05 ● ADDRESSING WILL

Start from the beginning
                                    

Namun belum sempat ia berterus terang ternyata Rosa sudah menyela terlebih dahulu.

"Makanya Om kesini buat minta saya menolak perjodohan itu?"
Rosa menghela nafas setelah menyelesaikan kalimat panjang tersebut. Ia menyunggingkan senyum yang ia rasa sopan.

Alex terhenyak. Gadis di depannya ini sedari tadi terlihat pendiam dan malu-malu. Namun baru saja ia menanyakan pertanyaan tersebut dengan lantang dan tegas, seolah begitu yakin.

"Apa itu juga yang kamu mau?" Alex mendesis. 

Rosa mengangguk pelan.

"Iya" kata gadis itu mantap sembari melemparkan senyum yang sebenarnya palsu.

Rosa bukannya sangat ngebet menerima perjodohan tersebut. Tapi kegelisahannya murni karena ancaman dari paman dan bibinya. Tapi kini Alex datang, meminta ia melakukan hal sebaliknya. Ia tak mungkin mengemis pada Alex untuk mau menikahinya. Rosa merasa tak punya pilihan lain sekalipun harus khawatir memikirkan konsekuensi yang akan didapatnya nanti.

"Baguslah. Kita sudah satu suara. Saya juga yakin kamu akan menolak" Alex mncoba berkata dengan santai lalu menyuruput Americano yang tadi ia pesan. Ia tengah berusaha menyembunyikan senyum kecut yang tiba-tiba terbit dari wajah tampannya. 

Rosa pun ikut terdiam sementara senyum imitasinya juga terus mengembang. Ia tentu beranggapan, Alex adalah seorang pria modern, tampan dan mapan, tentunya lelaki itu punya prinsipnya sendiri.

Rosa bahkan yakin Alex juga punya seorang kekasih yang mungkin jadi salah satu alasan penolakan. Ia sudah tau, perjodohan itu hanya akan membawa kepahitan untuknya.

"Saya juga sebenarnya sebentar lagi mau menikah, tapi kakek tiba-tiba punya ide gila ini" Alex spontan berucap mengemukakan alasan yang mungkin tidak perlu dan sebenarnya tak pernah ia rencanakan. 

"Saya mengerti, om... saya akan bilang sama kakek om, saya juga tidak setuju dengan perjodohan ini" jawab Rosa cepat-cepat ditengah keputus-asaannya. Ia benar-benar ingin Alex tau bahwa ia sudah paham. Tak perlu lagi menjelaskan, tak perlu lagi menjabarkan berbagai alasan. Semua sudah jelas baginya.

***

Matahari sudah hampir terbenam di ufuk barat ketika Alex menghentikan mobil disisi jalan sesuai permintaan Rosa.

"Sampai sini aja, Om..." ucap Rosa sembari bersiap turun dari mobil dan melepaskan seatbelt perlahan.

"Yang mana rumah kamu?" Tanya Alex basa basi. Ia bahkan belum tentu mau mampir kesana. Rosa menunjuk gang di seberang jalan.

"Masuk gang itu. Rumah nomor dua belas warna biru"

"Oh" angguk Alex.

"Makasih om, udah mau anterin" ucap Rosa berusaha menunjukkan kesopanannya walaupun hatinya sebenarnya kesal akan kehadiran Alex.

"Sebentar! Besok waktu makan malam jangan lupa, pura-pura kita tidak saling kenal" Alex mencoba mengingatkan ketika pertemuan keluarga mereka nanti, ia dan Rosa seolah tak pernah bertemu.

"Iya, saya ngerti"

"Good" balas Alex. Ia melirik manik mata Rosa yang juga tengah menatapnya. Saat pandangan keduanya bertemu Rosa buru-buru buang muka. Alex menangkap gurat kesedihan yang mungkin tanpa ia sadari sudah tersirat sejak tadi mereka bicara.

