BAB VIII - TRIPLE KILL!

Börja om från början
                                    

Saat aku berniat untuk pamit juga, tiba tiba mama berkata. “Aduh Retha mama lupa, tadi katanya bu Rt mau nagih buat bayar kas rutin, kamu ga usah ikut ya. Besok aja kamu kesananya pulang kerja ya, mama minta tolong ya” ujar mama dengan wajah memelas.

Aku sih oke, tapi yang ga oke itu tadi aku kesini naik mobil bareng mama papa, terus aku disuruh pulang sendiri naik taksi atau ojek online gitu?.

“Biar saya antar Retha-nya tante”

Segera ku tolehkan kepalaku kearah Rajen yang sedang menatap mama.

“Iya Lid, biar Rajen aja yang anter, masa anak gadis malam malam dibiarin sendirian naik angkutan umum, bahaya. Kalau sama Rajen dijamin aman deh” ucap tante Lidya ynag terdengar seperti mbak mbak SPG yang sedang menawarkan dagangannya.

“Gak ngerepotin nak Rajen kan” uhh kuputar mataku mendengar nada mama yang tiba-tiba terdengar halus. Mama capernya yaampun.

“Nggak kok tante” jawabnya datar.

“Om titip Retha ya” ujar papa sambil menepuk bahu Rajendra, dan segera berpamitan kepada orangtua lelaki itu.

“Ma, pa aku duluan” ujarnya dan segera ku ikuti sambil membungkukkan badan dan mengucapkan salam kepada orangtuanya.

“Jangan ngebut son bawa calon mantu papa” dijawab anggukan oleh Rajen.

Mungkin aku salah dengar tadi.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

“Masuk” ucapnya sambil menurunkan kaca mobilnya.

Tanpa basa basi segera aku masuk ke dalam mobil nya.

“Apa harus aku pasangkan safetybelt untukmu?” ucapnya datar sambil menoleh ke arahku.

“Tidak perlu” segera ku pasang tanpa babibu.

Perjalanan kami terasa sangat lama, suasana canggung ini menemani sepanjang perjalanan kami. Tidak ada musik yang menemani, aku pun juga masih tau diri untuk meminta.

Suara berat menyapaku saaat aku sudah mulai tenggelam dalam kecanggungan ini “Apa kau manjer bussiness development?” tanyanya memecah keheningan yang terjadi diantara kami.

Dengan menganggukan kepala aku menjawab pertanyaannya. Tak lama dia kembali bersuara “ Mulai besok aku akan masuk perusahaan papa, tolong bantu aku beradaptasi, dan jika ada yang bertanya aku siapa jawab aku bawahanmu”
Sumpa, aku tidak paham maksut dari kalimatnya. Lalu kenapa kalau dia masuk perusahaan, apakah aku harus roll depan, lalu apa lagi maksutnya aku harus bilang dia bawahanku, bukannya dia akan menggantikan ayahnya?

Tanpa memuaskan rasa penasaranku aku hanya meng-iyakan perintahnya.

Saat sudah sampai di depan gerbang rumahku, segera ku ucapkan terimakasih “ Terimakasih sudah mengantarkanku, apa kau ingin masuk dulu” tawarku kepadanya, ingat ya aku masih punya sopan santun.

“Tidak, terimakasih, aku pulang” ujarnya datar. Eh rupanya aku mempunyai saingan untuk bersikap dingin.

Dengan segala sopan santun yang aku punya aku mengucapkan “ baiklah hati-hati” dia hanya menganggukkan kepala membalas ucapanku.

Setelah memastikan mobilnya menjauhi pekarangan rumahku, aku mulai melangkah memasuki rumah. Baru saja aku ingin membuka pintu, deringan telefon membuatku harus menunda kegiatan membuka pintu.

Kulihat Id Call  ternyata mama. Segera ku geser tombol hijau untuk menjawab panggilan

“Assalamualaikum, ada apa ma?” tanyaku heran, apakah ada barang yang tertinggal di restoran.

Waalaikumsallam, itu reth bu rt nya keliling nya masih besok hehe, jadi kamu kunci aja ya pintu nya langsung tidur besok masih kerja kan, mama bawa kunci cadangan kok. Yasudah mama tutup assalamualaikum”

TUT TUT

Kupandangi handphone milikku dengan muka sebal. Sialan. Astaghfirullah, maaf kan hambamu ini Ya Allah bukan maksud mengatai ibu hambamu, hambamu hanya mengumpati kelakuan mama hambamu Ya Allah.

Sudah kuduga ini hanya akal bulus mama, agar aku diantar oleh Rajendra. Pake alasan bu rt nagih uang kas lah, Ya Tuhan sabarkanlah hambamu menghadapi ibu hambamu.

Double Shit, aku lupa besok harus ke Rena-anak budhe Ajeng- sendirian. Berilah bonus kesabaran kepadaku Tuhan untuk menghadapi para saudara yang akan terus memojokkan ku dengan kalimat ‘Kapan nikah? Keburu tua loh, ga takut jadi perawan tua’ jika sudah mendengar kalimat itu ingin rasanya ku seret satpam kantor untuk segera di ijab qobul.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Setelah selesai dengan make up ku segera kulangkahan kaki ku menuruni tangga untuk menuju ruang makan.

Disana sudah ada papa yang berada di ujung meja lengkap dengan koran dan kopi di depannya. Adikku yang sudah siap dengan seragam putih abu-abunya dan sedang sibuk mengunyah sarapannya.

Aku segera menuju kursi di depan adikku, lalu mama datang membawa seporsi nasi goreng dengan memasang senyum tidak jelas.

Tanpa memedulikan lebih lanjut ekspresi mama, segera ku sendokkan nasi ke dalam mulutku.

Baru saja tiga kali kunyahan terdengar suara mama, “kamu semalem ditembak apa dilamar Rajendra” sontak saja pertanyaan mama membuatku menyemburkan nasi yang belum sempurna ku kunyah.

Disusul teriakkan memekakkan telinga ala Annneth “IUHHH KAKAK JOROK IHH” ughh ingin kusumpal mulutnya “Untung ga kena seragam Anneth” ngomel lagi dianya.

Tak tanggung -tanggung ku pelototi mama dan juga anneth “ Brisik net” dan dibalas adikku dengan menjengkelkan “ Uh serem”

“Jadi gimana, pasti ada apa-apa kan kemarin malem” mataku melotot mendengar pertanyaan mama, ini mama kenapa sih.

Papa pun menengahi, “Sudahlah ma, biarkan Retha makan dulu kasihan tu baru masuk satu suap udah keluar lagi” ini papa membela atau mengejek ku sih.

Tanpa menjawab pertanyaan mama ataupun menanggapi ucapan papa ku suapkan lagi nasi ke dalam mulutku

“Mama terserah kamu sih kak, mau kamu sama Damar, sama Randy , atau sama Rajendra mama ngikut kamu, mama seneng kok kalau mantu mama salah satu dari mereka”

UHUK UHUK, dan makanan yang belum menyentuh kerongkongan ku akhirnya keluar lagi.

“Triple Kill kak” ucap Anneth dengan semangat.

TBC--

~GLOWSHUA (AJR)

My Manager, Manage My Life [On Going]Där berättelser lever. Upptäck nu