28

3.8K 359 9
                                    

"Aku ... aku bohong atas penyakitku. Kanker itu bo-bohong, itu semua rekayasa."

Kontan Revia berdiri dan memandang Banu tidak percaya.

"Kak, please ...."

Senyum itu perlahan terbit di bibir Revia. Senyum getir yang dengan cepat beralih menjadi sebuah kekehan. Revia tertawa, ia tertawa lepas. Bahkan orang-orang yang berada di sekitar mereka, memandang Revia aneh.

Banu tahu jika hal itu bukanlah hal yang baik. Ia meyakininya.

Revia bertahan dengan tawa yang tampak berbeda dari tawa pada umumnya. Matanya menyorot penuh kepiluan tepat dalam retina Banu.

"So you lied to me? That damn cancer it's a lie? How dare you ... how dare you." Walau bibirnya masih mengeluarkan kekehan, Revia mengatakan hal itu dengan tenang.

"Kak, aku bisa jelasin itu semua. I have a reason of that. I really have a lot of reason. Aku mohon, dengarkan hal itu lebih dulu. Tolong percaya." Banu mencoba untuk menarik pergelangan tangan kakaknya, tapi dengan cepat Revia mundur selangkah. "Kumohon, Kak, jangan seperti ini. Kakak tadi sudah berjanji."

"Kamu yang nangis-nangis, kamu yang terlihat lemah dan seperti orang yang tidak punya semangat hidup ... itu semua juga bohong?"

"Nggak! Aku bersumpah, Kak, hal itu bukanlah suatu kebohongan. Bukan rekayasa semata. Aku bersumpah demi Tuhan Kak."

"I am a person who hates lies the most. You know it well." Revia berujar lirih menyakitkan.

"Kak aku mohon, tolong jangan sepe—"

"Dan kamu juga tahu apa konsekuensinya jika Kakak dibohongi. Kau tahu itu Banu Hengkara Aritama." Kini, Revia tidak lagi tertawa. Tatapan matanya menghunus Banu tajam.

"Ya ... ya, Kak, aku tahu apa konsekuensinya, tapi aku gak bakal biarin hal itu terjadi, aku nggak bakal biarin Kakak pergi kayak dulu. Never!" sentak Banu semakin dilanda kepanikan yang dilandasi rasa takut.

"Begitukah? Dengan cara apa kamu melakukan itu?" tanya Revia retoris.

"Semua cara, semua cara akan aku lakukan. Aku mohon, Kak, ayo duduk. Akan kuceritakan semuanya. Apa alasan dibalik kebohonganku dan juga alasan dari kejadian beberapa tahun silam. Semuanya akan aku beritau asal Kakak tidak salah paham.  Aku bisa gila jika terus seperti ini dan aku bisa saja nekat melakukan hal yang sama seperti kak Revo."

"Jangan berharap lebih. Karena seperti dugaanmu, Kakak tidak akan berlama-lama di tempat ini, tapi tunggu, tadi apa kamu bilang? Menjelaskan kebohongan busukmu itu serta alasan dari kejadian di masa lalu? Jika kamu memiliki otak,  pakailah dengan benar. Dan apa tadi? Kamu bisa gila dan bisa saja menyusul Kak Revo? Well, it sounds good. Kakak akan pergi agar kamu benar-benar menyusul dia."

Amarah Revia benar-benar mengambil alih tubuhnya. Sungguh, ia kembali terluka.
Tangannya tergesa memasukkan ponsel dan kunci mobilnya ke dalam tas. Matanya mulai berkaca sedang napasnya tersendat. Demi Tuhan, ia kembali dibohongi setelah semua yang dia lakukan.

"Tidak! Kakak nggak boleh pergi ke mana-mana!" Banu menahan pergelangan tangan Revia, lebih tepatnya mencengkeram.

"Lepasin," ujar Revia dingin.

Miss Copywriter (✓)Where stories live. Discover now