Berbagi

1.6K 76 26
                                    

💞💞💞💞

Berbulan-bulan menikah ini untuk pertama kalinya ia tidur selain di kamar utama.

Kecil, pendingin pun hanya sebuah kipas.

Tok, tok, tok!

Nadira menoleh ke arah pintu yang terbuka. Netra sayunya mengikuti langkah lelaki itu yang kian mengikis jarak.

Ranjang bergoyang. Nahdif baru saja menaikinya.

"Maaf." Untuk kesekian kali kata itu yang ia dengar.

"Aku, sudah lama menempati kamar itu sekarang gantian," ujar Nadira dengan sedikit nada bergurau.

"Besok aku akan pasang AC di sini agar Zahra betah," tutur Nahdif.

Nadira menggeleng. Ia tahu kini ekonomi rumah tangganya tengah di ambang batas. Pengeluaran tak sesuai dengan pemasukan.

"Uangnya ditabung untuk masa depan anak-anak kita. Aku, gak keberatan kok tidur di sini. Beneran deh," ungkap Nadira.

Netra lelaki itu berkaca-kaca. Tangannya terulur mengusap surai Nadira.

"Tidur," ujar Nadira sembari menarik selimut.

***

Selesai salah Subuh, mereka sarapan bersama.

"Masakan Mbak Rinda enak," puji Nadira.

Wanita itu mengangguk sembari menyuapi putrinya.

"Nad, kamu mau ke kampus?" tanya Rinda.

Nahdif sedari tadi asyik melamun ikut melirik ke arah Nadira. Ya wanitanya memakai pakaian rapi?

"Nadira, mau ke kantor," tutur Nadira pelan.

Kening lelaki itu berkerut bukankah dia sudah sepakat kerja di rumah lalu?

"Oh ... kuliahmu?"

"Tinggal nyusun skripsi, Mbak," jawab Nadira.

"Ayah, nanti aku mau daftar sekolah," pekik Zahra membuat atensi semua orang menatapnya.

"Zahra pindah sekolah?" tanya Nahdif.

"Iya Mas, jarak dari sini ke sekolah yang dulu jauh jadi aku mau mindahin dia," jawab Rinda.

Nadira menegak susu hangat yang tadi dibuatnya. Ia segera menarik tas yang berada di kursi.

"Berangkat bareng, Nad," seru Nahdif mengintrupsi.

Setelah pamit keduanya segera memasuki mobil. Nahdif memasangkan selt belt.

"Kamu, full kerja?"

Nadira mengangguk.

Lelaki itu menghentikan laju mobilnya di pinggir jalan yang sepi.

"Maaf membuatmu harus ikut mencari nafkah," tutur Nahdif.

Nadira membalas genggaman sang suami. Ia menggeleng.

"Aku suka kok. Lagian dengan kerja aku bisa lebih berinteraksi dengan yang lain jadi gak bosan di rumah terus," ucap Nadira.

"Insyaa Allah Nad, aku masih bisa menafkahimu dan Rinda," ujar Nahdif.

Nadira mengangguk ia tahu lelakinya itu pekerja keras tak mungkin tidak memberi nafkah.

"Udah yuk berangkat nanti telat lagi," ucap Nadira.

***

Selesai memberi desain gambar bangunan sebuah pusat perbelanjaan Nadira asyik berkutat dengan laptopnya. Mengetik materi skripsi.

Dilema CintaWhere stories live. Discover now