"Aku gak mungkin cerita dengan keadaan kamu saat itu yang gak baik-baik aja."
"Raka itu sahabat aku Vin. Kepergiannya sangat sulit aku terima. Bahkan kejadian de javu sebelumnya aku rasain. Dan aku selalu nyalahin diriku sendiri atas kematian Raka, Vin. Kamu tau itu."
"Iya Cya, aku tau. Aku sadar atas kesalahanku, bahkan aku terima tuk dihukum. Tapi tante Vina dengan baiknya, ngebebasin dan maafin aku."
Alicya tersenyum miris mengetahui kebenaran yang sudah terlambat disampaikan.
"Pondasi hubungan yang aku inginkan sama kamu cuma saling mengerti dan terbuka. Tapi aku rasa, hanya aku yang bangun itu. Aku gak mau Vin kayak gini terus."
"Cya, aku mohon jangan putusin masalah saat kamu dikuasai amarah." Devin genggam tangan Alicya, bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Sementara, kamu gak usah hampiri aku dulu." Ia melepas genggamannya dari Devin.
"Semuanya akan baik-baik aja, Cya." Terdengar memohon.
"Iya, kalo kamu bisa bangun pondasi seperti yang aku katakan."
"Pak, taksi pak." Serunya menyetop taksi yang kebetulan melintas.
Devin menghalangi Alicya agar tidak pergi darinya.
"Vin, kita butuh waktu. Jangan halangi aku, aku mau sendiri." Ujarnya. Perlahan tangannya yang menahan Alicya turun. Dan Alicya bergegas masuk taksi kemudian melenggang, menyisakan Devin seorang yang berteman sesal.
"Arrggghhh"
Ia usap kasar rambutnya dengan kaki yang menendang udara malam di hadapannya.
"Alicya, gue gak mau kehilangan lo. Kita harus pertahanin hubungan ini." Deklarasinya, lebih tepatnya monolognya dengan udara malam bertabur kecewa dan sesal.
****
Keadaan kantin sekolah begitu ramai. Ada yang berdesakan sembari teriak minta dijuali terlebih dahulu, ada yang berebut gorengan, bahkan adapula yang berebut es batu. Namun keadaan itu tak berpengaruh pada suasana hati Alicya. Raganya disini, di kantin makan dengan Difa dan Nesya, tetapi jiwanya entah berantah dimana.
"Alicya," Amara menyapa dan menghampiri Alicya. Dari kejauhan Devin melihatnya, dan mengurungkan niat tuk bertemu kekasihnya.
"Boleh gue gabung?" Pintanya. Kedua sahabat Alicya heran, namun tidak dengannya yang mengangguki begitu saja.
"Mm- sebelumnya gue minta maaf, atas perlakuan gue ke kalian selama ini. Terutama lo, Cya." Ucap Amara tulus.
"Bener kata lo, Cya, setelah kepergian Qila gue baru sadar. Maafin gue ya."
Kedua sahabat Alicya saling bertatap meminta penjelasan. Dan Alicya berisyarat akan ia jelaskan nanti.
"Iya aku maafin kamu."
"Pasti, kita kan manusia ya kalik mau dendam." Celetuk Nesya.
"Gue juga bolehkan berteman sama kalian."
"Owh, dengan senang hati. Asal lo janji untuk selalu baik-baik dan tepatin omongan lo." Spontan Difa menyaut.
"Iya. Thanks ya." Alicya mengangguk tersenyum. Selepasnya Amara beranjak tuk memesan makanan, karena Alicya dan kedua sahabatnya sudah menghadap hidangan.
YOU ARE READING
Devilicya [END]
Teen FictionTeguran menjadi sapa, sapa menjadi bersama, bersama menuntut pada sebuah cerita. Ya.. cerita masa lalu kita. Dimana tidak boleh dilupa, dan kan terkenang dalam jiwa. Aku, Alicya Adhara, tak suka tingkah lakumu yang selalu membuatku kesal. Namun keke...
28. DeviliCya Problem
Start from the beginning
![Devilicya [END]](https://img.wattpad.com/cover/150742203-64-k659753.jpg)