~Prolog~

55 13 9
                                        

Awan tidak berwarna putih melainkan berubah menjadi awan hitam yang berkumpul diatas sana. Sesekali suara gemuruh disertai kilatan api terdengar ditelinga. Semua orang pasti tahu kalau langit akan segera menumpahkan bebannya kepada bumi. Hawa dingin pun sudah mulai dirasakan setiap penduduk bumi. Cuaca yang mulai tidak menentu mengharuskan orang-orang membawa sweater dan payung tentunya.

Rintik-rintik hujan mulai berjatuhan kebumi, orang-orang yang hanya membawa kendaraan sepeda bermotor akan memilih meneduh terlebih dahulu, entah untuk memakai jas hujan atau memang ingin berhenti terlebih dahulu. Sedangkan mobil-mobil itu terus melaju tanpa terganggu dengan datangnya hujan.

Ini adalah hujan diminggu ketiga bulan november. Aku dijebak oleh hujan ditempat perhentian bus. Ramai orang-orang menunggu reda disana. Disekitar tempat ku berdiri, ataupun dikursi panjang dibelakangku. Hari sudah makin gelap ditambah awan hitam yang berkumpul diatas sana. Aku harus mencoba melawan hujan agar tidak kemalaman sampai rumah. Hingga ketika melintasi kafe disebrang halte itu kebiasaanku lagi-lagi terjadi, melihat secara random keadaan sekitar. Tanpa sengaja aku melihat seseorang dimeja itu, menunggu hujan reda sepertiku mungkin. Tapi seketika itu juga langkahku terhenti.

Tidak ada yang tahu mengapa itu bisa terjadi. Seorang ilmuaan saja pasti tak akan mampu menjelaskan bagaimana kecepatan implus kakiku bisa berhenti begitu saja hanya karena sebuah hal sederhana, Melihat dia.

Sepintas berlebihankah?

Lagi-lagi tidak ada yang tahu. Aku sendiri berpikir bagaimana mungkin dia seorang diri bisa menghentikanku. Sebuah hal sederhana yang kemudian membuatku rumit. Hanya dengan melihatnya, pandanganku tidak ingin teralihkan. Walaupun hujan deras setia mengguyurku.
Mengapa sulit kualihkan pandanganku kembali? Wajah itu, ya wajah itu terekam jelas dipikiranku. Karena wajah itulah yang bisa menenangkan kegelisahanku dari hebatnya tangisan langit hari ini. Ada perasaan berbeda setiap kali aku melihatnya. Hanya saja itu rumit, karena aku hanya bisa mengenalnya tanpa berani mendekatinya.

Dia adalah Arsa Armanda Fidel, pria yang mampu menarik perhatianku hampir empat tahun belakangan ini. Yang membuat jantungku berdebar lebih kencang saat aku melihat wajahnya, bahkan untuk pertama kalinya. Cinta monyet si kata kebanyak orang. Dia berhasil membuatku terpesona saat hari pertama masa orientasi disekolah menengah pertama. Jatuh cinta entah karena apa, aku pernah berpikir apakah ini cinta atau hanya rasa suka yang akan berlalu seiring berjalannya waktu. Akan tetapi ketika aku melihat matanya, menikmati senyumnya, menyukai suaranya dan tidak bisa berhenti memikirkannya ketika itulah aku menafsirkan itu cinta.

Tanpa bisa kucegah perasaanku padanya semakin mengalir tanpa ada balasan. Bagaimana perasaan ini dapat terbalas, empat tahun belakangan ini aku hanya mengagumi dari jauh tanpa berani mendekatinya. Padahal takdir selalu mendekatkan keberadaanku dengannya.
Semenjak masa orientasi itu aku selalu ditakdirkan untuk menjadi teman sekelasnya, akan tetapi tidak ditakdirkan untuk dekat dengannya. Tapi aku bahagia dengan keadaanku, karena aku dapat mengaguminya dari jarak yang tidak terlalu jauh.

"Hei apa yang kau lakukan dengan berdiam diri dalam derasnya hujan?"

Suara bariton dan sentuhan pada pundakku menyadarkanku pada keadaan yang sebenarnya. Aku tercekat melihat dia berada didepanku dengan membawa payung yang melindungiku dari derasnya hujan. Detik itu pun aku berpikir, hujan diam-diam menciptakan sebuah pertemuan untukku dan takdir memberiku kesempatan untuk bisa sedikit berbicara dengannya untuk pertama kalinya.

Badan ini seolah kaku dan sepercik rasa aneh mulai menelusup relung hatiku. Manakala mata coklat nan tajam itu menatapku dalam rautnya yang tak terbaca. Bibir ini keluh tak ada kata yang bisa terucap selain keterpanaan akan sosok yang berdiri dihadapanku.

Kesadaranku kembali menyentakku keluar, ketika jemari tangan kokoh itu memegang tanganku dan menelusupkan gagang payung yang ia bawa untuk ku genggam dan berbalik menembus derasnya hujan. Aku hanya bisa memandangi punggung itu yang semakin menjauh, tanpa bisa mengucapkan apapun. Dan untuk kesekian kalinya aku jatuh lagi padanya, pada cinta yang sama tanpa pernah ingin berhenti.

🌻🌻🌻

Hai semuanya kembali lagi sama aku orang terabil yang bingung harus menyelesaikan cerita lama atau membuat lembaran yang baru hehe.
Dan setelah lama aku hiatus dari wattpad tercinta ini (sebenernya aku masih baca2 diwattpad tapi aku ga lanjutin cerita bikinan aku karena gaada moodnya wkwk) dan hari ini aku baru dapat hidayah untuk memulai kembali lembaran yang baru untuk memulai menuangkan khayalan ku disini. Karena efek gabut dari virus Corona yang menyebabkan kita semua harus #dirumahaja jadi aku niat bikin cerita inii. Yeayyyyy

Semoga kalian sukak yaaa, nanti kalo kalian pada suka aku janji bakal ampee akhir aku bikin cerita tentang inii. Pokoknya i'm back again baby horeeee. Udh ah aku cape bacot Mulu. Semoga kalian sukak ya sama cerita baru akuuuuu.

Byeee~~~

040420
FINO🌻

RASAWhere stories live. Discover now