Part 22

2K 163 7
                                    

Tamat

_____

Baizura menatap Tuanku Fez tanpa berkedip keesokan harinya. Menyadari Baizura begitu merindukannya Tuanku Fez berjalan mendekat lalu semakin membuat jarak diantara mereka semakin sempit. Baizura dengan rambut panjangnya yang hitam tersenyum malu-malu dibuatnya.

"Jangan terlalu memperlihatkan rasa rindumu padaku. Kau yakin kalau aku lelaki yang baik untukmu?" Tuanku Fez menggoda Baizura yang ternyata malah semakin mendekat ke arahnya.

"Maukah kau menikah denganku?"

"Bai!"

"Jawab saja. Kau nakal, sudah pergi lama sekarang aku berbaik hati melamarmu tapi kau masih jual mahal saja."

Tuanku Fez semakin gemas dibuatnya.

"Bai!"

"Dengarkan aku. Harusnya aku yang melamarmu.

Menata jalan penuh bunga sepanjang kakimu melangkah. Lalu mengiringi ledatanganmu dengan musik yang indah, sambil menyodorkan sebuah cincin yang cantik."

Lalu Baizura mengambil gelang di tangannya. Sebuah gelang istimewa yang pernah diberikan Tuanku Fez kepadanya dulu.

"Pakai saja ini. Aku gak perlu nyanyian karena lagu cinta itu sudah ada dalam hatiku. Aku juga tidak perlu taburan bunga karena kedatanganmu sudah cukup membuatku berbunga-bunga.

Satu lagi. Jika menunggumu melamar, bisa-bisa tahun depan." Baizura kemudian bersandar di bahu Tuanku Fez yang masih terkesima dengan kemampuan kekasihnya yang pintar sekali mengambil hatinya.

"Humm. Pantas klienmu banyak sekali. Kau pintar membuat mereka tidak bisa berpaling darimu." Tuanku Fez membuat Baizura tersipu.

"Tapi, kau lihat. Bekas lukaku ini membuatku tidak setampan dulu," ucap Tuanku Fez setengah frustasi.

"Hush! Keren kok. Aku suka semuanya apa adanya." Tuanku Fez mengangguk sambil memeluk Baizura.

"Aku tak yakin. Sepertinya aku harus bertanya kepada Hazrat dulu." Tuanku Fez menggoda Baizura.

"Coba saja. Kalau berani balikan sama mantan calon pengantinnya. Aku bakal menghilang dari hadapanmu." Baizura merajuk. Wajahnya berubah ganas dan sangar. Tapi Tuanku Fez semakin merasa gemas. Dia melingkarkan lengannya di bahu Baizura lalu memasangkan gelang yang dulu pernah diberikannya kepada Baizura, lagi.

"Aku menerima lamaranmu, aku juga memintamu untuk menjadi teman hidupku dan aku berjanji kalau akan menemanimu selamanya."

Baizura terdiam. Airmata mengalir di pipinya. Dia teringat cerita Tuan Ahmad kalau dia sedang meminta jawaban Tuanku Fez untuk mau menerima kembali kedudukan sebagai pangeran ketiga, calon putra Mahkota selanjutnya. Tapi, jika Tuanku Fez memang menerimanya maka hal itu tak akan mudah bagi mereka. Pengantin kerajaan sangat banyak syaratnya.

Apakah itu artinya Tuanku Fez menolak tawaran itu?

Baizura mantap menerima hasil perkiraannya saat Tuanku Fez serius melamarnya.

"Kau yakin mau hidup denganku?"

Tuanku Fez menatap Baizura lalu menoyor kepalanya.

"Jangan melamar seorang lelaki kalau kau tak yakin bakal diterima," katanya menberi ceramah panjang lebar. Jawaban Baizura hanya satu, memeluknya semakin erat dan mesra. Jika saja dunia ini milik mereka berdua maka mereka bisa melakukan apapun suka-suka.

"Besok kita ke istana. Meminta restu Sultan dan keluarga. Besoknya kita langsung melakukan akad. Kau mau?"

"Kenapa kilat?"

"Karena kaupun melamarku pada hari kita baru bertemu lagi. Mau apa lagi coba?" tanya Tuanku Fez memantapkan hati Baizura.

