•LIMA•

13 3 0
                                        

––––––––––

"Devi!" teriak seseorang yang baru saja tiba disampingnya

Karena kaget dia sempat menoleh, mencari siapa yang memanggilnya tadi " Eh Gio, ada apa?"

"Nggak papa. Cuma mau jalan bareng aja ke kelas, kan tetanggaan kelas kita."

"Yah kirain apaan."

"Selalu berangkat sendiri ke sekolah?" tanya Gio memecahkan keheningan

"Iya, kan bawa kendaraan sendiri. Soalnya papa dan mama sibuk, lagian nggak mau ngerepotin orang tua juga."

"Baik banget sih, sayang banget yah sama orang tua?"

"Yaiyalah, masa orang tua sendiri nggak di sayang."

"Siapa tau. Kan sekarang lagi banya tuh, yang memperbudak orang tua sendiri."

"Itusih parah banget, masa orang tua digituin."

"Parah banget emang. Untungnya kamu enggak yah."

"Eh? Kenapa?"

"Nggak nggak"

Dari parkiran sampai depan kelas, Gio setia menemaninya berjalan. Romantis banget yah Gio nya, jadi pen cipok dek.

Eh cuma sekedar jalan, kebetulan searah juga. Nggak ada yang istimewah sama sekali, jadi nggak usah baper. Baru gitu aja udah baper, Devi Devi.

Masuk di kelas Devi masih saja senyam-senyum sendiri, kayak orang sakit jiwa. Disaat jam pelajaran berlangsung juga dia masih senyam-senyum nggak jelas.

Kepikiran terus sama seorang Gio, emangnya apasih hebatnya Gio. Sampai-sampai seorang Devi yang nggak suka deket sama cowok, malah jadi gitu sekarang.

Pakai sihir kali yah Gio nya, kepincut deh neng Deviana Salshabilla. Atau memang benar Devi sudah mulai ada rasa kepada Gio, sejak Gio mengeluarkan motornya di parkiran sekolah.

Cinta bersemi di parkiran sekolah, diperankan oleh Deviana Salshabilla dan Gio Dewangga. Bagaimana kelanjutan cerita mereka?

Tetap baca cerita ini sampai habis, biar tau gimana entar endingnya. Huhuhu...

Malah iklan sinetron, okeh sekarang kita lanjut lagi ke ceritanya...

Bel istirahat sudah selesai, dan bergantian dengan bel masuk. Devi yang sudah balik dari kantin mba Ani, langsung masuk ke dalam kelas.

Masih tetap dengan ekspresi yang tadi, nggak capek emangnya dari tadi  senyam-senyum terus. Hati-hati kesemutan bibirnya, ntar malah bengkak lagi.

Devi dengan aktivitas belajarnya seperti biasa, memperhatikan guru menerangkan, mengerjakan tugas dengan sangat baik seperti hari-hari biasanya.

Apalagi sekarang pelajaran yang paling Devi suka, tentu saja pelajaran bahasa Inggris. Gimana nggak suka, secara mamanya kan jago bahasa Inggris jadi nurun ke anaknya.

Ini juga merupakan mata pelajaran terakhirnya, dan tak lama lagi semua pelajaran selesai dan waktunya balik ke habitat.

🐞🐞🐞

Habitat apa lagi kalau bukan rumah. Betul saja setelah pelajaran itu selesai Devi langsung tancap gas kembali ke rumahnya.

Dan seperti biasanya saat sudah sampai di rumah, langsung nyolong ke dapur lalu menyantap hidangan yang sudah ada diatas meja itu.

Malam malam Devi sendiri, tanpa cintanya lagi wouo ouou. Hanya sendirian tanpa kehadiran dirinya, dan hanya ditemani dua boneka monyet kesayangannya.

Sepasang boneka monyet yang didapatkan dari mantan pacarnya, yang sampai sekarang masih gimana gituh rasanya.

Setiap malam hanya bisa mengelus-ngelus dada. Kesepian, butuh perhatian, dan butuh pasangan.

Capek juga yah ternyata sendiri mulu, sekarang mungkin waktu yang tepat untuk kembali mencari pasangan.

Sabar Vi sabar, siapa tau Gio ada rasa juga sama lo. Harus tetap sabar, berusaha dan tidak lupa bertawakal. Itu saja pesan dari saia.

"Man Jadda WaJada" , barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan mendapatkannya.

Tepis semua pemikiran itu untuk sekarang, toh tidak ada yang tahu kehidupan kedepannya itu bagaimana.

Cukup jalani saja dulu, nanti tinggal tunggu hasilnya. Kembali lagi dengan Devi yang sedang berusaha bersabar, sambil mencoba membuktikan apakah benar dia punya rasa ke Gio atau tidak.

Sudah cukup angan-angannya dulu, sekarang waktunya untuk mengistirahatkan otak, dan tubuh untuk sejenak.

Merebahkan tubuhnya di kasur sambil menatap langit-langit kamar miliknya yang kosong melompong itu.

Masih belum bisa tidur, dia tidak kehabisan akal. Terus saja dia berusaha mencari cara lain agar dirinya itu dapat beristirahat dengan tenang dan damai di kamarnya.

Merasa belum bisa tertidur, Devi pun memutuskan untuk memainkan handphone miliknya dengan membaca beberapa cerita yang ada di wattpad.

Devi bukan hanya suka membaca wattpad, tetapi sempat beberapa kali dia mencoba membuat cerita hasil karyanya sendiri.

Tapi dia belum berani mempublish ceritanya itu, dia tidak sepercaya diri seperti yang kalian bayangkan.

Padahal sebenarnya dia mempunyai bakat dibidang tulis menulis, lagian beberapa cerita yang dibuatnya itu dengan hasil pemikiran sendiri.

Bersyukur diberikan akal yang banyak, jadi orang pintar itu sebenarnya tidak mudah, asalkan berusaha dan ada kemauan.

Devi juga pandai merangkai kata-kata indah, seperti sajak, puisi. Mungkin memang bakatnya sudah mutlak dibidang itu, tapi sayangnya dia terlalu pesimis jadi orang.

–––––––––––

Okeh udah dulu chapter kali ini yah, lagi nggak mood banget buat nulis😭😭

DeVianWhere stories live. Discover now