I wanna be with you

1.8K 140 51
                                    

Anak manis berkulit putih mempercepat langkahnya menuju bukit belakang sekolahnya. Di tangan nya tergenggam sekantong roti isi buatan pelayan rumahnya.

Mata bulatnya menangkap seorang anak laki yang duduk dengan memegang kertas gambar.

"Phi gambar apa?" Anak manis itu menempatkan dirinya disebelah anak yang sedang melukis sesuatu.

Anak yang sedang melukis mengetukkan pensilnya ke kepala anak manis itu.
"Jangan panggil aku phi disini, pangil aku gege."........

.......................................................................

"Jangan berjalan terlalu jauh dari jangkauanku, karena kegeoisanku masih ingin menjagamu"

"PSing, ayo temani aku makan siang." Krist melempar tubuhnya untuk duduk di samping sang pemilik toko yang sedang membersihkan sebuah vas antik.

Pria yang dipanggil Singto itu hanya terdiam, tidak memberikan reaksi apapun.

"Haloo phi Singtooo!!" Krist mengeraskan suara nya dan melambaikan tangan di depan wajah seseorang yang dengan sengaja  mengabaikannya.

Singto menepis tangan itu dan memberikan tatapan tidak bersahabat nya
"Berhenti memanggilku phi, kita tidak berada di Thailand, dan aku tidak ingat pernah memberimu ijin untuk memanggilku phi!!

"Wow kau benar, lalu aku harus memanggilmu apa? Bro?" Krist tertawa renyah dan bermain-main di tempat duduknya.

"Bagaimana jika kau tidak usah memanggilku sama sekali?!" Sahut Singto dengan sinis.

"Bro..kita ini sesama orang Thailand di negri orang, mari bersahabat." Krist berdiri dan menepuk pundak Singto dari belakang dengan kedua  tangannya.

Singto yang terkejut hampir melepas vas yang sedang dia bersihkan. Rahangnya mengeras. Dengan pelan dan gerakan angkuh dia melepaskan kedua tangan Krist dari bahunya.

"Ada Plustor, dia juga orang Thailand, bertemanlah dengannya dan jangan ganggu aku." Singto menatap mata Krist tajam saat mengucapkannya.

Mata coklat itu berkedip lucu saat sepasang mata elang itu menatap lurus ke arahnya.

Entah bagaimana, Krist tahu, Singto tidak akan pernah menyakitinya, bahkan berada di dekatnya seperti ini membuat hati Krist terasa tenang dan nyaman.

"Plustor sibuk makan dengan kekasihnya saat jam makan siang begini. Aku kan kesepian." Cibir Krist.

"Bukan urusanku!" Suara Singto kembali terdengar datar saat mengucapkannya.

Krist mengkrucutkan bibirnya dan terdiam beberapa saat.

"Aku tidak suka makanan di kedai itu..rasanya tidak cocok untuk lidahku, aku pikir kau juga punya masalah yang sama denganku, karena itu aku mengajakmu makan siang dari kemarin." Krist menggoyangkan kakinya dengan kesal di atas kursi.

Semua gesture yang Krist lakukan tidak ada yang luput dari pengamatan Singto. Krist terlihat sangat manis di umurnya yang sudah 24 tahun. Raut wajahnya yang seperti anak kecil dan tingkah lakunya pasti membuat semua orang tidak tega untuk berlama-lama mendiamkannya.

Singto mengepalkan tangannya erat, berusaha menahan diri untuk tidak berurusan dengan Krist, walaupun di dalam hatinya suatu rasa membuncah dengan kuat.

"Kau tahu bro.. dari kemarin aku hanya makan mie instan yang aku bawa dari Thailand, perutku mulai sakit, paling tidak katakan padaku dimana aku bisa membeli makanan berbau Thailand disini." Iba Krist.

Tidak ada suara yang keluar dari mulut sang pemilik toko barang antik itu, membuat suasana menjadi sepi.

Dengan bersungut Krist bangkit dari kursinya dan hendak beranjak keluar, namun sebuah suara keras menghentikan langkahnya.

Time after timeWhere stories live. Discover now