Prologue

80.6K 3.1K 155
                                    

Roma, Italia

"Jika kita bertemu lagi mungkin kita akan bersenang-senang."

Luke tersenyum miring lalu menyesap sampanyenya berusaha melupakan perkataan gadis itu, ia merasa bodoh sekali terjerat dalam pesona wanita dalam sekejap. Kemarin ia bertemu dengan gadis cantik yang mampu memikatnya hanya hitungan satu detik.

Luke mengedarkan pandangannya mengamati adik perempuannya-Valentine memakai topeng, sibuk berbicara pada temannya. Adanya Valentine di Italia, ia beralasan ingin berlibur ditambah mendengar kakaknya akan menghadiri pesta topeng ia langsung ikut tanpa bisa dihalangi.

Luke meneguk sampanyenya lalu kembali berbincang singkat dengan rekan bisnisnya tapi ekor matanya dapat melihat seseorang yang tidak asing untuknya. Meskipun ini pesta topeng, Luke hapal benar bentuk tubuh wanita itu. Bahkan, dengan melihatnya sebentar ia sudah tahu ukuran pakaian dalam wanita.

Luke menetapkan netranya pada seorang wanita tengah berbicara dengan senyuman kecil di sudut bibirnya yang indah. Wanita itu mengenakan topeng hitam dan gaun merah elegan. Luke tersenyum miring, wanita itulah yang menghantui pikirannya sejak tadi. Detik selanjutnya bola mata mereka bertemu, manik keduanya beradu, mungkin karena terlalu lama Luke menatapnya sehingga wanita itu menoleh padanya. Wanita itu melempar senyum miring penuh arti sama seperti Luke lalu menuntunnya menuju parkiran mobil yang begitu sepi. Tentu saja Luke mengusir orang-orang yang membuntutinya, ia akan menyerang wanita itu malam ini.

"Tamara," panggil Luke bertujuan agar sosok di hadapannya berhenti.

Senyuman miring menghiasi bibir cantiknya lalu berbalik. "Bagaimana bisa kau tahu ini aku?"

Luke terkekeh pelan, melangkahkan kakinya semakin mendekat lalu menepikan surai panjang wanita itu ke belakang telinga dan menatap lurus mata sosok di depannya. "Your eyes," bisik Luke sambil mengusap lembut lengan putih wanita itu dengan punggung tangannya. "your skin," ucapnya mendekatkan bibir ke telinga perempuan yang dipanggilnya Tamara. "and your smell." Luke menghirup aroma manis wanita itu begitu sensual. Kelsey hanya tersenyum miring menanggapinya lalu Luke menjauhkan tubuhnya untuk menatap lurus manik indah Kelsey. "Apa kau ke sini untuk klienmu?"

"Ya," jawab Kelsey mendongak untuk menatap manik biru pria tampan di hadapannya.

"Lalu bagaimana jika aku membawamu ke hotel malam ini?" tanya Luke menarik dagu Kelsey agar menatap matanya. Luke terhipnotis oleh atmosfer wanita itu, aura dan daya tariknya begitu memikat apalagi kharismanya luar biasa. Bahkan, bibir merahnya sulit untuk diangguri. Luke tidak tahan, ia langsung mendaratkan kecupan panasnya di bibir Kelsey.

Kelsey tidak dapat memungkiri pria itu sangat ahli dalam berciuman hingga bisa membuat dirinya yang selalu dalam kontrol ini kehilangan akal. Kelsey terhipnotis dan mabuk, ia menarik bahu dan dasi Luke untuk memperdalam ciuman mereka ia juga dapat merasakan Luke menekan tengkuknya. Kelsey tidak mau kalah dengan ciuman Luke yang merajalela di mulutnya, ia ikut memainkan lidahnya tidak kalah panas. Hingga mereka kehabisan napas lalu melepas pagutan.

Kelsey berusaha menetralkan deru napasnya lalu menarik dasi Luke hingga wajah tampan pria itu tertunduk tepat di hadapannya. "Luke, i want you so bad," bisik Kelsey sensual.

Luke mendesah pelan merasakan lehernya dikecup bahkan dijilat panas, ia terangsang, permintaan suara seksi aksen Australia itu membuatnya menegang ditambah dasinya ditarik sebegini lancang, mana ada yang berani menyentuhnya sebesar nyali wanita di hadapannya ini. Ah, ia menjadi membayangkan bercinta dengannya sambil mencekiknya untuk membuatnya kapok. Luke langsung menggendong wanita itu bridal lalu melumat bibirnya sambil melangkah menuju mobil yang di mana sopirnya telah siap mengantarnya. "Hotel de Rosa!" perintah Luke dan kembali menghujani Kelsey dengan ciuman panasnya.

Mobil melaju secepat kilat hingga terparkir di parkiran VVIP khusus pemilik hotel. Luke membuka pintu lalu menarik Kelsey menuju kamar khususnya yang di setiap sudut berjaga pria berpakaian jas. Luke yang terbakar gairah kembali mencium Kelsey tanpa menghentikan langkah menuju lift bahkan menggendong wanita itu agar mempermudah ciuman mereka, kaki Kelsey yang mengapit pinggangnya membuat Luke semakin terbakar nafsu. Kini kecupan Luke turun ke leher Kelsey lalu mereka keluar dari lift untuk pergi ke kamar khusus pemilik hotel.

Kelsey membuka matanya di sela-sela kecupan Luke pada lehernya. Ia meneliti penjagaan tempat ini begitu ketat, ia bisa mati karena melenyapkan orang berbahaya di hadapannya ini jika keamanannya begitu luar biasa. Untuk memakai akses lift harus mempunyai black card di tangan asisten Luke. Bahkan, keluar dari kamar ia harus menghadapi tigapuluh pria yang tidak bisa diremehkan kekuatannya. Dan penjagaan ketat yang gila lainnya.

Brak!

Tubuh Kelsey didorong ke kasur empuk di belakangnya tapi tatapannya mengarah pada setiap sudut ruangan. Di mana-mana terdapat pistol, senjata api, senjata tajam, CCTV, sound detection, eyes detection, face detection, dan alat-alat canggih lainnya. Sial, ia bisa mati malam ini. Sebelum mengambil job ini, Kelsey telah menyelidiki siapa Luke Danzi Stone hingga ke akar-akarnya, pria itu akan membunuh dirinya ketika selesai memuaskan nafsunya.

But i have my own way!

ADUH KEPENCET TANGAN AKU GATEL HUEEEE 🙈🙊😭😂

WARNING : Kelanjutan Cerita ini hanya akan di-update setelah cerita The Godfather's Obsession telah TAMAT jadi silakan membaca dulu The Godfather's Obsession! Tapi bagi yang gak mau gak apa-apa bisa dibaca terpisah kok~

My Red Cinderella Where stories live. Discover now