Bukan Pernikahan Impian

1.8K 54 0
                                    

Happy reading😍

JANGAN EGOIS

"Pernikahan itu antara kau dan aku tanpa hadirnya dia sebagai orang ketiga."

"Assalamu'alaikum, Mas." Seorang wanita mengecup punggung tangan suaminya.

"Nanti, pulangnya naik taksi ya," ujar Nahdif.

Wanita itu mengangguk.

Pernikahan yang baru seumur jagung itu terlihat begitu harmonis. Setiap pagi lelakinya mengantarkan sang istri ke kampus. Sebuah keberuntungan bagi setiap wanita bukan? Setelah menikah masih diperbolehkan menempuh pendidikan.

Nadira Sakinah, wanita berusia 25 tahun mahasiswa jurusan arsitektur. Seni bangunan saja ia perhatikan apa lagi suami?

Ia seorang gadis desa, tujuan awalnya datang ke kota hanya untuk mengambil beasiswa pendidikannya. Lahir dan tumbuh besar dari keluarga sederhana membuatnya menyadari jika hidup itu penuh perjuangan.

Perkenalannya dengan sang suami sebuah ketidaksengajaan. Lewat jejaring sosial daring mereka berkenalan yang awalnya hanya bertukar emoji hingga saling bercerita panjang lebar. Setelah tiga bulan sering bertukar pesan, akhirnya mereka memutuskan untuk bertemu ngopi darat. Awalnya Nadira menolak tapi Nahdif lelaki itu meyakinkannya. Entah sebuah takdir atau hanya kebetulan mereka berada di kota yang sama.

Sebuah kafe di pusat kota mereka bertemu. Tanpa direncanakan Nahdif Aryasa mengungkapkan perasaannya, dia seorang manager disalah satu perusahaan. Mendengar penuturan sang lelaki Nadira begitu kagum sekaligus terkejut.

"Jika Mas, memang serius mintalah aku pada kedua orang tuaku." Itulah kata-kata yang Nadira ucapkan.

Satu minggu, setelah itu Nahdif beserta pamannya datang ke desa untuk meminangnya. Nadira kagum dengan keseriusan lelaki itu, mau menerima apa adanya tanpa menuntut. Ya, memang ia telah menaruh hati pada Nahdif sejak perkenalan pertama.

Nahdif seorang anak yatim piatu.

"Hai Nad," sapa seorang wanita bertubuh tinggi kurus dengan rambut sebahu.

"Iya," jawab Nadira.

"Bagaimana tawaran aku kemarin?" tanya Anggi.

"Eum. Aku belum bilang sama mas Nahdif, Nggi. Pastinya juga dia akan melarang kalau aku magang," jawab Nadira.

"Iya, juga sih. Lagian jugakan kamu udah dapat gaji bulanan ya dari Nahdif lah kalau aku? Hanya seorang jomblo kesepian," ungkap Anggi disertai tawa.

"Makanya cepat cari jangan kebanyakan milih," cibir Nadira.

"Belum ada yang tepat di hati. Menikah itu enak ya katanya," ucap Anggi.

"Enggak kok enaknya cuman satu persen," ungkap Nadira.

Wanita tinggi kurus itu mengerutkan keningnya.

"Sembilan puluh sembilan persenya enak banget," ucap Nadira disertai tawa.

"Huh! Iya sih kamu juga kelihatan bahagia banget," tutur Anggi.

Bahagia? Mungkin ia harusnya dapat piala oscar. Nadira mengira jika Nahdif mencintainya namun, itu semua salah. Bagaimana bisa lelaki itu masih menyebut nama wanita lain di dalam tidurnya? Sedangkan ia sudah menikah. Dirinya merasa memiliki jiwa suaminya tapi tidak untuk hatinya.

"Ke kelas yuk."

***

Seperti biasa, setelah pulang kampus ia mengerjakan tugasnya sebagai seorang istri. Membereskan rumah, mencuci dan memasak. Dirinya sengaja tak memakai jasa asisten rumah tangga, ia ingin mengurus rumah tangganya sendiri.

Dilema CintaWhere stories live. Discover now