- ENAM - ✓

25 7 1
                                    

Pagi-pagi sekali Athenna sudah siap di depan kaca. Sekian kali berganti baju dan tidak ada satupun yang cocok menurutnya. Kamar yang tadinya teratur, kini sudah hancur bak kapal pecah. Akhir pekan ini Athenna berencana untuk mengajak Mikel nonton. Athenna sangat suka menonton film, apalagi sekarang sedang ada film bagus yang sangat ingin ia tonton. Dan tentunya tidak sendirian, hatinya memilih untuk mengajak Mikel.

Dan tujuannya sudah final. Dengan balutan dress tosca dengan motif garis-garis hitam, dipadukan dengan flat shoes dan tas berwarna senada Athenna menuju meja makan. Akhir pekan biasanya ramai dengan aksi mamanya yang kerap kali berteriak akibat ulah papanya.

Dan benar saja. Kini mamanya sedang menunjuk-nunjuk papanya dengan spatula dengan ekspresi marah. Bukannya terkejut, Athenna semakin giat mengusili orangtuanya. Athenna menghampiri kedua orangtuanya dan berdiri ditengah mereka. Melisa dan Steven yang bingung itu hanya dapat diam dan menunggu aksi anak semata wayangnya.

"Ma, kok mama gitu sama papa sih?" tanya Athenna menghadap Melisa dengan ekspresi kecewa yang sedikit dibuat-buat.

Kini giliran Steven yang ditatap Athenna. "Pa, kok papa digituin sama mama sih?"

"Na, kamu ini ngebelain siapa sih sebenernya?" tanya Steven dan Melisa dengan kompak sambil berkacak pinggang.

Kini Athenna bersedekap dada. "Hemm... Kalau soal ngebelain mama atau papa, itu tergantung sih Nana dikasih imbalan apa. Tapi tunggu deh, kali ini masalah apa?"

"Ini papa kamu ngerecokin mama masak dari tadi," kata Melisa mengadu.

"Enggak kok, jangan percaya sama mama kamu. Papa cuma ngeliatin kok dari tadi, udah gitu posisinya jauh," sahut Steven tak mau kalah.

"Jauh sih iya, tap-" ucap Melisa terpotong, "eh kamu udah rapi begini mau kemana? Mau pergi sama pangeran tetangga sebelah ya? Ciee...." tanya Melisa menggoda sambil menoel pipi anaknya.

Tiba-tiba pipi Athenna memerah malu. "Apa sih mama ini. Athenna cuma mau-"

"Mau nongkrong berduaan di cafe?" tanya Steven memotong.

"Tau ah, Nana males kalau udah di giniin. Udah ya, Nana mau makan dulu. Dan jangan lupa kasih imbalan kalau mau dibela sama Nana."

"Nana!" teriak Melisa dan Steven bersamaan. Athenna terkikik geli melihat tingkah orangtuanya itu. Umur boleh banyak kepala, tapi semangatnya anak muda.

Pagi ini Athenna makan sendirian dengan iringan teriakan dari Melisa dan Steven. Sudah lima belas menit tapi suara Melisa dan Steven masih bersahut-sahutan meramaikan seisi rumah. Athenna sudah sarapan, berdandan, dan menyiapkan nyali. Kakinya melangkah meninggalkan ruangan. Saat di pintu utama dirinya ingat kalau belum pamit.

"Ma! Pa! Athenna berangkat!"

"Ya! Semangat nge-date-nya ya!" balas Melisa dan Steven bersamaan.

– – –

Jari lentik milik Athenna memencet bel kediaman Mikel. Samar-samar terdengar suara perempuan menyambut dari dalam. Sudah dapat dikenali bahwa itu adalah suara milik Tara—ibunya Mikel. Dalam waktu satu menit pintu utama sudah terbuka. Di situ nampak Tara berdiri dengan senyum merekah.

"Selamat pagi, Tante Tara," sapa Athenna sambil menyalami Tara dengan hormat.

Tara membukakan pintu lebar-lebar. "Masuk dulu, Thenna. Duduk di ruang tengah aja. Mau minum apa?" Sudah menjadi kebiasaan bagi Tara untuk memanggil Athenna dengan sebutan 'Thenna', karena menurutnya Athenna lebih cocok dipanggil 'Thenna' daripada 'Nana'.

"Gak usah, Tante. Thenna ke sini cuma mau cari Mikel. Mikelnya ada?"

"Ah kamu kayak gak tahu Mikel aja. Hari libur di jam segini ya jelas masih tidur. Kalau kamu mau, kamu bisa naik terus bangunin Mikel sendiri."

"Ya udah, Thenna yang bangunin aja. Thenna permisi ya, Tante."

Athenna berjalan menuju kamar Mikel berada. Tepat di depan pintu cokelat bertuliskan 'KEDIAMAN MIKEL GANTENG' Athenna berdiri. Tangannya memegang gagang pintu dan mulai melangkah masuk. Ruangan bercat kuning itu tertata rapi, lengkap dengan berbagai jenis gitar. Seluruh properti rapi di posisinya dengan susunan yang menarik. 

Betapa terkejutnya Athenna ketika menyadari Mikel sudah bangun dengan posisi duduk menghadap ke arahnya. Mikel tersenyum jahil di tempatnya dengan pandangan mata yang sulit diartikan. Beruntung Athenna pandai dalam mengatur ekspresinya, lantas wajah terkejutnya sudah tertutupi oleh sisi yang tenang seolah tidak terjadi apa-apa.

"Ngapain lo di kamar gue?"

"Gue mau ngajakin lo jalan-jalan sih. Tapi kata Tante Tara lo masih molor, jadinya gue harus turun tangan deh buat bangunin lo. Tapi berhubung lo udah bangun, buruan mandi sana. Kita jalan-jalan."

"Lo tuh mau bangunin gue atau mau mandangin isi kamar gue sih? Pengen belajar gitar lo?"

"Ah percuma, ujung-ujungnya juga gue diejekin terus sama lo. Yang katanya gitarnya kegedean lah, tangan gue kuntet lah, otak gue lemot lah. Udah deh jangan bikin kesel, mending lo mandi."

"Boleh aja sih lo nyuruh-nyuruh. Tapi ada syaratnya dan gue gak mau ada penolakan."

"Ya sama aja dong lo maksa gue."

"Ya udah sih kalau gak mau. Gue tinggal tidur lagi," goda Mikel sambil menarik kembali selimutnya.

Athenna menarik paksa selimut bermotif Mickey Mouse itu. "Buruan, syaratnya apaan?"

"Lo beresin kasur gue. Gimana, gak susah kan?"

Athenna memutar bola matanya jengah. "Ya udah, sana lo mandi. Jangan lama-lama ya, gue gak suka nunggu."

"Iya, Nana sayang," kata Mikel mencolek dagu Athenna. Meskipun maksud Mikel adalah bercanda, tapi bagi Athenna itu adalah hal yang sangat menegangkan.

Dengan telaten Athenna merapikan sprei, membenarkan posisi bantal guling, dan melipat selimut. Yang tadinya seperti kapal pecah, kini sudah rapi dan teratur. Saat hendak duduk di kasur, Athenna merasa ada sesuatu di bawah kasur Mikel. Athenna menunduk dan ingin melihat ada apa di bawah sana. Matanya menangkap ada sebuah kotak berukuran sedang tepat di depan matanya. Saat hendak meraih, satu suara mengagetkan Athenna.

"Na, lo dimana?"

Duk!!

"Aduh kepala gue," keluh Athenna sambil menggosok kepalanya.

Mikel terlihat menahan tawa di posisinya. "Lo ngapain sih kok di bawah?"

"Gue ngeliat ada kotak. Karena gue penasaran, ya gue mau ambil."

"Lo gak boleh sekali-sekali pegang kotak itu. Eh tapi kepala lo masih sakit?" tanya Mikel sambil berjalan menghampiri Athenna.

"Sakit sih, tapi gak papa kok."

Mikel menggosok kepala Athenna dengan lembut. Meski dirinya ingin menertawakan Athenna, tetapi rasa khawatirnya masih tidak dapat dikendalikan. Hanya dengan terbentur seperti itu saja Mikel sudah kalang kabut di dalam hatinya. 

Pandangan mata Athenna naik menatap wajah Mikel yang berjarak dua puluh senti dari wajahnya. Hembusan nafas Mikel terasa menerpa wajahnya. Tanpa sadar Mikel menatap balik manik mata Athenna. Keduanya saling menatap dalam diam. 

Jarak yang sedekat ini membuat jantung Athenna kembali berdegup kencang. Athenna hanya mampu berharap semoga Mikel tidak mendengar detak jantungnya itu. Tanpa Athenna ketahui, Mikel juga merasakan apa yang dirinya rasakan. 

Tiba-tiba suara Tara memecahkan keheningan di antara Mikel dan Athenna.

"Thenna, Mikel udah bangun apa bel-" ucap Tara menggantung di udara.

– – –

MAAFKAN SEGALA TYPO YANG ADA.

SEKILAS INFO, INI BAGIAN DARI KISAH NYATA YANG DILAPISI DENGAN KULIT REKAYASA.

ENJOY AND GOD BLESS YOU!

WHY ME?Where stories live. Discover now