2 - Diktator

2.1K 315 58
                                    

Gian berhasil kabur dari Adhisti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gian berhasil kabur dari Adhisti.

Setelah bermain kucing-kucingan dengan cewek yang baru dikenalnya kemarin itu, Gian tersenyum dengan lega penuh kemenangan dan segera berlari menjauhi kelasnya.

Kemarin saat rapat, Gian sudah bertekad untuk kabur dari Adhisti. Gian bahkan tidak begitu memperdulikan apa yang ketua pelaksana katakan di depan sana. Begitu rapat selesai pun, Gian langsung melengos pergi tanpa berniat untuk berbicara lagi kepada Adhisti yang sudah memaksanya.

Cewek itu—si Adhisti benar-benar seperti diktator yang suka menindas. Begitu pulang ke kost, Gian langsung mengeluh kepada anak-anak Antares.

Ngomong-ngomong soal anak Antares, Gian segera menyusul abang-abangnya itu ke kantin teknik. Tadi Leo, gitaris Antares itu memberi tahu bahwa mereka sedang makan siang di sana.

Tidak sulit bagi Gian untuk segera menemukan anak-anak Antares di tengah keramaian. Soalnya, Leo yang tinggi terlihat lebih mencolok lagi karena suka membawa tas gitarnya di punggung. Terkadang meja makan mereka sampai penuh begini.

"Gi, udah dateng lo," ujar Leo yang pertama kali menyadari kedatangan Gian.

Gian hanya mengangguk lalu meletakkan tasnya di kursi yang kosong dan pergi untuk memesan makanannya. Setelah itu, ia mengambil sebotol teh sosro dari dalam kulkas dan meneguknya hingga tersisa setengah. Netranya melirik ke sekeliling dan terlihat cemas.

"Gi, kenapa sih lo? Kayak dikejar setan." komentar Brian yang paling terlihat heran.

"Emang dikejar setan," balas Gian lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi.

"Ini soal acara ulang tahun TI ya?" tanya Ayi.

"Iya. Yang gue dipaksa buat gabung jadi panitia." jawab Gian. "Anaknya ngotot banget. Gue baru keluar kelas aja, dia udah jalan ke kelas gue sambil celingak celinguk. Serem."

"Yang mana sih orangnya?" tanya Ayi lagi. Walaupun dia tetap tidak akan tahu jika Gian menyebutkan namanya.

"Adhisa apa—siapa gitu, ah nggak tahu." balas Gian.

"Sekali-kali gapapa kali, Gi, ikutan acara kayak gitu. Biar produktif." sahut Ayi, membuat keempat rekan band nya itu memandanginya dengan kompak.

"Yi," panggil Leo yang sedari tadi sibuk menghabiskan mie rebusnya. "Ngaca."

Ayi tersenyum tipis lalu kembali melanjutkan makan siangnya. Saat itu pula, makanan yang Gian pesan datang. Gian sudah sangat kelaparan karena tadi pagi pun ia tidak sempat sarapan. Tanpa menunggu lagi, ia segera menyantap makan siangnya.

"Pelan-pelan, Gi. Takut amat lo sama si Adhisa Adhisa itu," kata Wira.

"Tahu nih. Awas sakit perut." Brian ikut menimpali.

Gian tidak merespon dan tetap saja melahap makan siangnya. Sementara itu, Leo yang sudah selesai makan sibuk membahas tentang jadwal manggung Antares. Gian sekali-kali menganggukkan kepala dengan paham setelah mendengarkan perkataan Leo.

Soundtrack : SomehowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang