]: Best Thing I Never Had

ابدأ من البداية
                                    

Lambaian tangan di arahkan Krist pada mobil Singto yang melaju menjauh dari halaman rumahnya, ia terus mengulum senyumnya sebelum perlahan menghilang begitu saja, setelah itu pandangan Krist tertuju pada sosok mungil di dalam gendongannya

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Lambaian tangan di arahkan Krist pada mobil Singto yang melaju menjauh dari halaman rumahnya, ia terus mengulum senyumnya sebelum perlahan menghilang begitu saja, setelah itu pandangan Krist tertuju pada sosok mungil di dalam gendongannya. Krist mengecup pipi Kei pelan ketika sang Anak ikut mengikuti apa yang dirinya lakukan.

"Ingin ikut Daddy dan Kakak pergi? Cepatlah tumbuh dewasa, nanti Papa yang akan mengantarkan Kei pergi."

Anak itu tak meresponnya, tetapi justru mengeluarkan racuan lucu yang membuat semakin gemas dengan sang Anak. Semua beban pikirannya akan hilang jika bersama dengan Kei dan Rieyu.

Krist terdiam sejenak saat ia menyadari sesuatu, pria itu langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, ia menyerahkan Kei pada pengasuhnya, sebelum berganti pakaian.

Pria itu menatap cermin yang memantulkan bayangannya dengan wajah yang terlihat datar, embusan napas berat meluncur begitu saja dari kedua sudut bibirnya. Sorot matanya seketika meredup, ia memejamkan kedua kelopaknya yang tadi terbuka, sebelum memutuskan untuk melangkahkan kaki keluar dari kamarnya, ia memesan sebuah taksi untuk mengantarkannya ke tempat yang sudah lebih dulu ia tentukan dengan sosok yang ia ingin temui.

Ia menunggu beberapa waktu sebelum taksi pesanannya datang dan langsung memasukinya, setelah kendaraan itu berhenti tepat pada halaman rumahnya. Taksi itu membawanya pergi dari sana tanpa menyadari jika Singto kembali lagi tempat itu, ketika melupakan salah satu berkas yang harusnya pria tersebut bawa.

Singto melihat kepergian Krist yang terlihat terburu-buru itu dengan heran, karena sosok tadi tak mengatakan apapun pada Singto jika ia ingin pergi ke suatu tempat.

Kenapa tidak mengatakan padanya?

Singto bisa mengantarkan Krist, tak perlu pasangannya itu pergi sendirian. Lagipula Singto masih terlalu khawatir kalau Krist pergi sendirian, akhirnya memutuskan untuk mengikuti Krist. Ia tak mau ada hal buruk yang nanti menimpanya nanti.

Taksi yang membawa Krist pergi tak jauh dari rumah mereka, kendaraan itu menepi pada sebuah kafe, Singto melihat jika Krist memasuki kafe tersebut, mendudukkan dirinya pada meja ujung tepat di sebelah kaca, pandangan pria itu menatap ke arah jalanan. Singto hanya diam di tempatnya berada, mencoba untuk berpikir untuk apa Krist kesana? Hanya untuk bersantai atau bertemu dengan orang lain? Jika Krist ingin menemui seseorang maka siapa orang itu? Bukankah ia tak mengingat apapun? Jadi kira-kira siapa yang sosok itu tunggu?

Meskipun hampir satu jam Singto menunggu tidak ada satu orang pun yang menghampiri Krist, hingga banyak pikiran aneh yang bersarang padanya. Singto menggelengkan kepalanya dan memutuskan untuk menghampiri Krist lagipula untuk apa ia bersembunyi seperti ini?

Singto keluar dari mobil dan menghampiri Krist, bertepatan dengan sosok itu yang ingin keluar dari kafe itu, sontak saja Krist terkejut melihat Singto berada di sini.

"Phi Sing...."

"Kau sedang menunggu siapa di sini?"

"A-aku... Aku hanya ingin... Aku bosan di rumah."

The Shades Of Gray [ Peraya ]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن