Bagian 4 : Bertahan.

Comincia dall'inizio
                                    

Tiba-tiba Bi Marni melihat jari-jari Ibu bergerak, langsung saja Bi Marni tersenyum dan memberitahukannya pada Ken.

"Den, jari-jari Nyonya bergerak Den," ucap Bi Marni dengan senangnya.

Ibunya mengerjapkan matanya perlahan-lahan, dan dengan sigap Ken menghampirinya.

"Bu.. akhirnya ibu sadar, Ken kangen banget sama Ibu.."

"Ken? Kenapa kamu di sini?Memangnya orang tua kamu ga marah?" ucap wanita itu begitu ia langsung sadar dan melihat Ken.

"Mama, Papa, sama Kak Andrew lagi pergi Bu, makanya Ken punya niatan mau kesini."

"Pulanglah Ken, nanti orang tuamu marah, mereka kan sangat kejam Ken, tidak punya perasaan." Tak di sangka-sangka ia malah menyuruh Ken pulang.

"Tapi bu, Ken mau disini liat keadaan ibu," elak Ken.

"Sudahlah Ken, nanti pasti kita bisa bertemu kalau tidak ada halangan. Sejujurnya, ibu juga sangat merindukan Ken. Ibu mau kau di sini terus temani ibu, tapi ibu gamau kau di marahi terus-menerus. Nanti pasti ada saatnya kau milik ibu seutuhnya. Ga akan ada yang berani mengganggu kau, kau sabar dulu yaa Ken," ucapnya dengan suara yang terdengar lemah.

"Tapi Ken ngga kuat bu di perlakukan seperti ini terus menerus, Ken ngga sanggup. Ken ini juga manusia biasa bu, bukan robot yang bisa di gunain sesuka hati." Ken langsung mengutarakan perasaannya.

"Ibu sangat mengerti perasaan Ken, ibu juga tidak tega melihat Ken di perlakukan seperti ini terus menerus. Tapi Ken harus yakin kalau ini semua ujian yang di berikan Tuhan, Tuhan ga akan memberi Ken ujian di luar batas kemampuan Ken. Itu artinya, Tuhan percaya kalau Ken mampu melakukan ujian yang di berikan Tuhan. Sabar Ken, ada saatnya ini semua menjadi kebahagiaan. Sekarang kau pulanglah, ibu gamau begitu kau pulang mereka sudah pulang duluan."

Perasaan Ken langsung senang mendengar penuturan darinya, itu sebabnya, Ken sangat mencintai sosok wanita di depannya ini. Dia lah satu-satunya harapan Ken untuk tetap bertahan.

"Baiklah bu, Ken akan pulang. Tapi berjanjilah pada Ken kalau ibu baik-baik saja disini." Akhirnya Ken mengikuti perintahnya.

"Ibu baik-baik saja disini Ken, tidak ada masalah apa-apa."

"Baiklah bu, Ken pulang ya. Ibu jaga diri baik-baik disini."

Ken beralih ke Bi Marni. Ia ingin menitipkan pesan untuk menjaga Ibunya dengan baik. "Bi, tolong jaga Ibu baik-baik ya, rawat dia dengan baik bi."

"Iya Den, saya pasti merawat dan menjaga Nyonya dengan baik Den."

"Baik bi, terimakasih."

Lalu Ken beralih lagi ke Ibunya untuk berpamitan pulang.

"Bu.. Ken pulang ya. Melihat Ibu sebentar saja Ken sudah sangat senang sekali. Assalamualaikum." Ken mencium keningnya dengan kasih sayang sebelum pulang.

"Waalaikumsalam, hati-hati Nak. Jaga dirimu baik-baik."

"Pasti Bu, demi Ibu." Lalu, Ken berjalan keluar rumah untuk pulang.

***

"KEN!!!" teriak Kintan begitu sampai dirumahnya, sudah tiga kali Kintan memanggil Ken tapi tidak ada tanda-tanda Ken muncul.

"Kemana dia? kok tumben gaada di rumah?!" tanya Kintan dengan marahnya.

Andrew yang baru saja datang dengan masih menggunakan seragam sekolahnya, tiba-tiba menuduh yang tidak-tidak.

"Paling lagi keluyuran tuh ma, mentang-mentang mama tadi lagi ga ada di rumah jadi dia punya niatan keluyuran deh," tuduh Andrew dengan seenaknya.

Dengan bodohnya, Kintan langsung mempercayainya.

"Bener juga kamu, bener-bener ya tuh anak! Padahal cucian di belakang numpuk dan kotor tapi dia malah seenaknya keluyuran! Awas aja kalo sampe nanti dia pulang mama maki-maki habis-habisan! Enak aja kerjaan rumah belum selesai malah seenaknya keluar-keluar!" Kintan sudah marah di ujung tanduk.

Saat Ken sudah di depan rumahnya, terlihat mobil mamanya terparkir, Ken sudah menebak pasti mamanya langsung memarahinya habis-habisan. Ken hanya bisa berharap semoga mamanya sedang tidur di kamarnya, jadi tidak melihat kehadirannya. Tapi begitu ia membuka pintu, dugaannya salah.

"Assalamualaikum."

Bukannya menjawab salamnya, dengan wajah marahnya, Kintan memarahinya di sofa ruang tamu. Dengan Andrew di sofa sebelah sedang memainkan game di ponselnya.

"Masih ingat rumah ternyata?" sembur Kintan.

"Hmm.. enak nih keluyurannya sampai ga inget kerjaan rumah," tambah Andrew dengan tuduhannya.

"Maaf ma, tadi Ken pergi beli perlengkapan tulis," ucap Ken dengan bohong karena takut jika ia mengaku pergi ke rumah ibunya, Kintan pasti akan memaki-makinya habis-habisan.

Kintan dan Andrew tahu pasti Ken berbohong. Karena dilihatnya Ken tidak membawa perlengkapan tulis yang dibeli.

"Udah berani bohong ya kamu?! Kalo mau boong ya pinter-pinter dikit lah. Mana coba barang yang di beli?! Gaada kan!"

"DARIMANA KAMU?! JAWAB JUJUR!"

"Ya pasti nongkrong-nongkrong lah, tadi gue liat ya lo sama gerombolan lo ngerokok-rokok," suudzon Andrew.

Amarah Ken memuncak karena tidak terima di tuduh seenaknya.

"Ma, Ken abis pergi ke rumah ibu bukan nongkrong-nongkrong!" tegas Ken.

"Bener-bener ya kamu udah berani ketemu sama Ibu yang udah tua itu! Udah lah saya malas berdebat sama kamu, sekarang kamu pergi ke belakang liat tuh cucian numpuk. Saya ga mau tau pokoknya kerjaan rumah harus beres hari ini. Dan sebagai hukumannya kamu ga boleh makan hari ini!" ucap Kintan dengan kejamnya, dan langsung beranjak pergi ke kamarnya.

"Hahaha, sukurin lo!" ledek Andrew sambil melemparkan kacang pilus ke arah wajah Ken.

Ya, Ken hanya bisa pasrah menerima ini semua karena ia mengingat akan ucapan Ibu tersayangnya. Dan Ken pasti kuat menghadapi ini semua. Pikir Ken.

Semangat Ken! batin Ken ke dirinya sendiri.

***

Sejauh ini gimana ceritanya? Hehe semoga suka yaa!❤

Vote and Commentnya jangan lupa!

Next?

Devil PsychoDove le storie prendono vita. Scoprilo ora