Play Ball!

24 3 2
                                    

Lisa and Raihan (https://i

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lisa and Raihan (https://i.pinimg.com/564x/bc/67/a5/bc67a540d7ba004a47bc82d60bfe4418.jpg)




Harmoni kembali ke kelas bersama dengan Dewi, sementara Tiana pergi ke kelasnya sendiri di lantai dua.

Saat ini, dia berusaha amat keras untuk bisa berjalan dengan normal. Luka-luka yang didapatkannya dari Dewi masih berdampak keras pada Harmoni, bahkan setelah Dewi membakar luka-luka Harmoni hanya untuk menghentikan pendarahannya.

"Permisi, kami kembali," kata Dewi sambil menuntun Harmoni masuk ke dalam kelas.

Pak Agus biasa saja ketika Dewi membawa Harmoni yang penuh dengan luka, sepertinya dia ingin menghindari masalah dengan orangtua Dewi.

"Kamu abis dari latihan?" tanya Icha.

"He-em, Harmoni baik sekali menawarkan bantuan," jawab Dewi santai sambil menginjak tangan Desi yang masih menjadi kursi untuk Lisa.

"Ngh," Desi mengerang pelan.

"Hm? Ada apa, Desi? Ada masalah?" tanya Dewi.

"T-tidak."

"Sakit banget, keparat!" gumam Dewi dalam hati.

"Yah, tapi, begini lebih ringan. Aku gak mau jadi kayak Harmoni di sana itu, agak kasihan juga," gumamnya lagi.

Kondisi Desi saat ini memang bisa dikatakan lebih baik daripada Harmoni yang dahinya bocor, hidungnya mengeluarkan darah, dan ada banyak luka lebam di sekitar wajahnya. Desi yakin ada banyak luka lebam lain di tubuhnya, namun tertutup baju seragam.

Tes tes

Hidung Harmoni mengeluarkan darah lagi, dia tahu hal itu dan mencoba menyeka darahnya yang menetes.

"Keterlaluan," gumamnya.

"Sampai di sini dulu, ada yang ditanyakan dari limit ini?" tanya pak Agus sambil menunjuk soal limit matematika di papan tulis.

"Tidak ada, pak," jawab semua anak di dalam kelas.

"Oke, kalau begitu kita lanjutkan," kata pak Agus.

Selagi guru itu menerangkan sisa materinya, Desi semakin melemah. Tangannya tidak akan bertahan lama untuk menahan beban Lisa lagi.

"L-Lisa, a-aku, aku sudah, nggak kuat," katanya mencoba meminta keringanan dari Lisa.

"Hm? Nggak kuat? Bilang dong dari tadi," kata Lisa sambil berdiri dari punggung Desi, "Kalau nanti kamu tiba-tiba jatuh kan aku juga bakal jatuh."

Desi bernafas lega, tangannya yang gemetaran kini bisa digunakan dengan normal kembali.

Presage Flower/ The Warfare LadyWhere stories live. Discover now