Rangga memasuki ruangan itu dengan tersenyum. Dia harus bisa menekan egonya agar tidak melukai Dzakira nantinya.

Dzakira menatap suaminya dengan berkaca. "Aa," lirihnya.

Rangga langsung mendekat. Dia mengecup kening istrinya. "Aa di sini, Sayang. Ada apa? Apa yang sakit?"

Dzakira menggeleng pelan. "Maafin Kira, A, ini salah Kira."

"Enggak, Sayang, Aa yang salah. Udah ya jangan nangis. Aa tau kalian itu kuat, kalian lebih kuat daripada Aa."

"Kalian?" tanya Dzakira kebingungan.

"Iya, kalian. Dzakira kecil masih ada di rahim kamu. Kuat, kan?"

"Alhamdulillah, Ya Allah. Kok Dzakira kecil? Emang Aa tau kalau debaynya perempuan?"

Rangga menggeleng. "Karena dia kuat, makanya Aa panggil Dzakira kecil. Hehe."

"Aa, gimana keadaan Rafa?"

Rangga mengusap tangan istrinya. Dia mengatakan kalau kondisi Rafa sudah membaik. Besok bayi laki-laki itu akan menjenguknya kemari. Betapa bahagianya Dzakira setelah mendengar kabar itu. Dia menjadi tidak sabar menunggu hari esok.

***

"Bel, aku boleh tanya gak?" tanya Azka saat istrinya tengah memandikan Rafa.

"Tanya aja, sih."

"Semalam aku gak sengaja lihat wallpaper hape kamu. Emang itu anak siapa?"

Bella mendadak diam. Dia takut kalau Azka mencurigainya. "I-itu, itu anaknya Dzakira waktu lahir. Aku sempat ngeliat sebelum kamu datang. Jadi, kufoto aja deh buat kenang-kenangan."

Azka terkejut. "Serius? Terus kenapa kamu gak mau kasih ke Dzakira, dia aja belum lihat wajah anaknya."

Bella membawa Rafa ke kamar lalu menghandukinya. "Gak tega aku. Dia nanti pasti sakit lagi kalau keinget anaknya."

Azka mengangguk paham. "Bener juga. Ya sudah deh kalau gitu. Kamu mau ikut ke rumah sakit gak jenguk Kira?"

"Kira sakit lagi?" tanya Bella. Tangannya masih sibuk mendandani bayi kecilnya.

"Hampir keguguran." Azka menjawab singkat. Kalau keguguran beneran bagus, tuh. Bisa gue cari jalan buat pisahin mereka dan bikin Kira balik lagi sama gue.

"Kok bisa?"

"Gak tau. Tanya aja sendiri nanti."

"Ya udah, aku ikut. Rafa juga ga nyaman minum pakai botol, dia pasti juga kangen sama Dzakira."

***

Satu bulan telah berlalu. Bella yang sudah merasa nyaman tanpa gangguan Andre selama 7 bulan, kini mulai resah lagi.

Semalam, Andre mengiriminya pesan dan meminta untuk bertemu di sebuah kafe. Daripada mengambil risiko, Bella memilih untuk menyutujuinya.

Itulah sebabnya dia harus duduk di kafe ini. Netranya menangkap sosok yang baru saja memasuki kafe itu dan tergesa menuju ke arahnya.

"Ada perlu apa lagi lo? Lo bilang udah gak akan ganggu gue lagi!"

Andre menunjukkan wajah sayunya. Laki-laki itu terlihat menahan beban yang amat berat. "Gue sakit, Bel, hidup gue gak lama lagi."

"Terus hubungannya sama gue apa?" tanya Bella sinis.

"Gue punya banyak dosa, Bel."

Bella terdiam. Wajahnya memucat. Dia tidak akan sanggup lagi mendengar kalimat yang akan diucapkan oleh lelaki di depannya itu.

"Gue udah bohongin Azka karena paksaan lo. Gue juga udah misahin seorang anak dari ibunya. Semuanya itu bikin gue ngerasa bersalah banget, Bel!"

"Tapi kan dia juga yang susuin anaknya, Ndre!"

"Tapi gak gitu juga caranya, Bel! Cepat atau lambat, gue bakal kasih tau semuanya ke Dzakira. Perempuan itu sudah sangat menderita. Dia gak pantas menerima kejahatan seperti ini, Bel!"

"Lo gak bisa kaya gitu dong, Ndre! Kalau gue diceraiin Azka gimana?"

"Berarti itu hukuman buat lo, Bel! Saatnya lo tobat dan kasih tau semuanya sama Azka tentang anak itu."

"Anak apa yang lo maksud?" tanya Azka tiba-tiba. Saat di mobil tadi, dia tidak sengaja melihat Bella di kafe itu. Buru-buru dia masuk ke dalam dan hanya mendengar pernyataan terakhir itu.

"Jawab, Bel!" desak Azka.

"Rafa bukan anak aku? Iya!"

Andre langsung pergi. Dia tidak ingin ikut campur masalah itu. Yang menjadi urusannya hanyalah permintaan maaf pada Dzakira juga mengatakan yang terjadi semuanya.

"Rafa anak kamu, Az."

"Bohong! Terus maksud laki-laki tadi itu apa?"

Bella menggeleng. "Kalau kamu gak percaya, kamu bisa tes DNA. Dia itu lagi bicarain anaknya sama mantan dia dulu."

"Tapi dia bawa-bawa nama aku, Bel! Jujur masalah apa, sih?"

"A-anak dia meninggal karena istrinya gak sengaja jatuh gara-gara berantem sama aku."

"Terus? Dia minta pertanggungjawaban gitu?"

Bella menggeleng. "Dia cuma pengen aku jujur sama kamu. A-aku takut mau bilangnya kaya gimana."

"Ya udah kalau gitu. Besok temenin aku tes DNA."

Bella hanya mengangguk patuh. Diam diam dia tersenyum licik. Kan Rafa emang anak kamu, Az, jadi hasilnya tetap positif. Pintar juga Andre.

***
Minus 4 lagi kita ending. Oke?

Jangan lupa apresiasinya.

Jazakunallah khairan❤

Ajarkan Aku Cara Bertahan || Lengkap✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang