Alvero menghembuskan napas berat. Diusapnya ujung bibir yang mengeluarkan darah itu. Ia ingin sekali marah dan membentak Chrisa, namun ia tak punya hak karena ia juga merasa bahwa dirinya salah memperlakukan Chrisa seperti tadi. Baru beberapa hari mereka jadian, Alvero sudah nakal meraba-raba. Tidak salah Chrisa menamparnya, yang salah, Chrisa adalah orang pertama yang berani menampar dirinya.

"Gue nggak tahu harus marah atau enggak. Yang jelas gue kesel lo tampar gue." Ujar Alvero. Nada suaranya sangat dingin.

Mata Alvero melirik tangan Chrisa yang bergetar hebat. Alvero tahu betul kalau Chrisa sangat takut setelah menampar dirinya.

Alvero mendekat ke arah Chrisa, namun Chrisa seperti menghindar takut. Alvero kembali menghembuskan napas beratnya, dengan sekali gerakan, Alvero memasangkan sabuk pengaman untuk Chrisa. Setelah dirasa beres, Alvero sedikit menjauh dari kursi Chrisa. Ia menghidupkan mobil, pergi dari sana.

Di sepanjang perjalanan, suasana tampak tak bersahabat. Alvero hanya fokus pada jalanan, sedang Chrisa yang semakin panik karena Alvero tidak marah padanya. Tangan Chrisa tak berhenti bergetar takut. Sedang air matanya tak berhenti mengalir deras.

Chrisa memberanikan diri melirik Alvero, pipi pria itu sudah tidak lagi semerah tadi, matanya yang tajam fokus pada jalanan.

Tak terasa, mereka sudah sampai di tempat parkir fakultas. Alvero mematikan mobilnya. Ia melepas sabuk pengaman yang ia pakai.

Chrisa? Gadis itu masih terdiam sambil menangis.

Alvero kembali membantu melepaskan sabuk pengaman Chrisa. Menatap Chrisa yang tak bergeming sama sekali.

"Gue di kantin. Kalo lo udah selesai kelas samperin gue di sana." Ujar Alvero, langsung turun dari mobil setelah mengatakan hal itu.

Chrisa melihat Alvero yang meninggalkan dirinya di mobil. Bahkan, kunci mobilnya juga Alvero tinggalkan.

Punggung Alvero semakin jauh Chrisa jangkau di penglihatannya. Dan bersamaan dengan itu, Chrisa menangis keras, sangat keras. Ia ingin Alvero marah saja seperti biasanya, jika seperti ini, Chrisa semakin takut.

_________

Alex dan Ando ke kampus bersama Cia. Ando dan Alex menepati janji untuk berangkat bersama gadis itu. Pagi-pagi sekali Ando menjemput Cia, tentunya setelah menjemput Alex terlebih dahulu.

Sesampainya di kampus, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka bertiga. Jarang-jarang ada seorang perempuan yang berangkat ke kampus bersama salah dua dari tiga laki-laki most wanted kampus kecuali Chrisa tentunya. Itupun jika bersama Alvero.

Mereka bertiga memutuskan untuk berkumpul di kantin setelah kelas selesai. Karena pasalnya mereka beda kelas. Hanya Ando dan Cia yang kebetulan di kelas dan jam yang sama.

"Oh iya, Alvero nggak masuk kuliah hari ini? Aku pengen sapa dia." Ujar Cia kepada Ando saat mereka sudah duduk di salah satu bangku. Menunggu dosen datang.

"Kayaknya Alvero nggak ada kelas sekarang. Tapi kalo Chrisa ada kelas, dia pasti ke kampus sih."

"Chrisa?"

"Pacar Alvero."

"Oh... Sampe segitunya ya Alvero ke pacarnya."

"Parah sih. Bentar gue chat Chrisa ya."

Ando mengeluarkan handphone-nya. Ia langsung mengirim pesan kepada Chrisa setelah menemukan kontak gadis itu.

To : Chrisa
Lo ada kelas? Alvero ke kampus ngga? Dia kan sekarang ngga ada kelas.

Silhouette [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang