Raut kelegaan di wajah Alex langsung berubah 180 derajat. Seharusnya ia senang karena berhasil bertemu dengan gadis yang ia cari. Tapi semua itu lenyap begitu ia melihat kondisi wajah Rosa yang penuh lebam. Hatinya seketika terasa panas seperti terbakar api.

**

Keduanya terduduk diam di dalam mobil Alex yang terparkir di sisi jalan. Alex mencengkeram erat kemudi hingga tangannya yang berurat semakin menampakkan guratan-guratan panjang yang menonjol. Raut wajahnya menunjukkan seseorang yang sedang memendam amarah. Sementara Rosa disampingnya hanya bisa mematung sambil meremas roknya kuat karena takut.

Alex melirik Rosa sesaat, tanpa menunggu lebih lama ia mulai menyalakan mesin mobil, menginjak pedal gas dan memutar kemudi untuk kembali melaju.

"Kita mau kemana, om?" Tanya Rosa antara takut dan gelisah. Ia cukup ngeri melihat Alex yang sedari tadi membisu dengan wajah seram. Apalagi sekarang pria itu menyetir dengan kecepatan tinggi.

Alex masih bungkam tak menjawab. Ia hanya sibuk mengemudi dan fokus pada jalanan di depan.

"Om..." Rosa terus meminta jawaban.

"Om... Rosa harus pulang, nanti tante lastri nyariin" suara gadis itu makin terdengar putus asa.

"Mana kantor polisi yang paling dekat sini?" Akhirnya lelaki itu merespon namun bukan dengan hal yang diinginkan Rosa.

"Om ngapain mau ke kantor polisi?" Tanya Rosa dengan suara gemetar. Ia mulai khawatir Alex mempunyai rencana yang aneh-aneh.

"Om-"

Tanpa Rosa beritahupun, Alex sudah bisa menebak siapa yang membuat gadis itu penuh luka.

"Kamu masih mau lanjutin hidup atau kamu memang udah menyerah?" Alex justru menyindir Rosa.

"Maksud om apa?"

"Semakin kamu ngebiarin hal seperti ini, semakin bajingan-bajingan itu bisa berbuat seenaknya" kini Alex sudah tak peduli ia mulai bicara kasar pada Rosa. 

"Rosa udah bilang ini bukan karena mereka... Rosa habis jatuh-"

"Kamu pikir saya percaya omong kosong kamu?!" Alex justru membentak Rosa disampingnya. Ia terlanjur emosi pada Rosa yang keras kepala. Padahal ia hanya memedulikan keselamatan gadis itu.

"Om... berhenti om... berhentiin mobilnya" Rosa merengek. Ia ingin mencegah niat nekat Alex.

Tanpa mengindahkan permintaan Rosa, Alex terus melajukan Rover yang ia kendarai.

"Om dengerin Rosa dulu, berhenti dulu om. stop!"

"Om Alex!" Rosa memohon dan mulai berani meraih lengan Alex untuk mendapat perhatian lelaki itu. Alex hanya melirik Rosa sekilas dengan terus menginjak pedal gas.

"Berhenti om. Biar Rosa jelasin. tolong jangan kayak gini" Rosa terus mengguncang lengan Alex. Alex tak bergeming. Namun saat guncangan itu makin kuat dan Rosa terus mendesak, ia akhirnya menepikan mobil dengan decitan keras di sisi jalan lapang.

"Terus mau kamu apa hm? Balik ke rumah om tante sialan-mu itu?! Kalau kamu gak berani lawan mereka... fine! Kita lihat bakal jadi apa kamu nanti" Alex memandang tajam Rosa yang tengah gemetar di kursi penumpang.

"Ttapi bukan dengan cara ke kantor polisi om. dengerin Rosa dulu..."

Gadis itu mengambil nafas sesaat kemudian melanjutkan.

"Kalau om laporin tante dan om Rosa ke polisi, terus gimana nasib sepupu Rosa? Gimana nasib Rosa? Anak om dan tante Rosa itu masih kecil-kecil om. Kita semua masih sekolah. Siapa yang bakal ngurus mereka?"

MARITAREWhere stories live. Discover now