Part 7

1.1K 104 3
                                    

#Baizura
Part 7

_______

"Kau tahu apa yang terlihat di bawah itu?" Tuanku Fez sengaja mendekatkan diri di dekat Baizura. Rambut panjang Baizura yang harum tertiup angin membius kesadaran Tuanku Fez.

"Bukankah itu Masjid Hamida?" Baizura berkata dengan bersemangat. Matanya memancarkan rasa bahagia. Dia menatap Tuanku Fez kemudian Tuanku Fez mengangguk.

"Benar. Indah ya?"

Kali ini Baizura yang mengangguk. Wajahnya terkena sinar matahari yang hangat membuatnya sedikit memicingkan mata.

"Mirip Masjid Aya Sofia," gumamnya. Kemudian senyum mengembang di wajahnya.

"Apa kau sepakat denganku Tuanku?" tanyanya centil. Sesuatu yang tidak disengaja oleh Baizura dan ini sangat membahayakan. Tuanku Fez merasa panas di dekatnya. Menyadari perasaannya sendiri, Tuanku Fez sedikit menjauh kemudian menyibukkan diri dengan mengingat sejarah Aya Sofia.

"Bangsa Megarians," ucap Tuanku Fez.

"Apa?" timpal Baizura.

"Aya Sofia dibangun bangsa Megarians pada tahun 658 sebelum Masehi. Saat Sultan Mehmed II berhasil menaklukkan konstantinopel, dia turun dari kudanya, bersujud sukur kepada Tuhan dan memerintahkan merubah fungsi Aya Sofia menjadi masjid."

Baizura menatapnya takjub. Sudah selayaknya seorang pangeran dibekali pengetahuan yang tinggi. Tapi, Baizura tak menyangka pengetahuan Tuanku Fez sedetail itu.

"Dulu, awalnya masjid itu adalah gereja."

"Aku tahu," jawab Baizura.

"Kau tahu tidak? Sekarang jadi apa Masjid Aya Sofia?"

Baizura menggeleng lalu mendamba jawaban lelaki di sampingnya.

"Museum." Tuanku Fez menjawab penuh percaya diri. "Dan ... Semua itu karena perintah Mustafa Kemal Attaturk, sang penguasa Turki," lanjutnya.

"Huh. Semua penguasa enak sekali ya, main perintah A, B, C, D."

"Tidak juga. Semua sudah disertai pertimbangan dan musyawarah tentu saja, cantik ...."

Tuanku Fez mengeratkan jaketnya yang hangat karena tiupan angin yang semakin kencang. Sementara, Baizura sibuk menata pikirannya. Dia berusaha memastikan bahwa kata terakhir Tuanku Fez tadi tidak salah dengar di telinganya. Baizura menjadi bingung, apakah dia harus bahagia atau tidak.

***"

Mereka tiba di lokasi saat matahari beranjak ke barat, menyuguhkan pemandangan senja yang indah. Sinar kemerahan di ujung barat memanjakan mata mereka, sinar kehangatan yang menenangkan dan menggembirakan. Tapi, Baizura segera kehilangan mood booster saat sebuah tangan melingkar di lengan Tuanku Fez. Mereka bertukar senyuman layaknya dua sejoli yang saling mencintai.

Baizura memilih pergi, lalu menyibukkan diri dengan sekian properti persiapan foto prewedding Tuanku Fez.

Selama satu jam proses itu berlangsung. Angin yang banyak berhembus di dataran rumput Gondola membuat fotografer andalannya berteriak bahagia. Bisa dipastikan foto-foto karyanya akan terlihat indah dan menarik. Sepanjang pemotretan itulah baik Baizura maupun Tuanku Fez saling mencuri lihat. Terkadang Baizura menatap wajah tampan Tuanku Fez, terkadang sebaliknya.

Tanpa mereka ketahui. Ada seseorang yang memperhatikan itu, dan ... dia menyimpulkan senyum di wajahnya.

****

Baizura tiba di rumahnya dengan perasaan tak menentu. Ketika pintu rumahnya tertutup dia terlonjak kaget. Karena ... dia merasakan debar jantungnya begitu cepat berdegup. Debar itu telah lama hilang dan sekarang muncul lagi. Baizura menarik pelan rambut panjangnya yang dikuncir ke belakang, mengacak-acaknya lalu menggelengkan kepalanya sendiri.

"Tidak ... tidak boleh. Aku tak boleh memiliki debaran jantung seperti ini lagi."

"Tidak ...."

Bersambung ......

Tidaaaaakkkk 😁😁🤭🤭

Baizura (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang