Who You Really Are

784 80 23
                                    

Meik menatap Oon yang sedang membersihkan rumah kecil yang mereka tempati. Tabungan yang mereka kumpulkan masih jauh dari kata cukup untuk keluar dari negara ini, sementara Yeung Lok Yi  tidak bisa terlalu sering datang untuk menghindari kecurigaan.

"Phi.." panggil Oon yang merasa Meik memperhatikannya. 

Meik membuka tanganya, memanggil Oon untuk masuk kedalam pelukannya.

"Oon, apa kau bahagia?" Tanya Meik dengan nada khawatir.

"Aku selalu bahagia saat bersamamu phi." Jawab Oon sambil mengeratkan pelukannya.

"Apa aku setimpal dengan penderitaanmu meninggalkan keluargamu? Ayahmu? Ibumu? Istrimu?"

Oon mengangkat wajahnya dan mendapati wajah Meik yang berlumur air mata.

Meik yang khawatir dengan keselamatan Oon, merasa tidak bisa membuat Oon bahagia dan hanya membuat Oon menderita.

Oon mengusap air mata pria yang sangat dia cintai.

"Phi, aku akan selalu mengikuti keinginanmu, jika kau lelah dengan semua ini, mari kita hentikan."
......................................................................

"I'll love you when you love me
I'll love you when you leave me,
I'll love you no matter what."
           

Suara bel pintu berbunyi, menandakan seseorang datang. Singto hanya melirik dengan malas sembari terus membersihkan beberapa barang di tokonya.

"Hai penggerutu." Namtan menghampiri dan mencubit pipi pria yang tampak lesu.

"Kenapa wajahmu seperti itu? Aku baru saja bertemu Krist di depan, dia dari sini kan? Kalian bertengkar?" Namtan menepuk wajah Singto sembari mengernyitkan alisnya.

"Aku sudah tidak bertemu dengan nya hampir sebulan." Cetus Singto.

"Ha? Kenapa lama sekali? Bukankah kota ini kecil? Apa dia terlalu sibuk hingga.." ucapan nya terputus saat Singto bangkit dari mejanya dan menuju dapur.

"Mau minum apa?"

"Ada apa dengan kalian?" Tanya Namtan lagi.

"Kau mau minum apa cerewet?" Balas Singto ketus.

"Dan aku tanya, ada apa dengan kalian." Namtan melipat tangan di dadanya, meminta penjelasan.

Singto meletakan ceret di tangan nya dengan sedikit hentakan kesal.

"Aku rasa itu bukan urusanmu!"

"Ooh itu urusanku, semakin lama kau mempertegas hubunganmu dengannya semakin cepat aku bisa menikah dengan priaku!" Balas Namtan cepat.

"Kalau itu mau mu, aku akan menelpon orang tua kita dan membatalkan pertunangan kita sekarang." Singto mengambil telpon dan mulai menekan tombol nya dengan kesal.

Namtan meraih tangan Singto, mood pria itu sedang sangat buruk, sehingga dia sedang tidak bisa diajak bercanda.

"Sing.. aku hanya bercanda.. ayolah.. kau mengenalku."

"Kalau kau juga mau meninggalkanku maka lakukan dengan cepat, jangan seperti ini." Singto mengibas tangan yang meraih lengannya sebelum dia terduduk di meja dan menutup kedua matanya.

Namtan memeluk tubuh pria tan itu dari belakang. Merasakan getaran dan kesedihan yang tidak terucap.

"Aku tidak akan meninggalkanmu Sing.. tidak sebelum kau bahagia..."

Singto mulai menangis saat jari lentik Namtan mengusap rambutnya.

"Dia sudah menyerah.." bisik Singto lirih.

Time after timeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora