[ 11 ]: Blooming Day

3.4K 375 15
                                    

Untuk kesekian kalinya, Singto menatap ke arah jam. Berharap waktu cepat berlalu. Namun, segalanya terasa sangat lambat. Pria itu memosisikan dirinya untuk duduk, sembari melihat kesekelilingnya dengan bosan. Biasanya di saat seperti ini ia tengah sibuk, tetapi sekarang Singto merasa tidak baik, sebab tak ada yang bisa ia kerjakan.

Pria itu menurunkan kedua kakinya dan berjalan untuk pergi, mencari Rieyu. Harusnya anak itu sudah pulang beberapa waktu lalu, tetapi saat Singto mencarinya anak pertamanya tak ada di manapun berserta Krist dan juga Kei.

Kemana kira-kira mereka bertiga?

Ruang bermain pun kosong, meskipun Singto melihat pintu yang menuju ke arah taman kecil pada samping halaman mereka terbuka. Ia menebak ketiganya pergi ke sana.

Singto melangkahkan kakinya untuk melihat apa yang mereka lakukan dan hal pertama kali yang dirinya lihat, membuat ia menggelengkan kepala.

Krist sedang mencoba untuk menanam dan merapikan tanaman yang kemarin Singto beli, hanya saja justru membuatnya terlihat berantakan. Di sisi lain ada Rieyu yang tengah mengajari adiknya untuk berjalan. Menggenggam kedua tangan Kei yang menampakan kedua kakinya dengan tertatih pada permukaan tanah, akan tetapi hal itu tak sengaja mengakibatkan langkah Kei yang tak sempurna jatuh. Mendengar adiknya menangis, Rieyu panik dan berteriak memangil Krist, seolah takut terjadi sesuatu pada adik kesayangannya itu.

Krist yang merasa terpanggil pun langsung bangkit dan ingin menggendong Kei, akan tetapi tangan Singto langsung menepisnya dan meraih bayi itu ke dalam gendongannya terlebih dulu sebelum Krist bisa menyentuhnya.

"Tanganmu kotor, lihat dirimu dulu kau bisa menyebarkan penyakit jika dengan keadaan seperti itu menyentuh anak-anak."

Krist langsung memundurkan langkahnya, "Aku kan hanya khawatir. Lagipula kenapa kau memarahiku."

"Jika kau tidak bisa melakukan sesuatu lebih baik diam," Singto menunjuk apa yang Krist perbuat, "taman ini lebih berantakan dari sebelumnya."

"Aku hanya mencoba, kata Rieyu aku bisa menanam semua itu, jadi aku berpikir... Kenapa kau justru tertawa?"

Singto menggelengkan kepalanya, "Sejak kapan kau bisa menanam?"

"Lalu tanaman di sini siapa yang menanamnya?"

"Kau bahkan takut serangga jadi bagaimana mungkin bisa menanam."

"Jadi aku tidak bisa menanam?"

Gelengan pelan keluar dari Singto, sebelum mengembuskan napas beratnya, "Pergilah cuci tangan dan ganti pakaianmu."

"Tapi, aku...."

"Aku yang akan lakukan, cepat kau kotor."

Krist mencicit mendengarnya, sebelum menuruti apa yang Singto katakan, hanya saja sebelum ia benar-benar pergi, Krist menghentikan langkahnya karena merasa ada sesuatu hal aneh, setelah beberapa detik baru ia menyadari apa yang terjadi.

"Jaga anak kita dengan baik, ajak dia bicara jangan membuat Kei menangis. Aku pergi dulu."

Mendengar hal itu, Singto langsung menatap sosok mungil di dalam dekapannya. Kebetulan Kei tengah menatapnya dengan tersenyum manis, seolah ingin Ayahnya menyapa dan mengajaknya bermain, akan tetapi Singto hanya diam. Raut wajah anak itu berubah menjadi sedih beberapa saat kemudian, sebelum menangis.

"Kenapa menangis, heumm?"

Anak itu menatap Singto dengan berkaca-kaca, hingga tangan Singto terulur untuk mengusap pipinya untuk pertama kalinya. Kedua sudut bibir Kei membentuk lengkungan, tersenyum kembali ke arah Singto sembari menunjukkan giginya yang belum tumbuh dengan rata. Pria itu terdiam sejenak lalu tersenyum samar pada Kei.

The Shades Of Gray [ Peraya ]Where stories live. Discover now