- DUA BELAS -

22 5 2
                                    

Pagi-pagi buta Athenna sudah bangun dan mulai berkutat di dapur. Tak banyak yang bisa ia lakukan selain membuat roti bakar dan tiga gelas cokelat panas. Kebiasaannya untuk tidak makan nasi di pagi hari membuatnya tidak perlu kerepotan di dapur sendirian. Apalagi semua bahan yang sekiranya diperlukan sudah tersedia dengan lengkap dan rapi.

Sebenarnya untuk membuat roti bakar dan tiga gelas susu hanya membutuhkan waktu yang tidak lebih dari pkma belas menit. Hal ini membuat gadis berambut ikal itu menyesal. Seharusnya ia bisa bersantai lebih lama di atas kasur. Sayang sekali Athenna bukan tipe orang yang mudah tidur dalam sekejap. Namun jangan salah, sekalinya tidur saja sudah selayaknya beruang hibernasi. Jangan gunakan cubitan, teriakan saja tidak mampu membangunkannya.

Sudah genap seminggu Mikel pergi ke Jepang untuk pertukaran pelajar. Hal positif yang tidak seharusnya membuat kepalanya terus memikirkan Mikel. Harusnya Athenna senang, atau bahkan mendukung. Tapi tidak, hatinya berkata lain. Ada perasaan takut kehilangan saat Mikel datang dan memberitahu. Bisa saja...

"Hoy, bocil! Ngelamun aja lo. AC-nya kurang dingin?" sapa Alanna dari depan pintu kamar. Rambutnya yang acak-acakan tidak memberikan kesan buruk buatnya.

"A-ah. Gimana?" jawab Athenna terbata-bata. Alanna hanya geleng-geleng kepala melihat ketidakfokusan Athenna. Dirinya melangkah maju dan menutup kulkas yang ada di belakang sahabatnya.

"Ini, Na. Lo tuh ngelamunin apa? Mikel?"

"Eng-enggak. Sok tau lo," jawab Athenna menghindari topik.

Athenna duduk di sofa dengan membawa gelas coklat panasnya. Alanna meraih gelas di meja makan dan duduk di sebelah Athenna. Televisi yang sedang menampilkan kartun lucu itu dibalas air mata oleh Athenna. Dahi Alanna mengerut bingubg. Saat melihat Aletta keluar kamar, Alanna memberi isyarat untuk tidak berisik. Aletta yang mengerti situasi memilih untuk tidak mengganggu. Namun sifat tegasnya memaksanya untuk mendekati Athenna.

"Lo sinting apa gimana, Na? Kelamaan jomblo jadi gini ya lo. Ya ampun, itu Spongebob lagi ngebego, bukannya lagi kena azab masuk kuburan," ucap Aletta tiba-tiba. Athenna membenarkan posisi duduknya dan menoleh kebelakang. Sekali deheman membantunya menetralisir suasana.

"Lo tuh galak banget sih, Let. Ini Athenna sedih bukannya dihibur, malah dikatain. Emang gak punya hati ya lo," sahut Alanna tidak terima.

"Kalian tuh apa-apaan sih? Gue yang ada masalah, malah kalian yang ribut. Pusing gue dengernya. Udah lah, kita makan dulu," jawab Athenna menengahi. Saat kakinya baru beranjak, kedua lengannya dicekal oleh sahabat kembarnya. Athenna mengamati satu persatu hingga tangannya dihempaskan.

Athenna bersedekap dada dan mulai jengah. "Ok gue paham. Kita makan dulu dan nanti gue bakal ceritain semuanya. Deal?"

"Ok, deal," jawab keduanya bersamaan.

Acara sarapan pagi yang berjalan dengan suasana hening membuat Aletta tidak tahan lagi. Jiwa bar-bar dalam dirinya sudah meronta dari dalam hati.

Bruak!

"Astaga gue kaget!"

"Oh God!"

"Kaget? Kalian kaget?" tanya Aletta sambil mengamati satu per satu wajah kembaran dan sahabatnya.

"Ya lo pikir aja sendiri," sahut Athenna sambil melanjutkan sarapannya.

Mendapat jawaban cuek dari Athenna, Aletta berusaha mendapat pembelaan dari kembarannya. Baru membuka mulut, Alanna sudah membuka suara terlebih dahulu. "Jangan bilang apapun. Kita lagi sarapan dan gak seharusnya lo ngerecokin suasana. Diem dulu, makan, bisa nanti ngocehnya. Ok?"

Aletta sudah pasrah. Sedari tadi jarinya mengetuk-ngetuk ringan meja makan. Rasa bosannya sudah tidak dapat ditahan. Dan akhirnya, yang ditunggu-tunggu, Athenna dan Alanna sudah selesai sarapan.

WHY ME?حيث تعيش القصص. اكتشف الآن