BAB 1 (EVERYDAY IS BEST DAY)

835 87 18
                                    

 EVERYDAY IS BEST DAY

Layaknya kelas yang diisi oleh guru dan murid. Di ruangan kecil ini juga terjadi transfers ilmu. Mereka sedang mempelajari ilmu-ilmu agama yang akan membantu mereka masuk surga. Sama halnya siswa biasa, mereka menyimak, mencatat dan mengajukan pertanyaan. Seorang laki-laki dewasa duduk sebagai center. Ada 5 lelaki remaja mengelilingi laki-laki dewasa mereka semua duduk lesehan bersila.

"Subhanakallahhumma wa bihamdika asyhadu an-lailaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik." Lelaki dewasa yang disebut ustad itu baru saja menyelesaikan kajian rutin yang dia adakan setiap pekan sekali. Mereka berbincang santai usai majelis. Terlihat akrab namun masih kental dengan sopan santun antara guru dan murid.

"Ustad, kami ingin membuat jadwal dengan ustad," timpal salah satu dari lelaki remaja, dia mengambil buku catatan kecil dan mengutarakan apa yang ada dalam catatan tersebut.

"Masih dua pekan lagi. Gercep ya kalian cari pemateri." Sang ustad tersenyum ringan.

"Jadi bagaimana ustad? Bisa mengisi seminar kami? Ustad kan sering ngisi kajian mahasiswa, masih masuk dong kalau diminta ngisi siswa SMA," ujar yang lain.

"Harusnya kalian yang ngisi mereka. Kalian kan sudah mau lulus kuliah masa nggak bisa ngisi adik-adik SMA. Kapan kalian mau menyalurkan ilmu, selagi ada kesempatan coba Farisi terus gantian Aji, Hendra, Jufri, Angga."

Kelima laki-laki remaja menundukkan kepala sambil cengar-cengir. Tidak ada yang siap atas tugas berat itu, mereka masih bersembunyi pada kata pelajar, santri, pencari ilmu. Padahal siapapun berhak menyampaikan kebaikan. Menyampaikan satu ayat saja, itu sudah termasuk dakwah.

"Nanti kalau ilmu saya sudah sebanyak ustad, akan saya lakukan apapun. Hehe," Aji memandang gurunya dengan malu-malu.

"Dasar kalian. estafet dakwah ini, pasti akan jatuh juga pada kalian. jadi persiapkan diri mulai dari sekarang."

Mereka mengangguk mantap. Dengan komitmen mengikuti kajian Islam berarti berkomitmen juga untuk menyampaikan atau menebar ilmu kepada orang lain. Sebelum mengajak orang lain pastilah baikkan diri sendiri terlebih dahulu, setidaknya apa yang dikatakan harus selaras dengan perbuatan.

HP-nya berdering suara penyanyi Maher Zain terdengar begitu nyaring sebagai nada panggilan.

"Waalaikumussalam. OK, gue segera kesana!" jawabnya pada orang di dalam panggilan. Ustad muda ini langsung mengendarai motor gedenya untuk memenuhi panggilan tadi.

Dalam hitungan menit badannya berpindah dari tempat kajian menuju butik yang memamerkan sederet baju muslim. Segala jenis pakaian muslim ada di butik ini. ANA Butik, begitu orang menyebut tempat ini. Tempat yang cukup terkenal di kalangan muslim, muslimah yang mengaku sedang proses memperbaiki diri alias hijrah. Salah satu prosesnya adalah mengubah penampilan diri, mulai menggunakan pakaian yang diatur oleh Tuhannya.

Ia masuk menerobos panjang dan lebarnya butik. Naik ke lantai 2 dan memasuki ruangan bernama ruang bedah. Namanya saja ruang bedah isinya lebih ke ruang kerja, ada 2 set komputer lengkap dengan layar dan LCD. Di ruang inilah lahir desain terbaru sesuai dengan perkembangan zaman namun tetap berjalan pada aturan-Nya.

"Assalamualaikum! Apaan pentingnya?" cerocos lelaki ini usai mengucap salam.

"Waalaikumussalam. Ustad muda kita cepet juga datangnya! Ngebut, Tad? Nggak boleh kebut-kebutan Ustad mah, kudu ngasih contoh yang baik untuk anak-anaknya," ujar lelaki yang sejak tadi duduk di depan komputer. Ia sangat suka menggoda keponakannya.

"Gue nggak ngebut. Jaraknya deket gue tadi di Musollah kafenya mas Aris." Ia duduk di sofa dekat pintu.

"Ustad Riki, Sini buruan! Gue punya desain baru nih, inspirasi dari burung merak yang tadi gue tonton di youtube!"

PIJAR DALAM KELAM (DWILOGI CDA)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin