davāz-dah

75 26 9
                                    

Cek part sebelum-sebelumnya, ya. Barang kali lupa sama ceritanya.
Jangan lupa vomment kalau kalian suka~


...

Sudah lewat empat hari sejak insiden kecupan itu. Argh! Sepertinya jangan diingatkan lagi, karena Changbin akan pusing lagi. Apa salahnya dengan kecupan? Itu bahkan baru keningnya, tapi kenapa Changbin selemah ini. Bagaimana nanti jika yang ia kecup– ah sudahlah.

"Mas, ini jadinya kakak harus sisihin kebaya buat Acha atau ngga?"

Kepala kak Ganis yang muncul dari balik pintu kamar menginterupsi kepala berisiknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Kepala kak Ganis yang muncul dari balik pintu kamar menginterupsi kepala berisiknya. Perempuan itu kemudian masuk dan duduk di tepi kasur, menatap heran kepada sang adik yang terbujur lesu dengan lengan menutupi wajahnya.

Ah, benar. Kakaknya akan menikah bulan depan. Sosok lelaki yang meminangnya berbadan tegap dan memiliki wajah yang tegas. Berbanding terbalik dengan dirinya yang berwajah imut dan tinggi yang standar. Bahkan lelaki itu sangat Changbin kagumi karena berani melamar kakaknya selepas kakak tersayangnya meraih gelar S2 minggu lalu, di hadapan dirinya juga sang Ayah dan Bunda di kediaman mereka.

Pokoknya, Ia juga harus melamar Acha dengan cara yang keren nanti.

Motivasi yang tiba-tiba melintas itu menyadarkannya dan membuat ia bangkit untuk duduk menghadap si Kakak.

"Nanti Mas bawa kak Achanya ke rumah aja, Kak. Biar dia bisa cobain langsung mana yang pas"

"Kamu sama Acha tuh sebenernya apa sih, Mas?"

"Apa?" kalau ditanya begini, Changbin jadi lesu lagi. Huft.

"Ya, apa? Kakak kelas, temen main, atau sahabat? Gak mungkin, kan?"

"Kakak gak usah nanya aneh-aneh, deh. Yang penting nanti Mas di pelaminannya sama Kak Acha"

"Mas tau gak. Kakak tuh awalnya gak setuju kalau Mas sama Acha. Kakak kira kita seumuran, soalnya Mas gak jawab waktu kakak tanya. Syukur banget waktu ternyata enggak. Tapi, pas denger cerita mas setiap habis jalan sama Acha, mata Mas selalu penuh bintang. Kakak ikutan seneng. Emang ya, Mas paling gak bisa nyembunyiin perasaan sama kakak dari dulu. Gak berubah dari kecil"

Ganis yang menatap lekat ke arahnya, membuat Changbin mewanti-wanti.

"Mas, kamu tuh gak boleh main-main sama perasaan perempuan. Pilihannya cuma dua. Kalau gak dilepas, ya harus Mas dekap erat-erat. Mas coba bayangin kalau kakak yang ada di posisi Acha," Changbin menggeleng tak setuju. Ganis berhasil menyentil sedikit hati Changbin. Keluarga besar Zahir sudah sangat paham seberapa besarnya rasa sayang antara Ganis dan Gian ini.

"Kakak bulan depan udah nikah, Mas. Udah keluar dari rumah ini dan ikut sama suami kakak. Kakak berharap Acha bisa gantiin posisi Kakak yang selalu ada untuk Mas, dan Mas selalu ada untuk Acha juga. Jakarta sama Bandung lumayan jauh, loh, mas. Mas harus mulai terbiasa jauh sama Kakak. Kita bakalan jarang ketemu. Sini peluk dulu–"

TIÁMWhere stories live. Discover now