~Takdir~

40 12 7
                                        

Jam dinding baru menunjukan pukul delapan malam. Namun, dingin yang merasuk berhasil membuatku semakin merapatkan sweater yang aku gunakan. Aku masih setia duduk di balkon rumahku dan memandang langit tanpa bintang. Dengan ditemanin secangkir coklat panas yang aromanya sangat menenangkan. Seharusnya aku kembali kekamar dan merebahkan diri mengundang kantuk dan berakhir dengan mimpi indah. Namun ada satu hal yang hingga kini masih menggangguku.

Aku benar-benar tidak tahu apakah aku harus senang dengan pembicaraan tak terduga tersebut atau malah mengumpat. Setelah empat tahun aku berharap dia bisa bicara padaku dan akhirnya takdir membantu diriku untuk mewujudkan itu, akan tetapi aku tidak dapat berkata apapun dihadapannya. Sungguh aku merasa bodoh karena respon tubuhku sore tadi. Tapi ya sudahlah.               
                                                                                         
"Dara kenapa kamu masih di luar sayang?” Itu adalah suara mamahku perempuan tercantik yang sangat aku sayangi. “Oh Dara masih betah menikmati langit mendung malam ini mah".

“Kamu mau bantuin mamah engga sayang?” Tanya mamahku dengan lembut. Dan kujawab dengan anggukan.“Ini mamah habis membuat kue, dan mamah ingin memberikannya kepada tante Dini. Kamu mau bantu mamah untuk mengantarkannya?” Tanya mamahku lagi.
“Iya mah aku mau". Jawabku.

Aku pun keluar dari kamar dan mengambil kotak kue yang telah disiapkan mamah untuk tante Dini. Tante Dini adalah tetangga depan rumah ku yang tinggal seorang diri. Dia orang yang baik dan akupun cukup dekat dengannya. Bahkan tante Dini pernah bertanya padaku apakah dia boleh menganggap diriku sebagai anak? Akupun mengizinkannya dan begitupun sebaliknya aku menganggapnya sebagai ibu keduaku.

Selain itu ternyata mama ku dan tante Dini merupakan teman sedari kecil sampai sekolah menengah atas, akan tetapi karena harus melanjutkan kuliah akhirnya mereka pun berpisah dan kehilangan kontak. Sampai saat aku kelas satu SMP, ada tetangga baru yang menempati rumah kosong didepan rumahku, dan ternyata itu adalah tante Dini sahabat mamaku.

Mamaku sampai menginap beberapa hari dirumah tante Dini karena saking kangennya dan  itu merupakan pertemuan pertama mereka semenjak pisah. Karena itulah aku pun jadi sangat dekat dengan tante Dini. Tapi tante Dini ternyata tinggal seorang diri saja. Saat itu aku tidak tahu apakah tante Dini sudah menikah atau pun belum.

Dia pernah menceritakan padaku mengapa dia tinggal seorang diri. Dia memilik satu orang putri dan satu orang putra, akan tetapi empat tahun yang lalu dia kehilangan seorang putrinya yang sangat ia cintai dan setelah itu ia memutuskan untuk bercerai dari suaminya. Setelah perceraian itu hak asuh atas anak lelakinya itu jatuh kepada suaminya dan mantan suaminya melarang dia untuk menemui putranya bahkan hanya untuk sekedar melihatnya.

Aku pun merasa sedih dengan kondisinya itu, maka dari itu aku menyayanginya seperti ibuku sendiri. Setelah aku mengetahui itu, aku tidak pernah lagi bertanya hal-hal yang akan membuat dirinya sedih dan berusaha untuk membuatnya selalu tersenyum. Mama pun pernah berpesan padaku, jangan menanyakan tentang dimana keluarga tante Dini sekarang karena itu akan membuatnya sedih. Mungkin saat mama menginap dirumah tante Dini untuk pertama kalinya tante Dini menceritakan semuanya kepada mamaku.

Kini aku berada didepan rumahnya dengan sekotak kue yang dibuat oleh mamaku. Aku melihat pintunya terbuka dan mendengar suara orang yang sedang bersendau gurau. Karena memang aku sangat dekat dengannya jadi tanpa permisi akupun langsung masuk dan menemuinya sedang bercanda dengan sesosok laki-laki yang posisi duduknya membelakangi ku.

“Selamat malam tante maaf mengganggu ini Dara disuruh mama mengantarkan kue untuk tante". Ucapku.“Aduh terima kasih sayang, maaf lho malam-malam merepotkan kamu untuk mengantarkan kue ini". Tante Dini bangun dari duduknya dan menghampiriku.

RASAWhere stories live. Discover now