Tepat ketika Rosa hendak membuka pintu mobil, Alex kembali menahan. Ia meraih lengan gadis itu dan mencengkeram erat.

"Tunggu..." lirih Alex. 

"Saya hampir lupa..." Ia seketika melepaskan jemarinya karena kini Rosa menatapnya heran. Ia kemudian meraih suatu benda di kursi belakang.

"Buat kamu" ucapnya sembari mengulungkan sebuah paper bag berwarna merah bertuliskan tinta emas.

Rosa mengangkat alis dan menerimanya dengan ragu-ragu.
"Ini apa om?" tanyanya. 

"Anggap saja hadiah buat kesepakatan kita. Sudah ambil! Tidak usah banyak tanya!" Alex memerintah dengan sikap bossy.

Rosa termangu. Ia tak bisa menebak apa yang berada di dalam kotak tersebut.

"Simpan baik-baik. Kalau suatu saat kamu membutuhkan sesuatu, kamu bisa menggunakan itu" ucap Alex mewanti-wanti dengan pesan yang agak terselubung. Rosa memandang paper bag tersebut dengan rasa penasaran.

'Emang apa sih isinya?' Tanyanya dalam hati.

Rosa mengangguk menuruti saran Alex.

"Ya sudah sana buruan. Nanti kamu dicari" Alex mendikte singkat.

'Siapa juga yang nahan-nahan' Rosa membatin kesal.

"Iya Om..." balas Rosa.
"Makasih" tambahnya sembari melirik paper bag yang ia bawa.

Kemudian Rosa turun dari mobil. Ia memasukkan hadiah Alex ke dalam tas sekolah agar tak seorangpun tau. Alex menunggu Rosa berjalan pulang ke rumahnya. Barulah ketika gadis itu menghilang dari pandangan, Alex menginjak gas dan memutar kemudi kembali ke ibukota.

****

Rosa merasa badannya lebih segar setelah mandi air dingin. Namun hatinya tetap saja gelisah. Ia merasa ingin melarikan diri. Semua tak akan jadi masalah jika tante Lastri tak mengancamnya. Atau tak akan jadi masalah jika Alex tak datang menemuinya...

Dengan enggan Rosa meraih ransel di atas ranjang. Membuka lalu mengambil paper bag yang diberikan Alex sore tadi. Dalam satu helaan nafas panjang ia mencari tau isi paper bag tersebut.

Betapa terkejutnya Rosa ketika mengetahui pemberian Alex ternyata adalah sebuah perhiasan mewah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Betapa terkejutnya Rosa ketika mengetahui pemberian Alex ternyata adalah sebuah perhiasan mewah. Sebuah kalung emas putih dengan liontin bertahtakan berlian berkilauan di depan matanya.

Rosa mengangkat kalung tersebut setara wajahnya agar dapat melihat lebih jelas. Matanya silau oleh cahaya perhiasan yang berpendar tertimpa lampu kamar. Kemudian Rosa beralih membaca kertas yang juga terdapat dalam box perhiasan tersebut.

Etincelle de Cartier Necklace
Begitu kiranya nama perhiasan di genggamannya.

Ia kemudian membaca lebih jauh dan sebuah tulisan deretan angka berhasil membuat matanya melotot lebar.

IDR 137,506,000,-

Rosa tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ternyata kalung tersebut mempunyai harga yang begitu fantastis.

Mungkin tak selamanya ini akan berakhir buruk. Gumam gadis itu.


Rosa tak keberatan disogok dengan barang semahal itu. Ia bersyukur Alex cukup kaya dan tau diri. Paling tidak ia bisa menggunakan hadiah dari Alex tersebut jika situasinya benar-benar mendesak.

'Enak ya jadi orang kaya. Bisa nyelesaiin semua masalah pake uang'

Oleh karenanya malam itu Rosa bisa tidur cukup nyenyak. Ketakutan yang menyelimutinya sedikit menghilang.

*****

MARITAREWhere stories live. Discover now