"Benar. Kalau kelamaan bisa diambil oleh wedding planner loh, Bai."

Suara Hazrat membuat mata mereka terbelalak. Lalu tawa renyah keluar dari mulut mereka. Dengan cueknya Hazrat memeluk Baizura, memberikan ucapan selamat, kemudian memeluk lelaki Baizura yang membuatk Baizura pura-pura memberengut kesal tapi sejujurnya dia sangat menghargai ucapan Hazrat.

"Ralat, ya Hazrat. Aku tak pernah mencuri Tuanku Fez darimu. Kau yang meninggalkannya pergi," kata Baizura telak. Mereka bertiga tertawa menikmati kebahagiaan yang akhirnya bisa mereka nikmati.

****

"Baizura sayang. Kamu dimana?" Suara Tuanku Fez membuat Baizura menyembunyikan dirinya lebih tak terlihat lagi. Dibalik batang pohon besar yang berdiri kokoh di dekat rumah Tuanku Fez.

Mereka sudah menikah satu bulan, tapi Tuanku Fez disibukkan dengan kegiatannya yang segudang. Begitu juga Baizura, rencana menikah mereka yang mendadak tidak bisa otomatis menggagalkan perjanjian kerja yang telah Baizura tanda tangani dengan banyak pihak.

Akhirnya, mereka terpaksa rela menunda perjalanan bulan madu mereka. Setiap akhir pekan mereka hanya berjalan-jalan di sekitar rumah Tuanku Fez yang baru diberikan kerajaan untuknya sebagai ganti karena Tuanku Fez menolak menjadi putra mahkota. Tapi, dia tidak menolak untuk kembali dipulihkan gelarnya sebagai pangeran.

Saat Baizura berhasil ditemukan oleh Tuanku Fez mereka berguling-guling di rerumputan yang hijau, menikmati semilir angin lalu mengungkapkan perasaan satu persatu.

"Kau masih suka sakit jika melihat luka ini?" tanya Baizura kepada suaminya. Tangan lentik Baizura menyentuh bekas luka di wajah suaminya.

"Tidak. Sudah lama berlalu. Itupun Aba tidak sengaja melukaiku.

Kalau sekarang semua itu kupikirkan, akulah anak yang selalu disayangnya. Aku dijauhkan agar bisa menjadi diriku sendiri. Tidak manja dan tidak memanfaatkan kekuasaannya.

Terkadang kekuasaan bisa membuatmu berubah jahat. Kau percaya itu, Bai?"

Baizura mengangguk lalu menaruh kepalanya di atas lengan Tuanku Fez yang sudah terulur ke samping.

"Malam itu, saat kita bertemu di makam, rasanya aku ingin mengakhiri hidupku. Melihatmu di sana membuat semangat hidupku menyala kembali.

Kaulah tujuanku untuk tetap hidup. Meskipun aku harus sembunyi untuk mengatasi rasa takutku akan diriku sendiri yang semakin berubah, suka terpancing emosi dan tidak sabaran.

Dua tahun, menyimpan rindu untukmu menjadi semangat tersendiri bagiku.

Terima kasih karena masih mau menungguku." Tuanku Fez mengecup kening Baizura, lalu hidungnya lalu mereka terlena dalam kebahagiaan yang nyata. Mereka saling mencintai meskipun pada awalnya mereka saling tidak suka, tetapi waktu mendewasakan mereka, jarak membuat mereka semakin rindu dan ketulusan membuat mereka saling menerima.

Baizura mendapatkan Tuanku Fez setelah terluka dengan masa lalunya sementara Tuanku Fez mendapatkan Baizura saat dia sedang terluka oleh ketidakadilan. Pada akhirnya mereka yakin bahwa akan selalu ada pelangi setelah badai yang menerjang, yahg dibutuhkan adalah sabar serta saling percaya.

Tamat 💖

Ada beberapa part ekstra tapi semua ada di buku karena Baizura sudah proses cetak Novel.

Yang berminat bisa wa penulis di 089644514887

Selamat malam, salam sayang dari Baizura, permata hati Tuanku Fez.

Baizura (Sudah Terbit)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin