1. INI ADALAH GUNUNG

16.2K 837 85
                                    

haiiii!

cerita ini masih banyak kurangnya, tapi kalo mau nyoba baca silahkan yaa. jika berkenan, jangan lupa berikan vote dan komennya ya, selamat membaca!💗
.
.
.

Gadis dengan rambut keriting yang digerai itu kini berjalan menuju parkiran sekolah yang sudah terlihat sepi, anak-anak lain sudah pulang dari satu jam yang lalu. Sekarang, hanya terlihat beberapa orang yang masih berkeliaran dilingkungan sekolah.

Shila Lavanya — gadis itu masuk kedalam mobil yang terparkir sendiri disana, dia nyengir seolah tak berdosa setelah membuat orang lain nunggu sejam lebih. "Kak! Maaf ya udah dibuat nungguin lama, rapat tadi lumayan banyak yang dibahas soalnya."

Gunung yang sedang menyandarkan tubuhnya dikursi kemudi tiba-tiba menoleh sambil tersenyum dan langsung menyandarkan kepalanya dibahu gadis yang baru saja mendaratkan bokongnya dikursi. "Cuma sejam doang, gapapa kok."

Lava yang merasa pundaknya berat langung menggeserkan kepala Gunung menggunakan jari telunjuknya. "Ih jangan nyender-nyender. Kepala lo bau! Gak keramas ya sebulan?"

Gunung mendengus tak terima, enak aja dibilang kepalanya bau, dia ini keramas sehari dua kali, sekali pake shampo-nya, sekali lagi nyolong shampo yang wangi banget milik adik perempuannya— Mentari. Walaupun tidak terima dengan ucapan fitnah itu, Gunung memilih tidak protes. Dia tersenyum sambil mengedip-ngedipkan matanya, niatnya biar kelihatan imut, tapi jatuhnya malah kaya orang yang kelilipan dispenser. Tak lupa, tangannya juga tidak diam, dia mengelus kepala Lava lembut. "La, kok hari ini lo keliatan seratus kali lebih cantik ya?"

Lava tersenyum malu-malu sambil menyelipkan anak rambutnya ke telinga. "Iya gitu?"

Gunung mengangguk. "Aura positif lo juga lebih keluar hari ini." Gunung mengambil nafas sebentar. Ngegombal gini ternyata butuh banyak tenaga ya. "La, tau gak, kalo gue selalu doain yang terbaik buat lo, tadi subuh, gue doain biar hari ini lo bahagia dan gak ada yang bikin emosi."

"Lo lagi butuh apa?" Senyum malu-malu tadi hilang dan digantikan dengan tatapan penuh selidik.

Lava agak heran, si Gunung ini orangnya gak sabaran dan gak ada romantis-romantisnya kalo ngomong, tiba-tiba sabar dengan mau nungguin sejam lebih dan banyak puji-puji. Mencurigakan banget kan?

"Enggak butuh apa-apa, gue cuma lagi mengungkapkan kebenaran tentang lo, kok." Lava tetep gak percaya. "Tapi, La ... boleh pinjem duit gocap gak? Bensinnya ini abis, hari ini gue gak dikasih uang sama Bapak."

Ternyata mau minjem uang, pantesan baik.

"Kak, lo tau gak apa bedanya lo sama monyet?" Gunung menggeleng. "Gaada bedanya!" Gunung menatap Lava sinis, hati nuraninya sedikit terluka kalo disamain sama monyet gini.

"La, karena mau minjem duit, gue biarin lo hina kali ini aja. Cepet siniin duitnya!"

"Ih maksa! Kok lo bokek sih! Kasian banget anak muda." Selain Gunung yang gaada manis-manisnya, si Lava ini juga sebelas dua belas tiga belas empat belas, oke stop.

"Gue gak dikasih uang sama Bapak, gara-gara gak sengaja numpahin air ke hp-nya sampe mati. Katanya jatah uang gue seminggu mau dipake buat benerin hp-nya! Padahal kan gak sengaja!"

Lava menggelengkan kepalanya, konteks gak sengajanya Gunung itu beda! Nanti, kita tanya aja cerita yang sebenernya sama Bapak.

Lava mengeluarkan uang Lima puluh ribunya dari dompet. "Nih! Gue kasih aja, awet-awet ya."

Gunung langsung tersenyum begitu dikasih uang. "Beneran ngasih?" Lava mengangguk. "Makasi kalo gitu, tapi kalo ngasih gini boleh agak ditambahin banyak gak, La? Biar pahalanya lebih gede!"

UNTUNG PACAR! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang